AKADEMI

403 51 13
                                    

Enjoy reading.

***

Suga mendesah lalu melihat barang-barang yang sekarang menjadi miliknya. Baju sederhana dan tidak menarik sama sekali. Sebagai orang yang sudah pernah merasakan mengenakan pakaian dan barang branded. Suga merasa menjadi gembel sekarang saat merasa pakaian yang dia gunakan sudah agak memudar warnanya. Tapi untungnya pakaian itu tidak terlalu kasar dan melukai kulit nya itu.

Sudah seminggu di sini dan Suga juga belum merasakan daging. Di sini hanya ada nasi dan sayuran. Suga tidak bisa protes dan minta aneh-aneh karena dia tidak punya kedudukan. Apalagi dia  sekarang hanya anggota yang menumpang. Masih sukur di kasih makan dan pakaian. Bukan diusir dan jadi gembel jalanan.

Setelah ini sepertinya dia harus segera mencari cara agar hidupnya tidak terlalu mengenaskan. Suga tidak tahu apakah bisa kembali ke dunia yang sebelumnya atau tidak. Tapi, bagaimanapun juga sekarang di sinilah dia berada dan Suga akan berusaha membuat hidupnya lebih baik agar selama di sini dia tidak akan hidup susah.

"Suga ...." Seperti biasa Azka langsung menerobos masuk tanpa permisi ke kamarnya.

"Kamu sudah siap?" tanya Azka semangat.

Suga hanya mengangguk karena memang tidak ada yang perlu disiapkan. Dia bukan anak bangsawan atau anak ketua klan. Jadi, tidak akan ada rombongan atau orang yang melepaskan dirinya menuju akademi. Suga dan Azka hanya akan naik kereta dan ditemani salah satu anggota klan untuk menjaga mereka selama perjalanan. Dia adalah paman ke dua dari Azka.

Jarak akademi dengan klan ternyata lumayan jauh. Karena setelah sehari semalam mereka baru sampai ke tempat yang mereka tuju. Ternyata, Suga dianggap beruntung karena datang di saat akademi membuka pendaftaran tahunan. Jika Suga telat sehari saja maka Suga harus menunggu tahun depan baru bisa ikut masuk akademi.

Di kerajaan Darasta ada banyak akademi dan salah satunya yang saat ini Suga akan masuki. Akademi singa perak. Walau bukan akademi terbaik, namun akademi singa perak juga akademi yang masuk dalam 5 akademi teratas di kerajaan Darasta.

Suga melihat ke luar dan menyaksikan berbagai gerbong kereta sudah memadati gerbang masuk pintu akademi. Beberapa kereta terlihat mewah dengan puluhan pengawal yang menemani. Yang seperti itu pasti masih keturunan bangsawan atau anak  saudagar kaya.

"Wow ... sepertinya tahun ini akan lebih ramai dari tahun-tahun sebelumnya." Azka ikut ke luar karena mereka harus bergabung dengan klan inti.

"Dari mana kamu tahu kalau tahun ini lebih banyak?" tanya Suga.

"Tahun-tahun kemarin saat kakak-kakakku masuk akademi, aku ikut mengantar mereka jadi lumayan tahu proses masuk akademi." Azka segera menghampiri kelompok klan mereka berada. Di sana ada sekitar 30 anak-anak dengan membawa lambang klan yang sama dengan Suga.

"Salam hormat pada Senior Furaz." Paman ke dua langsung menyapa begitu mereka sudah dekat.

"Tidak perlu memberi hormat, apa kalian dari klan vermilion cabang?" tanya salah satu tetua yang bernama Furaz. Paman ke dua hanya anggota klan cabang jadi sudah sewajarnya kalau bahkan anggota klan inti tidak tahu namanya. Berbanding terbalik dengan anggota cabang yang harus tahu siapa saja ketua sampai anggota klan inti agar tidak salah mengenali. Atau lebih tepatnya menyinggung seseorang yang tidak seharusnya.

"Benar, kami adalah cabang dari desa capsa." Paman ke dua memberi hormat karena tahu klan cabang harus mengikuti peraturan dari klan inti.

"Kamu boleh kembali, serahkan yang di sini padaku." Tetua dari klan inti memerintahkan.

Memang setiap klan akan meninggalkan satu tetua untuk mengawasi anak-anak dari klan mereka agar bisa masuk ke akademi dengan lancar.

"Terima kasih tetua." Paman ke dua segera pergi. Namun sebelumnya dia menasehati Azka dan Suga agar belajar dengan giat selama di akademi agar bisa membanggakan klan mereka kelak.

"Kamu bilang satu klan bisa memasukkan 100 anak setiap tahun. Kenapa klan Vermilion hanya memasukan 30-50 saja ke akademi ini?" tanya Suga sambil berbisik.

"Oh ... untuk anak jenius dan anak-anak dari klan inti yang masuk keluarga  utama biasanya akan masuk ke akademi no satu di kerajaan Darasta. Yaitu Akademi Tiga Cobra. Sedang yang tidak lolos seleksi di tempat mereka baru akan di lemparkan bersama klan cabang seperti kita." Azka menjelaskan.

Suga mengangguk mengerti. Ternyata kedudukan dan posisi memang sangat berpengaruh sampai ke akademi.

"Sekarang semua ikuti aku." Perintah tetua Furaz pada seluruh anak dari klan vermilion termasuk Suga dan Azka yang juga mengikutinya memasuki pintu gerbang akademi.

Suga bukan arsitek, namun Suga mengenali bebatuan yang saat ini menjadi tembok gerbang untuk akademi. Batu yang digunakan sebagai tembok itu berkualitas tinggi, di mana di kehidupan yang lain Suga yakin hanya orang kaya yang mampu menggunakan batuan itu sebagai hiasan rumah atau pelengkap dekorasi karena harganya yang mahal. Tetap di sini batu itu memenuhi seluruh tembok dengan tinggi mencapai 10 meter dan panjang yang Suga bahkan belum menemukan ujungnya. 

Ternyata terlempar ke dunia lain menambah pengalaman juga. Batin Suga.

Suga bisa melihat lautan manusia begitu memasuki pintu gerbang. Berbagai bendera dari klan terlihat berkibar-kibar memamerkan kegagahannya masing-masing.

Di tengah-tengah kerumunan ada sebuah panggung yang luas dengan berbagai alat yang Suga tidak tahu. Dan terlihat beberapa tetua berderet duduk di tempat yang bisa terlihat oleh semua orang.

"Pasti mereka guru-guru di akademi," gumam Suga.

Setelah terus berdiri dalam waktu lumayan lama dan jujur saja Suga mulai bosan. Tiba-tiba ada sesuatu yang membuat Suga seketika melongo karene kaget.

Seorang wanita dengan wajah bercadar melayang, lalu turun dengan mantap dan berdiri di tengah panggung.

"Dia terbang?" tanya Suga takjub.

Biasanya Suga hanya bisa melihat orang terbang di film-film yang dia tonton. Tetapi kali ini dia melihat orang benar-benar melayang tanpa parasut ataupun tali pelindung.

"Yah ... kepala sekolah memang memiliki kemampuan paling tinggi di akademi ini. Dia satu-satunya yang bisa terbang bahkan tanpa menggunakan tenaga dalam."

"Apa maksudnya kepala sekolah?" tanya Suga.

"Eh ... kamu tidak tahu ya. Hehe ... kepala sekolah akademi singa perak adalah wanita hebat. Kabarnya beliau sudah berusia 150 tahun lebih, namun kecantikannya masih seperti gadis 20 tahun."

"150 tahun?"

Nenek-nenek cantik.

Otak Suga langsung berpikir ke sana.

"Kamu tahu tidak, saking cantiknya beliau bahkan dijuluki. Princess fairy. Karena kecantikannya yang melebihi imajinasi itulah membuat banyak pria yang beristri sekalipun bisa menceraikan istrinya hanya untuk bisa melihat wajahnya."

Oke ... Suga sekarang ikut penasaran. Secantik apa, sampai bisa dipuja seperti itu.

"Jadi, siapa akhirnya yang berhasil menikahi sang princess?" tanya Suga.

"Princess belum menikah, dia masih suci dan belum ada tanda-tanda ingin menikah dengan siapa pun. Mau bagaimana lagi, wanita dengan kecantikan dan kekuatan sehebat itu. Pasti memiliki kriteria yang tinggi, sedangkan pria dengan kemampuan yang lebih hebat darinya bisa dihitung dengan jari." Azka kembali menjelaskan.

"Maksudmu, dia masih perawan?" tanya Suga.

"Tentu saja masih. Memang siapa yang berani atau mampu menyentuhnya. Princess fairy adalah wanita yang menjadi kebanggaan akademi ini. Tidak akan ada orang yang membiarkan dirinya disentuh walau cuma bayangannya saja."

Kini Suga kembali takjub.

Perawan berusia 150 tahun.
Wow ... apakah buka segelnya akan mudah atau memerlukan kunci tertentu.
Pasti pintu gerbangnya lebih alot dan susah di tembus.

***

To Be Continued.



You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 10, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

SAGARAWhere stories live. Discover now