Family Time

8 1 0
                                    

Happy Reading
__________________________________

"Vi, kamu bangunin abang ya sekalian langsung suruh ke meja makan aja, mama mau nyamperin ayah dulu."

"Oke mah, aku duluan ya." Vivi berjalan menuju kamar abangnya dan menjalankan tugas sesuai perintah mama tersayangnya.

tok tok tok

"ABANG BANGUNNNN," teriak Vivi sembari mengetuk pintu kamar.

"ABANG, KATA MAMAH MAKAN DULU SOALNYA MAMA MASAKIN MAKANAN KESUKAAN ABANG"

"ATAU AKU HABI-"

"Eh iya, abang udah bangun, hoaaam."

Tanpa berkata lagi, Vivi langsung meninggalkan abangnya yang masih setengah sadar dan menuju ruang makan karena cacing diperutnya sudah berteriak.

"Abangnya mana Vi?" tanya Ayah Afdlan.

"Mungkin masih mandi kali yah," jawab Vivi.

Ayah hanya ber oh ria saja dan ruang makan kembali sunyi.

"Maaf nunggu lama."

"Lama banget sih bang, cacing gue udah demo nih."

"Bawel deh lo, mama sama ayah gue aja ga komen."

"Azki Fidley,Vivi Fadey," gertak Ayah.

Azki dan Vivi diam tak berkutik sedikitpun dan memulai ritual sarapan dengan hikmat.

Kini keluarga kecil Vivi sedang berkumpul di ruang keluarga. Kebiasaan tiap minggu yang mereka lakukan menghabiskan waktu bersama karena dihari lain semuanya akan sibuk dengan kegiatan masing-masing.

"Vi, kamu lanjutin SMA bareng abang kamu aja ya. Ayah ga setuju kamu mau sekolah di Bandung. Masa ada orang tua tapi milih di rumah saudara." Ayah memutuskan dan tak akan bisa di ganggu gugat.

"Oke ayah," gumam Vivi dengan berat hati, impiannya menjadi siswa SMA di Bandung telah tenggelam dan sirna seketika.

"Yesss, adik kesayanganku sekolah bareng acuuu," girang Azki.

Pletak

"Ish sakit tau Vi, durhaka banget ya lo jadi ade, gue kutuk baru tau rasa!" Azki meringis akibat jitakan maut sang adik.

"Abang, ayah mau Vivi dijaga baik-baik ya."

"Perintah ayah adalah tugasku, asik." Azki tersenyum geli mengucapkannya.

"Mamah diem aja, kenapa? Biasanya juga berkicau mulu," tanya Vivi.

"Tau nih, biasanya kek pantat ayam nyut-nyutan," timpal Azki membuat tawa seketika meledak.

Pletak

"Durkaha ya ama ortu?!" bentak Mama Viona.

"Ya Tuhan, semoga kepalaku baik-baik saja, amin." Azki seketika berdoa karena kepalanya menjadi korban lagi.

"Mama tuh lagi sakit gigi tau, ayah kamu sih semalem malah bawain donat manis banget," sinis Mama Viona.

"Papa juga yang salah," kata ayah mendramatis keadaan.

Tak lama, ruangan kembali meledak dengan tawa karena sang ayah.

"Oh ya, gimana kabar si-

"Ma, besok masakin nasi goreng favorit aku ya," pinta Azki manja dan seketika Mama Viona sadar akan pertanyaan yang belum terselesaikan sebelumnya membuatnya termenung.

"Ma, besok ayah ada meeting yang penting banget. Jadi ayah mau besok mama anterin makan siang ayah ke kantor ya."

Tak tinggal diam, Vivi memeluk sang mama dengan begitu erat dan mencium kedua pipinya.

"Heh, mama gue tuh! Asal cium aja," sinis Azki.

"Heh, ini juga mama gue!"

"Itu istri aku, kalian diem deh!" sengit sang ayah.

Azki dan Vivi yang mendengarnya seketika melongo. Sejak kapan sang ayah begitu? pikirnya.

"Kenapa kalian?" tanya Ayah Afdlan bingung.

Azki dan Vivi saling lirik kemudian bergidik ngeri.

"Bukan ayah gue bukan," ucap keduanya bersamaan kemudian tertawa lepas dan bertos ria.

Ayah Afdlan yang melihatnya langsung memasang wajah dingin nan tegasnya. Kemudian mengalihkan pandangan ke sembarang arah.

"Ayo loh ayah merajuk," ledek Mama Viona memanas-manasi kemudian tertawa bersama kedua anaknya.

___________________________________

Better without You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang