3. Sad

145 89 77
                                    

Bel pulang sekolah telah berbunyi lima menit yang lalu. Hampir seluruh murid telah meninggalkan daerah sekolah tetapi masih ada juga murid yang masih menetap disekolah karena ada jadwal eksrakurikuler.

"Naik mobil gue aja," ujar Vera.

Rain, Vera dan Nina sedang berjalan dikoridor sekolah. Mereka bertiga sudah berjanji setelah pulang sekolah akan menemani Rain menjenguk ayahnya dirumah sakit.

Sudah 4 tahun, Vera dan Nina mengetahui apa yang di hadapi Rain dan mereka juga berjanji akan selalu ada untuk Rain.

"Beli buah dulu ya," ujar Rain yang berjalan ditengah-tengah diantara Vera dan Nina.

"Oke," ujar Vera dan Nina hanya mengacungkan jempolnya tertanda setuju dengan senyum lebar.

"Oiya, katanya sekolah kita kedatangan murid baru pindahan dari Singapura loh," ujar Nina yang baru teringat dengan berita sekolah.

"oh ya?" tanya Rain.

Nina pun langsung menganggukan kepalanya dengan cepat untuk menyakinkan rain.

"Cewek apa cowok?" tanya vera yang mulai tertarik dengan topik pembicaraan.

"Katanya sih cowok," ujar Nina tidak yakin.

"Katanya kan bukan nyatanya?" tanya Rain.

Nina terdiam sejenak, yang diucapkan Rain ada benarnya.

"Ah, lo beritanya kurang akurat nih. Lain kali kalau mau nyebarin berita tuh yang jelas dong Na," ujar Vera.

"Iya iya," ujar Nina.

Rain dan Vera yang melihat Nina mengerucutkan bibirnya hanya tertawa. Vera dan Rain sangat suka meledek Nina yang baperan.

Mereka bertiga pun mempercepat langkahnya menuju parkiran-tempat mobil Vera diparkirkan.

*****

'RUMAH SAKIT HARAPAN KELUARGA'

Disinilah mereka berada, di sebuah rumah sakit yang berisi pasien yang mental nya terganggu. Vera menoleh kearah Rain yang berada disampingnya sedang menatap gedung rumah sakit-kamar ayahnya.

"Belum siap?" tanya Vera membuat lamunan Rain buyar.

Nina yang sedari tadi melihat kearah pasien anak kecil yang sedang berteriak memanggil ibunya lalu menangis histeris bergidik ngeri, lalu menoleh ke arah Rain.

"Kalau belum siap pulang aja yuk," ujar Nina dengan wajah sendu.

"Lo mau pulang Na?" tanya Rain yang membuat Nina terkejut, bukan seperti itu maksudnya.

"E-eh enggak kok Rain engga," ujar Nina dengan gugup.

"Yuk masuk," ujar Vera mengajak.

Mereka bertiga memasuki rumah sakit tersebut dengan Rain yang menenteng buah jeruk ditangannya yang sebelumnya sengaja ia beli saat menuju kesini.

*****

Rain termenung di atas sofa yang berada di ruang tamunya, ia hanya ditemani oleh suara tv yang sedari tadi sengaja ia nyalakan agar rumahnya tidak sepi. Rain menatap tv dihadapannya itu tapi fikiranya melayang entah kemana.

Flashback on

"Pelangi"

"Pelangi"

"Pelangi"

Rain menatap ayahnya dari pantulan jendela dengan wajah sendu. Rain hanya bisa melihatnya dari kejauhan saja. Ayahnya kambuh lagi ketika melihat Rain karena Rain sangat mirip dengan mamahnya. Ayahnya terus menerus memanggil nama mamahnya. Ketika dokter datang, ayahnya langsung disuntik bius.

Suara teriakan ayahnya Rain membuat Vera menatap Rain iba. Ia masih beruntung karena memiliki keluarga yang lengkap.

"Rain yang sabar ya. Ayah lo pasti akan sembuh,"  ujar Vera sambil mengelus punggung rapuh Rain dengan pelan.

"Yah aku rindu ayah," ujar Rain dengan lirih. Matanya terasa panas seperti ada yang ingin keluar dari sana tetapi tidak bisa. Dia harus kuat, dia tidak boleh terlihat lemah dihadapan ayah dan sahabatnya. Kalau bukan Rain siapa lagi yang akan berjuang.

"Nangis aja Rain gausah ditahan," ujar Nina yang melihat Rain sedang menahan untuk tidak menangis. Nina tahu Rain manusia yang ga akan menangis dihadapan orang lain.

Dia kuat.

Dada Rain sangat sesak seperti terimpit batu yang sangat besar sampai-sampai untuk bernafas pun sulit. Air matanya keluar begitu saja tanpa meminta izin, runtuh sudah pertahanan Rain yang sudah dia bagun selama ini.

Cobaan datang bertubi-tubi Rain tidak sanggup menghadapinya.

Flashback off

Rain mengambil foto keluarga yang ada diatas nakas lalu tersenyum. Dulu keluarganya sangat lengkap dan harmonis, Tetapi itu dulu.

Ini bukan cerita fantasi atau pun film kartun doraemon yang bisa mengubah takdir. Ini hanyalah cerita anak gadis yang bernama Hujan yang takdirnya tidak bisa diubah.

TBC

*****

Sebelum pindah ke part selanjutnya mohon klik ⭐ dulu ya komen juga boleh biar aku semangat nulisnya😊

Kalau ada yang mau ngasih kritikan juga boleh kok

Terimakasih😊

Sampai ketemu di part selanjutnya👋🏻👋🏻

Ketika Langit bertemu Hujan [ON GOING]Where stories live. Discover now