Enam.

7.6K 973 41
                                    

Hai, siang!🌈

.
.
.
.
.

Pukul 5.45 pagi, Rani berlarian turun tangga menuju lantai bawah.

Dengan seragam yang melekat rapi ditubuhnya.

Sesampainya didapur, Ia kaget mendapati seorang disana.

Tengah sibuk didepan kompor, dengan wajan dan spatula yang menimbulkan suara gesekan.

Tebak siapa dia?

Tentu saja, Chenle orangnya.

"Kok lo disini?" Tanya Rani kaget.

Chenle tidak menjawab, tangannya sibuk dengan memindahkan nasi goreng dari wajan pada kedua piring yang telah Ia siapkan.

Setelah selesai, Chenle meletakkannya diatas meja makan. Melepas apron yang Ia gunakan, dan mengembalikannya ketempat semula.

"Sini sarapan." Ajak Chenle.

Rani yang daritadi berdiri diambang dinding dapur akhirnya menurut. Menarik kursi yang berada didepan Chenle, lalu duduk.

"Lo belum jawab pertanyaan gue." Peringat Rani.

Chenle tersenyum, meletakkan segelas air putih didekat Rani.

"Lo ketiduran semalem. Kalo gue pulang, pintu rumah lo gak kekunci. Otomatis gue bawa kunci rumah lo, terus gue pulang. Nah tadi pagi gue kesini deh." Jelasnya, lalu berdoa dan menyuapkan sesendok nasi goreng ke mulutnya.

Rani mengangguk, setelahnya Ia berdoa dan memakan nasi goreng buatan Chenle yang daritadi sudah mengganggu indera penciumannya.

"Enak." Kata Rani pelan.

Chenle mendengarnya, dan hal itu membuatnya tersenyum saat ini.

.
.
.
.

"Berangkat bareng Chenle? Kok bisa?" Tanya Lala sesampainya mereka didalam kelas.

Tadi Rani dan Lala bertemu diparkiran, karna keduanya datang barengan.

Ralat, berempat.

Jangan lupakan Chenle yang berangkat bersama Rani, juga Jisung yang bersama Lala.

Rani hanya menanggapi Lala dengan anggukan.

"Bentar. Lo utang cerita! Mulai dari semalem. Buruan ceritaa!" Pinta Lala.

Rani memutar malas kedua bola matanya. Lala kalau sudah kepo akut, akan susah dialihkan.

Akhirnya Rani pasrah, dan menceritakan seadanya. Sesuai yang Ia tahu.

"Chenle yang mindahin lo kekamar?" Tanya Lala.

Rani mengedikkan bahunya. "Mana gue tau bego. Orang gue tidur." Sahutnya.

Lala tertawa pelan.

"Emang siapa lagi yang bakal mindahin lo kalo bukan Chenle, bego." Balas Lala tak mau kalah.

"Tanya aja sama orangnya sono." Gerutu Rani.

Lala terkikik sejenak sebelum kembali menggoda Rani.

"Udah lah terima aja. Kan enak ditemenin terus lo, dari pada sendirian mulu kasian gue." Godanya.

Rani melotot lalu mengeplak lengan Lala cukup keras.

"Sakit bangsat!" Umpat Lala sambil mengelus lengannya.

Rani hanya menjulurkan lidahnya sembari menatap Lala.

.
.
.
.
.
-tbc-

Jakarta, 02 July 2020.

Boyfriend | ChenleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang