Part 2

37 15 11
                                    

Biasakan klik bintang ⭐ sebelum membaca ya🤗
Happy reading 💕

“Lo jailin apa lagi dia,” tanya Billa.

“Cuma gue tinggal doang kok,” balasnya santai.

“Yakin dah gue, si Farah tuh udh ngomel-ngomel kek emak-emak yang ikannya dicuri kucing,” ucap Billa.

“Bhaksss, gue si O ajh,” ucap Laila, sambil tertawa.

“Lagian lo iseng banget si sama adek sendiri juga,” ucap Billa.

“Ehh ini bukan ide gue ya, ini ide nya abang Sya,” bela Laila.

“Lo sama abang lo tuh sama ajh. Sama-sama doyan jailin orang. Untung gue bukan adek lo,” ucap Billa.

“Lagian gue juga ogah kali punya adek modelan kek cupang gini,” timpal Laila.

***
D

ikelas lain.

“Ehh, Sya. Muka lo ngapa? Kek bahagia bener?” tanya Nelly.

“Ha? Muka gue? Udah kek gini dari bawaan kali,” balas Sya.

“Gue ga bego ya, Sya. Lo abis ngerjain adek lo lagi?” tanya Nelly. Tebakan Nelly selalu benar. Bukan karena ia jago menebak, hanya saja memang sudah menjadi rutinitas setiap pagi bagi seorang Syalsabila.

“Sekarang, adek lo yang mana yang lo kerjain?” timpal Amel.

Yaps. Kedua sahabatnya memang sudah sangat hafal dengan tingkah sahabatnya yang satu ini. Hampir tiap hari selalu mengusik kedua adiknya, tapi yang paling sering dijailin sih, si Farah. Kalo Laila paling cuma sekali dua kali, bisa disebut jarang lah.

“Si Bocil, gue kerjain,” balas Sya.

“Yawlah, Sya. Udah adek paling bontot, malah lo kerjain lagi. Lo kek gatau ajh dah gimana tingkah tu bocah,” ucap Amel.

“Gue yakin, Farah pasti udah komat kamit pas liat lo pada udah duluan,” sambung Nelly.

“Lagian salah dia juga. Tidurnya udah kek orang mati, susah bener dibangunin,” balas Sya.

“Dosa lo, Sya. Tiap hari jailin adek mulu. Dapet azab nyaho lu,” ucap Nelly.

Kringgg  ... Kringggg

Saat asik berbincang, bel masuk berbunyi dan membuat semua murid duduk di meja nya masing-masing.

“Istirahat kita lanjut ya,” ucap Amel dengan menaikan satu alisnya.

Tak lama, guru mata pelajaran pun masuk. Dan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) pun berlangsung.


***
T

ok ... tok .. tok....

Terdengar suara ketukan dari luar pintu. “Silahkan masuk,” jawab seseorang dari dalam ruangan.

“Permisi, Pak. Saya mau melapor, bahwa client kita yang dari Singapur  bentar lagi sampai,” ucap wanita bertubuh body goals dan berpakaian cukup sexy.

“Untuk ruang meeting apa sudah siap?” tanyanya.

“Sudah, Pak." jawab sang sekretaris tadi sambil sedikit menundukkan kepalanya.

“Baiklah, Saya akan segera kesana. Kamu siapkan berkas-berkas yang akan dijadikan bahan presentasi nanti,” balas Akmal.

“Baik, Pak.” Kemudian wanita tadi pun keluar dari ruangan tersebut.

***
S

eorang gadis tengah berdiri didepan gerbang sekolah. Sepertinya gadis ini tengah menunggu seseorang.

“Ishh Ayah mana si, lama banget jemputnya! Jemput pake mobil kek jemput pake keong,” kesal Farah.

Sudah hampir setengah jam ia menunggu didepan gerbang sekolah. Sekolah yang tadinya ramai pun, kini nampak sepi. Karena penghuninya sudah kembali kerumahnya masing-masing.

Karena merasa lelah menunggu, akhirnya Farah pun mencoba untuk menghubungi Ayahnya. But, Nothing. Ayahnya tidak dapat dihubungi sama sekali.

Hal itupun semakin membuat Farah menjadi semakin geram dengan Ayahnya.

“Punya Ayah kok goblok banget si. Bisa-bisanya Bunda suka sama cowok kek gitu. Pasti pas pacaran dulu, Bunda juga selalu dikasih harapan palsu sama Ayah. Sama kek Farah sekarang,” lanturnya.

Akhirnya Farah pun berjalan menuju halte dan mencari Taxi untuk mengantarnya pulang.

***

Sesampainya dirumah, Farah langsung ngedumel. Mulutnya tak henti-henti berkomat-kamit.

”Bundaaaaa!!! Ayah mana? Ayah ko sableng sih? Ayah tuh gak becus jadi Ayah,” ucap Farah.

Bunda yang sedang memasak dan tengah mencicipi masakan pun langsung tersedak mendengar teriakan Farah.

Uhukkk, bangsattt tuh anak. Dikira ini hutan apa, dari pagi teriak-teriak mulu. Gue gerek tu leher baru nyaho dah,” umpat sang Bunda.

“Gue di dapur sini lo!" teriak Bunda.

Mendengar teriakan Bunda dari arah dapur, Farah pun langsung menuju ke arah aasumber suara.

“Lo ngapa si, hmm. Pulsek bukannya ngucap salam malah teriak-teriak ga jelas,” omel Bunda.

Bukannya menjawab, Farah malah balik bertanya. “Ayah mana, Bun?” tanya Farah dengan nada kesalnya.

“Ayah lo lagi di kolam lele nyari cicak,” balas Bunda asal.

“Ishh, Bundaaa. Farah serius,” ucap Farah.

“Ribettt! Ya di kantor nya lah. Yakali Bunda kantongin. Emang ada apa si?” tanya Bunda.

“Masa nih ya, Bun. Kan Ayah udah janji mau jemput Farah, tapi dia malah gada jemput sampe sekarang. Kan Farah kesel nunggu lama,” adu Farah.

"Dikira Farah penunggu gerbang sekolah apa," timpalnya.

“Wahh bener-bener goblok tu Ayah. Ga tanggung jawab ama anaknya sendiri,” ucap Bunda.

“Hah? Tanggung jawab? Farah gadi apa-apain kok Bun. Farah Cuma gak di jemput sama Ayah. Kenapa harus sampe tanggung jawab?" balas Farah polos.

“Ogeb!!!” ucap Bunda sambil menjitak keningnya Farah. /Pletak.

“Jan Ambigu ngapa. Maksud Bunda tuh, Ayah ga tanggung jawab karena ga jemput lo Farah! " kesal sang Bunda, dengan putrinya yang entah berfikir apa.

“Yaudah, Bun. Nanti kalo Ayah dateng, Bunda kasih pelajaran deh tu orang. Biar ga se enak jidatnya ninggalin Farah sendirian di sekolahan,” ucap Farah.

“Udah, itu biar jadi urusan Bunda. Sekarang, kamu pergi ke kamar, ganti baju,” ucap Bunda.

Farah pun membalasnya dengan senyuman serta ibu jari yang di satukan dengan jari telunjuk, dan membentuk lingkaran.

Kemudian Farah pun naik ke lantai atas, menuju kamarnya.

***
S

aat Ayah datang. Baru saja ia membukakan pintu, tiba-tiba ia diserang dengan lemparan panci, spatula, wajan, serta alat masak yang lain. Kecuali pisau.

Kemudian ia mencari sumber arah barang-barang itu. Tepat, ia mendapatkan seorang wanita paruh baya tengah menatapnya tajam.

Tbc....
Author minta maaf baru sempet up😫lagi sibuk rl😭Sekalinya senggang, otak nya stuck. Gabisa pake mikir, huhuuu.
Stay tune ya🤗🌻

Você leu todos os capítulos publicados.

⏰ Última atualização: Jul 10, 2020 ⏰

Adicione esta história à sua Biblioteca e seja notificado quando novos capítulos chegarem!

Keluarga RibetOnde histórias criam vida. Descubra agora