12. Dear, Mister Moon

2.1K 297 124
                                    

Lisa berlari kalang kabut di lorong rumah sakit sesaat setelah tetangganya mengabari kondisi Jennie saat ini. Dikabarkan, dia sudah sadar dan masih ditaruh sementara di bangsal.

"Lili, kau tidak apa-apa?" ujar Jennie khawatir kala Lisa masuk dengan tergesa.

"Bodoh," Lisa mendesis.

"Lili ...,"

"Kenapa Eonnie tidak memberitahuku kalau Eonnie sakit? Aku setidaknyaㅡbisa mengemis untuk membantu membayar biaya obatmu! Tak perlu Eonnie pusingkan masalah ekonomi, aku bisa membantumu! Jangan seperti ini!" raung Lisa kecewa.

"Lili, kumohon ...," Jennie kembali melirih. Dia takut Lisa marah padanya.

"Kita bisa cari uang, kita tidak usah pulang! Kita akan tinggal disini sampai Eonnie sembuh. Berapa biayanya? Satu juta? Dua juta? Aku akan mencari uang untuk itu!" tambahnya.

"Lili, akuㅡ," Kata-katanya terhenti setelah Lisa berjalan mendekat, dan memeluk kakak angkatnya tersebut.

"Aku ketakutan, Eonnie ...," bisiknya. Tubuhnya yang menegang marah, perlahan luruh dalam dekapan sang kakak.

"Aku tidak akan kemanapun," Jennie tersenyum, "jangan takut. Aku janji padamu. Kalau aku mengingkarinya ...

"... Tuhan akan menghukumku."

;

Masalah bayar-membayar, Jennie akhirnya memutuskan untuk rawat jalan. Seperti biasa, pikirannya selalu berkata bahwa dia miskin, dan dia tak bisa melakukan apapun.

Entahlah, Lisa tidak bisa marah atas keputusannya yang satu ini.

Sekarang ini, toko diurus Lisa. Menjaga agar Jennie tidak terlalu letih bekerja. Bahaya adanya kalau Jennie sampai kembali kelelahan. Yah, dokter bilang, menjaga stamina akan membantu.

Jennie diam saja di kamar seharian ini, merasa perih pada dada bagian atasnya tiap kali menarik napas.

Jennie sibuk menulis pada buku catatannya. Mencoba merangkai kata-perkata menjadi tatanan sajak yang sudah pernah dipelajarinya.

Teruntuk Tuhan,

Tidak banyak pintaku, akankah Kau mendengar?

Setelah pergiku nanti, kumohon berikan hidup yang bahagia pada bahagiaku, Lisa.

Biarkan dia tumbuh besar diiringi binar Rembulan.

Menjadi saing bagi sang idola, menjadi Bintang dunia.

Jadikanlah dia, aku memohon.

Walau setelah itu, aku tak punya waktu melihatnya.

Jennie menutup bukunya, tersenyum manis. Lalu menatap Lisa yang berbanjir peluh melayani pelanggan dengan tatap lembutnya.

;

"

Pasta, kau sudah selesaiㅡ?" Jisoo melanjutkan katanya dengan tatapan bermakna. Chaeyoung menoleh, mengangguk.

"Eonnie, mau cerita," Chaeyoung berbaring manja di paha Jisoo, "aku memimpikan Jennie Eonnie semalam."

"Sungguhㅡ?"

"Aku takut terjadi sesuatu padanya ...," ungkapnya jujur. Sekarang Chaeyoung menyembunyikan kepalanya dibalik perut datar milik Jisoo. Menahan peluh mata kala pipinya dirasa panas. Hatinya tengah diliputi rasa cemas.

[✔] ambilkan bulan, eonnie! [ tersedia e-book ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang