Jodoh

692 89 5
                                    

Hari berlalu begitu cepat. Ketika dua insan yang menikmatinya dengan hati yang saling berbunga. Meski yang di lakukan hanyalah hal yang ringan. Bertegur sapa atau sekedar meminta gula. Yupz! Hinata adalah tetangga depan kamar Sasuke.

Setiap hari mereka berjalan kaki bersama ke kampus yang sama. Yang membedakannya adalah fakultasnya. Jika Hinata ada masalah dengan laptopnya, ia memberanikan diri meminta bantuan Sasuke. Dan Sasuke menerimanya dengan senang hati. Bahkan tak jarang ia tersenyum. Yang semakin membuat Hinata jatuh cinta padanya.

Begitu pun dengan Sasuke. Jika pengering bajunya rusak. Maka dengan senang hati Hinata membiarkan Sasuke memasuki kamarnya hanya untuk meminjamkan pengering baju. Dan alasan konyol lainnya yang membuat mereka tanpa sengaja saling mengenal lebih jauh lagi.

Hinata menyadari, jika pertemanan Sasuke dengan Sakura hanyalah sebatas hubungan yang sama antara dirinya dengan Kiba. Dan ia merasa bersalah, ketika dengan konyolnya ia yang cemburu pada hubungan dengan sekat yang menjulang tinggi. Ia bahkan tak jarang tertawa ringan dengan Sasuke hanya karena sebuah tontonan konyol anak SD. Yupz! Mereka menyukai hal yang sama. Spongebob.

Pada suatu malam. Dimana para bintang itu kalah dengan cahaya api yang membentang di angkasa. Mereka duduk bersama di kursi panjang yang menghadap Jam kebanggaan kota London. Angin berhembus dengan pelannya. Yang sesekali membuat Hinata memgeratkan jaketnya. Menatap langit dengan suara bisingnya.

Duuuaaarrrrr duaaarrrr duaarrrr

Gemerlap api berpendar, membentuk sebuah pola yang sangat indah. Beraneka warna menghiasinya. Sebuah pola bunga mekar yang saling bertumpang tindih. Tapi sayang, semua itu bukanlah pemandangan yang paling indah di mata Sasuke. Karena matanya terlalu fokus pada sosok yang ada di sampingnya. Bulu mata yang lentik. Mata perak yang bersinar. Serta bibir ranum yang selalu ia jaga. 'Kamisama...... aku ingin dia hanya milikku!' Fikirnya lirih.

"Tahun baru yang indah ya..... Sasuke - Kun!" Ucapnya dengan pelan yang menengok kearah Sasuke. Hingga tanpa sengaja. Mata kelam Sasuke menyelam di mata perak Hinata. Seketika Hinata berubah menjadi kikuk. Pandangannya jatuh pada jemarinya yang saling bergelatuk. Memerah seakan dingin malam semakin menusuk dengan jantung yang bergemuruh, berlomba dengan suara petasan yang semakin memekikkan telinga.

Sasuke menyadarinya. Kegugupan yang sama seperti yang ia rasakan. Dan Ia pun memilih membuang wajahnya. Menatap hamparan langit yang semakin meriah. Dan berbisik. "Tak terasa yah....... Kita sudah selesai Study disini." Ucapnya pelan. Memilih mengalihkan pembicaraannya untuk menutupi kegugupannya. Menelan salivanya dengan kasar. Menyadari kepahitannya yang akan dirasakannya kembali. Yaitu sebuah kerinduan memdalam yang akan di alaminya lagi.

"Hn!" Hinata menggumam pelan. Mengikuti arah pandang Sasuke. Memberanikan diri menanyakan hal yang cukup pribadi. "Lalu..... Setelah ini. Apa yang akan kamu lakukan, Sasuke - Kun?".

Satu sudut bibir Sasuke melengkung. Begitu pun dengan sudut lainnya. Hatinya merekah seiring dengan akal sehatnya yang bahagia. Sang gadis pujaan hati mencoba memasuki kehidupannya lebih dalam lagi. "Mungkin melanjutkan salah satu perusahaan Tousan di Tokyo!" Ia menatap wajah Hinata. "Bagaimana denganmu?" Bisiknya.

"Aku......... mungkin sama seperti Sasuke - Kun!" Ucapnya pelan yang sedikit melirik sang mata kelam. Dan kembali menyembunyikan ronanya di depan gemerlapan cahaya api. 'Rasanya seperti mimpi....... bisa melihat kembang api bersama Sasuke - Kun!' Fikirnya. Dan rona merah pun menjalar, menyelimuti wajahnya dengan pekat.

"Hinata! Aku suka warna wajahmu sekarang!" Bisiknya pelan. Dengan sedikit rona merah dipipinya.

Seketika Hinata refleks menutup wajahnya. 'Ugghhh! Dia tahu aku sedang malu!' Fikirnya. Dan mencoba mengatur nafasnya. Menenangkan hatinya. Dan menunduk dalam.

89Donde viven las historias. Descúbrelo ahora