03 - Harsh reality

437 83 25
                                    

[Hai! Baca offline ya? Kalau sudah online, jangan lupa beri vote pada cerita ini. Hopefully enjoy reading.]

Sekali lagi aku merasa terhempas oleh afeksi dan ditampar kenyataan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sekali lagi aku merasa terhempas oleh afeksi dan ditampar kenyataan. Berdiam diri dan terus menepis kalau itu semua benar. Aku tidak pernah berpikir demikian, tentang bagaimana pandangan Jimin pada Seolji, juga cara pria itu memperlakukannya. Aku hanya menerimanya sebab barangkali seorang kakak juga bisa berlaku lebih manis dari kekasih.

Aku mengumpulkan begitu banyak kenangan manis dalam sebuah buku diary lusuh yang dikemudian hari bisa aku gunakan untuk mengingat kembali ketika orang yang menciptakannya sudah tak bisa lagi. Atau mungkin, tak ada lagi. Aku berharap buku itu penuh dengan kenangan-kenangan manis yang terjadi dalam hidupku namun, tidak semua yang tumbuh berbuah manis.

Jurang itu dalam, dan aku di sana bersama Jimin yang entah ada di sudut mana karena di sana gelap. Jimin tak berniat menghampiriku padahal aku berada di setitik cahaya yang memaksa masuk dari sebuah atap pernikahan yang hampir retak. Jimin, kalau kau ada di sana, kenapa kau tak coba menghampiriku? Kalau kau tak bisa datang padaku dan hidup menapak di atas cahaya bersamaku, setidaknya bawa aku dalam gelap bersamamu.

Aku meyakinkan diri. Barangkali diriku pantas untuk menggantikannya. Ah, tapi dia tak memberi jawaban apapun. Sejujurnya ini lebih baik ketimbang dia berkata untuk menunggu namun dia sendiri tidak tahu apakah masih ada tempat untukku.

"Hanya aku yang tahu. Jimin tidak ingin siapapun mengetahuinya, termasuk kau." Taehyung meneguk air yang terasa susah sekali mengalir di tenggorokan.

"Sejujurnya. Kalau Jimin diberi waktu sedikit lagi, Jimin ingin menikahinya. Sebab mereka tak ada hubungan darah. Yang kau tahu, Seolji anak dari Bibi Shin, kan? Padahal bukan. Seolji diadopsi dari panti asuhan oleh keluarga Jimin."

Aku tak sanggup lagi. Mengapa selama ini aku bersamanya tapi tak tahu fakta penting ini? Sebenarnya jika aku tak ada rasa pada Jimin pun, aku berhak tahu. Kecuali Jimin tak menganggapku.

"Hanya saja, ada penghambat yang tak bisa membuat Jimin menikahinya juga."

Aku refleks bertanya. "Apa? Aku?"

"Bukan. Jimin kan tidak tahu kau memiliki perasaan padanya."

"Lalu?"

Taehyung tertawa miris. Pandangannya mengarah pada air sungai yang mengalir damai. "Karena Seolji tidak mencintainya."

Hah, semua memang semakin susah kalau tidak didasari dengan saling mencintai. Sebuah hubungan juga kalau hanya salah satu dari mereka yang saling mencintai pasti akan hancur. Sama halnya seperti rumah dan tiang sebagai menyangganya. Jika salah satunya tak berusaha bertahan kan tidak bisa. Pasti akan jatuh lalu hancur menyatu dengan tanah.

THEATRICAL ; PJMWhere stories live. Discover now