Part #2

1.3K 57 1
                                    


.
.
.
Naruto telah menghabiskan waktunya selama 2 jam di dalam kereta. Ia tertidur selama itu juga.

Suara pengumuman terdengar, Naruto terbangun seketika. Ia menggendong tas, keluar dari kereta ia menemukan Tsunade berdiri menunggu Naruto.

“Ba-chan(sebutan wanita dewasa-tante),” panggil Naruto lemah, dia masih  mengantuk.

Tsunade berjalan diikuti Naruto menuju tempat parkir.

“Omedeto(selamat),” Tsunade menggetuk kepala Naruto dengan kotak hadiah.

“Nani kore(apa ini),” Naruto memegang kotak itu lalu, “Oh, ponsel!!” tebak Naruto semangat.

Tsunade tersenyum tipis. Ia memberi Naruto ponsel sebagai hadiah kelulusan dan diterimanya Naruto di SMA unggulan. Walaupun Naruto kerap bercanda tetapi dia selalu serius dengan masa depannya.

Sejak kematian Jiraya, Naruto semakin serius belajar. Nagayo pilihannya, walaupun lebih gemilang Tokyo, Naruto memilih Nagayo, kota yang dibilang biaya hidupnya tak semahal Tokyo. Apalagi Naruto hanya memiliki Tsunade semenjak meninggalnya orangtua, dan Jiraya.

Ia tak ingin merepotkan Tsunade dengan ikut tinggal di daerah Tsunade untuk menghemat biaya. Intinya.
Tsunade masuk ke dalam mobil disusul Naruto. Tsunade menjalankan mesin mobil. Mereka menuju masion(rumah mewah) tradisional milik keluarga mereka. Rumah yang cukup besar, bisa ditinggali 30 orang bahkan lebih.

“Naruto, aku ada pekerjaan di Okinawa untuk sebulan ini, jadi aku titip jaga rumah baik-baik.” nasehatnya.

“Aku sudah besar, tak perlu diberitau aku pasti akan merawat bangunan itu.” ujar Naruto yang sibuk membuka hadiahnya.

Benar ia mendapat ponsel baru. Mata Naruto berbinar-binar saking senangnya.

“Disitu ada nomorku, panggil aku kalau ada apa-apa,”

Naruto hormat grak ke arah Tsunade yang sedang fokus menyetir, “Ha-i! (ya!)”
.
.
.
Sesampai di rumah, Naruto turun dari mobil lalu Tsunade melanjutkan perjalanan dinasnya.

Dia berdiri di depan gerbang yang membuka sendiri. Berbeda dengan rumahnya yang di Tokyo, bisa dibilang sederhana. Bahkan tak mempunyai gerbang sebesar ini.

Naruto berjalan masuk sekiranya beberapa detik kemudian pelayan menyambut Naruto. Sekiranya umur 20 tahunan.

“Yamato desu, saya akan melayani waka-sama dengan senang hati,” sambut Yamato di ambang pintu.

Seperti terpukul cahaya wajah Naruto ketika Yamato membuka pintu.

“Selamat datang WAKA-SAMA(tuan muda)!” sambut para pelayan berbaju tradisional(yukata-kimono).

Deng! Deng! Suara gendang tabuhan khas Jepang yang Naruto dengar.

“Ak-akh-ah!” Naruto tercengang, mulutnya terbuka lebar.

Tak disangka ia akan disambut om-om macho. Yamato menjelaskan kepada Naruto, “Tsunade-sama bilang untuk menjaga waka-sama lebih ketat, maka dari itu kami merekrut para pria tangguh ini untuk melindungi waka-sama,” ujarnya seolah Yamato mengetahui pikiran Naruto.

Tapi tidak, “APANYA YANG MELINDUNGI!” sembur Naruto pada Yamato.

Yamato tersenyum simpul. Dia menepuk tangannya sebanyak dua kali. Para pelayan pun menggotong Naruto di atas bersamaan.

“IKUZU(ayo), KITA ANTAR WAKA-SAMA KE KAMAR!!” seru semangat ketua pelayan.

“Eh?!” Naruto linglu, tau-tau dirinya digotong begitu saja.

[END] PANCHIRA ガールズパンツ!! [ Celana Dalam Gadis!!]-NarutoWhere stories live. Discover now