💰:10

11.6K 603 5
                                    

Maaf kalau ada typo ya
.
.
.
.
.

Sana mengambil kapas dan pembersih make up degan merk terkenal. Sambil bergumam kesal. Bagaimana tidak sejak siang tadi hingga menjelang malam raden tidak kunjung menampilkan batang hidungnya. Padahal ia sudah berjanji pada sana untuk bertemu dan makan sianh bersama.

Bahkan raden tidak mengirimi pesan sama sekali, terlihat raden terakhir online dari pukul 08.23 dan sampai sekarang pun laki-laki itu tidak aktif. Biarlah, sana sudah berniat dalam hati untuk mendiami raden.

Suara deringan telfon mengagetkannya, dengan segera ia mengambil telfon dan benar saja, Itu raden.

"angkat gak ya? Jangan, gak boleh diangkat. Biar dia tau kalau sanarinda bisa marah juga". Sana menatap layar ponselnya bimbang, tangannya sudah gatal ingin menggeser ikon telfon berwarna hijau itu.

"halo~". Pada akhirnya sana mengangkatnya.

"buka pintu". Ttuuttt.. Kemudian mati, astaga terbuat dari apa sebenarnya laki-laki yang sialnya menarik dimata sana.

Setengah berlari menuju pintu, ia menarik nafas dalam dan memasang wajah semarah mungkin.

"maaf, aku lupa kalau kita akan makan siang tadi". Setelah mengucapkan kalimat permohonan maaf dari raden dengan nada suaranya yang sangat datar, benar-benar membuat sana ingin mencakar wajah laki-laki dihadapannya ini.

Melihat respon dari sana yang hanya diam saja tanpa mau menatap kearahnya, raden mengaggukan wajahnya. Kata teman-temannya kalau wanita diam artinya Iya.

Segera raden memasuki apartemen sana, mengambil duduk disofa panjang kemudian merebahkan tubuhnya, sana menatap laki-laki berjas abu-abu dan celana bahan hitam itu takjub. Bisa-bisanya dia bersikap biasa saja seperti itu.

Sana berjalan kembali kekamar, ia kembali membersihkan wajahnya setelah itu memakai masker wajah, memikirkan sikap raden akan mendatangkan garis diwajahnya dan ingatkan sana perawatan untuk wajahnya sangat mahal.

Sana memakai baju tidur lengan panjang berwarna coklat, baju ini pemberian salah satu laki-laki yang menaruh hati pada sana saat masih duduk dibangku kuliah dulu walau terlihat sedikit lusuh tapi entah kenapa sana menyukai baju ini dan sering memakainya. Dengan pelan sana berjalan kearah ruang tamu, raden tidur. Yang benar saja, apa dia tidak merasa bersalah sama sekali? Atau setidaknya membujuk sana yang sedang marah. Menyebalkan.

"bangun by". Sana mengoncangkan bahu raden, tetapi sang pelaku tak menunjukan tanda-tanda akan membuka mata.

"Astaga, bener-bener kamu ya! Aku marah bukannya kamu bujuk malah enak-enakan tidur,ash". Berjalan pergi meninggalkan raden adalah pilihan terbaik. Tadi setelah pulang kerja sana menyempatkan membeli berbagai macam buah dan susu, jadi ia memutuskan untuk membuat jus saja menghadapi raden dan segala sikapnya memang diperlukan sesuatu yang menyejukan.

Entah karna suara blender yang terlalu keras atau memang sudah saatnya raden untuk bangun, kini laki-laki itu tengah terduduk disofa dengan pandangan yang mengarah pada tv yang menyala.

"bangun juga kamu by". Raden bergumam saja

"laper". Ia mengusap perutnya, sejak siang tadi perutnya belum terisi barang sebutir nasi pun. Sana mendengus sebal.

"mandi dulu sana, baju kamu yang kemarin udah kering, aku siapin makanan buat kamu dulu, bau banget kamu by". Sana berbohong, raden tidak bau sama sekali masih tersisa parfum yang bercampur aroma tubuh laki-laki itu dan menurut sana sangat memabukan.

Raden berjalan mendekati sana, mengapit kepala gadis itu diantara ketikanya. "Babbbbyy". Jerit sana, kemudian tertawa.

"aku habis make skincare by, kamu mah". Raden terkekeh, berjalan menuju kamar mandi yang berada dikamar sana. Sana benar-benar takjub dengan sikap random raden.

Setelah selesai menyiapkan makanan untuk kekasihnya, sana kembali menikmati buah mangga.

"mana?"

"astaga, kamu ngagetin banget by, gak sisiran ya kamu?". Melihat sepiring nasi yang lengkap dengan sayur dan lauk didepan sana, dengan segera raden mengambilnya.

Sana mendengus kesal, pertanyaanya bahkan tidak dijawab sama sekali. "pelan-pelan makannya, kayak gak makan setahun aja kamu". Raden diam saja, bahkan melirik sana saja tidak, ia benar-benar fokus dengan piring dihadapannya.

"by, aakk". Raden menyuapi sana. "makhasih by". Raden mengangguk saja.

***

"jelasin sama aku sekarang kenapa kamu sampai lupa mau makan siang sama aku?"

"tadi ada meeting mendadak sama klien". Memang sejak jam sebelas siang tadi raden meeting dengan klien hingga pukul dua siang dilanjutkan pekerjaannya yang harus diselesaikan saat itu juga.

"seenggaknya kamu kabari aku dong by, sekarang udah ada yang namanya handphone bisa digunakan buat saling mengabari enggak sampai satu detik juga udah terkirim kok, gak kayak jaman dulu harus makek surat". Omel sana, ia gemas sendiri dengan sifat lempeng raden.

"iya, aku lupa kalau ada pacar". Sana yang tadinya akan menyuapkan potongan buah mangga kini mengambang diudara dengan mulutnya yang terbuka lebar. Takjub.

"LUPA?!"

"beringsik banget kamu malem-malem teriak gitu, ganggu tetangga aja". Berikanlah sana ketabahan hati menghadapi raden.

"Bodo amat, Ishhh nyebelin banget sih kamu by". Bangkit dari duduknya menuju balkon apartemen sembari menghirup oksigen adalah pilihan bijak.

Raden menatap sana heran, apa dia salah bicara?

Setelah menyelesaikan makannya, raden menyusul sana. Dilihatnya perempuan itu tengah melamun.

"geser". Sana tersentak, kaget. Dengan enggan ia menggeser tubuhnya. "aku nginep sini" senyum terbit dibibir sana.

"serius nih? Tumben banget, biasanya harus dipaksa dulu baru mau". Tanya sana yang kini sudah menjadikan bahu sana sebagai tempat sandaran.

"Capek"

"aku pijitin ya by, pijit plus-plus". Sana mengerling nakal, kemudian tertawa melihat raut wajah raden, horor.

***
Tenkyu semua, jangan lupa likenya yaa 💜🙏

Gold Digger And MeWhere stories live. Discover now