1. Pertemuan

926 261 163
                                    

Lembaran pahitnya hidup
Yang kulalui dengan getirnya
Dalam deretan air mata setia menggalir
Semua itu telah tergambar betapa mirisnya hidupku
Aku ingin tertawa, tapi tak bisa
Sudah banyak sekali luka dan kesedihan
Yang selalu ditorehkan kepadaku
Lelah menulusuri dalam kalbu
Kegelapan slalu menghampiriku
Aku lemah langkahku gontai
Kini aku duduk termenung menerapi nasibku yang mati

Lembaran pahitnya hidupYang kulalui dengan getirnyaDalam deretan air mata setia menggalir Semua itu telah tergambar betapa mirisnya hidupku Aku ingin tertawa, tapi tak bisa Sudah banyak sekali luka dan kesedihan Yang selalu ditorehkan kepadaku Lel...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


***

"Gue, balik duluan," kata seorang cowok sambil meninggalkan ketiga sahabatnya.

Di perjalanan, tiba-tiba saja ada sebuah truk yang melaju kencang ke arah sang cowok. Ia ingin menghindari, tetapi remnya blong dan ....

Tinnnn!

Brak!

Sontak Aggi terbangun dari mimpi buruknya dengan napas tersengalnya. Keringat membanjiri wajahnya dengan perasaan yang sangat tidak enak. Ia meraih air putih di atas nakas, lalu meneguknya hingga tanda.

Lagi-lagi sebuah mimpi buruk membuatnya frustasi. Jika bisa ia ingin menghilang saja. Tidak hari ini ataupun besok mimpi buruk selalu saja menghantuinya. Ia tak bisa tenang jika tak meminum obat penenang yang ia taruh di laci mejanya.

Suara ketukan disertai suara dari bi Inem terdengar. "Non Aggi, sarapan, yuk? Bibi udah siapin makanan kesukaan Non."

"Iya, Bi!" teriak Aggi sambil beranjak turun dari kasur spring bad king size-nya.

Tanpa melewatkan mengambil satu pil obat penenang yang selama ini selalu membantunya. Usai bersiap-siap Aggi turun melewati tangga satu persatu sambil memperlihatkan senyuman tipis di pagi hari yang cerah ini.

"Pagi, Bi," sapanya sambil menarik salah satu kursi yang menjadi tempat kesukaannya.

Bi Inem yang sibuk meletakkan nasi sejenak menoleh membalas senyuman anak majikannya itu. "Pagi juga, Non. Hayu, Non dimakan."

Melihat meja makan penuh dengan berbagai laut membuat Aggi sesekali menatap kursi di depannya yang biasanya ditempati oleh mamanya. Tanpa menyentuh salah satu di antara mereka ia lebih memilih mengambil selembar roti dengan olesan kacang di atasnya.

ANGGIE [Tamat]Where stories live. Discover now