Knock 10

415 80 7
                                    

"Kamu tidak merasa bersalah? Telah membuat hubungan sahabatmu hancur seperti itu?"

Bisikan Aska di telinga kirinya membuat Kania gemetar karena merasa bersalah. Dalam hati gadis itu tidak berhenti merutuk akan sikap Aska.

Dia sendiri yang bikin aku takut, giliran dijauhin malah ngancem gini!

"Mau kakak apa sih?"

Kania menoleh ke kiri, menatap wajah Aska yang kini berada sejajar dengan matanya. Napasnya memburu. Dia amat sangat sebal saat ini.

Cowok itu meraih tangan Kania, dan menepuk-nepuknya seolah dia habis memegang benda kotor. Padahal sedari tadi Kania hanya meremas tas Zaidan karena ketakutan.

Sialan. Dia kira tas Zaidan kotor?!

"Saya cuma gak suka aja lihat kamu dekat dengan Zaidan. Jauhi dia," ucapnya santai. Matanya menyorot tajam dan bibirnya tersenyum, lebih tepatnya menyeringai.

"Kakak siapa? Pacar saya? Ayah saya?" tantang Kania. "Ayah saya aja gak seposesif ini, terserah saya mau deket sama siapa!"

Aska hampir mengeluarkan suara, namun didahului oleh gadis dari dalam mobil merah yang berhenti di samping mereka.

"Kania?" panggilnya. "Kok belum pulang?"

"Kak Anin?"

Anindira melirik pria di samping Kania, lalu beralih pada pengawal di sekitarnya dengan tajam. "Ayo pulang, Mama udah nunggu."

Anindira, tetangga rumahnya yang kini bekerja sebagai dokter di Rumah Sakit cukup besar di Bandung. Saat kecil, mereka selalu bermain bersama karena Kania sering dititipkan pada keluarga Anin saat orangtuanya bepergian.

Anindira sudah seperti kakak Kania sendiri.

"Iya, Kak."

Kania menaiki mobil merah itu, dan pergi meninggalkan Aska yang menatap mereka sampi menghilang di ujung jalan.

"Saya salah ya?" tanyanya pada salah satu pengawal.

Mereka saling melirik, dan hanya mampu diam tanpa berani menjawab.

🍑🍑🍑

"Ya salah, lah, Paduka."

Satria kini tengah duduk di sofa kamar Aska sambil memeluk setoples besar koko krunch yang dia jarah dari dapur tuan rumah.

Cowok itu sempat tersedak saat Aska menceritakan tingkahnya siang tadi. Memang, tolol sekali Aska ini. Bukannya mendekat, yang ada doi menjauh karena takut sama ancamannya.

"Masa Mamang harus turun tangan sih? Urusan begini doang?"

"Saya tidak butuh bantuan pria bajingan sepertimu," sinisnya.

Satria membuat ekspresi kesakitan seperti terkena tusukan panah.

"Ada yang robek, tapi bukan baju," celetuk Dirga.

"Apaan tuh?"

"Harga diri," kekeh Dirga.

Keempat cowok yang memenuhi setiap sudut di dalam kamar Aska itu tertawa. Sementara yang punya kamar hanya meneringai menatap Satria yang cemberut total.

"Ngehina, tapi manèh tetep minta saran gue," sahut Satria sebal. Tangannya meraup penuh koko krunch lalu melahapnya ganas.

"Terpaksa."

"Udah deh, malah pada berantem. Ditebas Ninja Jepang, modar lu pada," ancam Tristan yang tengah main PS.

Pria di depan rak buku itu hanya mengangkat alis tidak peduli.

Open Your Heart | Jung JaehyunWhere stories live. Discover now