1.JANGAN MENGELUH

14 0 0
                                    

Bagian1!

---------------

Krikk..krikk..krikk

"huhft...eeeeeeeeeeeeeeee"

"Ya Allah dia kenapa?", tanya MUNTI heran.

"WOI!", teriak Munti berniat jahil.

"Ehh kaget! Ya ampun... Dewa Brahma kembalikanlah jantung hamba..", kaget VIVI setengah mati.

"Iya Dewa nya Vivi, saya mohon juga. Kembalikan sikap waras nya."

Vivi menatap munti dengan tajam.

"Apa?" tanya Munti.

"Apaan sih lo?", tanya Munti lagi.

"Apa sih?", tanya Munti merasa tidak nyaman di lirik Vivi terus.

Ini tidak bisa di biarkan, Munti harus melakukan sesuatu yang membuat Vivi berhenti menatapnya, "Nanti kalo kelaman, takutnya ketempelan kunti di pohon rambutan.", ucap Munti menakut nakuti Vivi.

"Heee.. Lo bisa aja.", cengir Vivi.

"Ehh iya ya, ada kunti. Lo liat Mun?", tanya Vivi mulai ketakutan dan mengingat masa dulu saat hal aneh terjadi.

"Apaan sih. Tadi lo ngapain sih melamun mengkhayal gitu?", tanya Munti.

"Emang ga boleh ya?"

"Takutnya gue, lo ada masalah kebatinan."

"Batin?"

"Iya, kan kita udah lama di club. hari hari lo sedih banget, setiap hari lo mengadu ke gue." ucap Munti.

"Hihiya.. Lo ingetin gue lagi." ucap Vivi cemberut... Dia sudah tidak tahan. Sepertinya dia ingin mengatakan sesuatu.

"Lo tau kan Mun? Gue dipaksa bertahan sama papa gua di bulutangkis, itu cuma buat kepentingan dia aja supaya kelihatan aja seorang TNI angkatan darat punya anak yang mengharumkan dan membanggakan negara. Padahal gue itu ga ada niatan untuk ke jalur olahraga gini, tapi gue tetep di paksa. Dan gue itu kesiksa banget! Gue harus nurutin semua yang dia bilang,gue ga bisa sekolah kayak orang orang sebaya gue, sebenarnya gue mau stop di bulutangkis!", ucap Vivi meluapkan emosinya.

Munti menatap Vivi dengan tajam, dia sudah bosan selalu mendengarkan kata-kata putus asa dari Vivi. "Tapi lo berani bilang ga?", tanya Munti.

"Ya engga lahh Munn", ucap Vivi cemberut.

"Tapi lo mau ga, bantuin gue bilang ke bapak gue?", ucap Vivi dengan mata yang berkaca kaca.

Munti terlihat kasihan pada Vivi, namun rasa takutnya pada Ayah Vivi melebihi rasa kasihannya pada Vivi, "AHHH ENGGAKK LAH! Liat mukanya aja gue ketakutan."

"Huu.. Gimana ya?", tanya Vivi.

Munti menghela napasnya, dia berusaha untuk sabar meladeni Vivi yang selalu mengeluh.

"Vi, sekali kali lah lo belajar bersyukur, wa..", ucap Munti namun perkataannya di potong oleh Vivi. Ini biasa terjadi di antara mereka.

"Ahh diem lah lo Mun!", gertak Vivi yang tidak ingin mendengarkan ocehan dari Munti.

"Dengerin dulu bego! Lo ini ga ada bersyukurnya sama sekali,adanya ngomel, mengeluh, putus asa. Semua deh yang negatif negatif lo ambil! Bersyukurlah! Lo bicara gitu emang lo merasa udah ngelakuin yang terbaik? Emang lo udah serius latihan? Emang lo udah masuk pelatnas? Emang lo udah main sekelas internasional? Lo nyerah gitu aja? Mikir dikit lo! Kalo udah sampe disini siapa yang lo salahin?"

TENTANG M&VWhere stories live. Discover now