Chapter 12 : Menemani Julian Pengobatan

177 13 7
                                    

Hari ini adalah hari Jumat, 17 Januari 2020. Hari ini merupakan hari peringatan aku dan Julian jadian ke-5 bulan. Tak seperti biasanya, Julian pagi ini tidak mengirimkan pesan apa-apa. Apakah dia lupa tanggal jadian kita? Bel pulang sekolah berbunyi, hari ini aku, Anes, Kevin dan Andrew sudah janjian untuk menemani Julian menjalani pengobatannya yang kedua.

“Jovitaku, aku pamit dulu ya! Mau ke rumah sakit. Kamu dijemput kan?” pamit Julian padaku.

“Nggak, hari ini aku mau ikut menemani kamu ke rumah sakit.”

“Kamu yakin mau ikut? Proses kemoterapi lama, nanti kamu bosan.”

“Yakin. Teman-teman yang lain juga ikut. Mereka sudah jalan duluan.”

“Ya sudah, kalau kamu mau ikut. Ayo!”

Kami pun langsung berjalan menuju parkiran. Setelah tiba, kami langsung masuk mobil.

“Ayo, Pak Anwar! Kita ke rumah sakit sekarang ya!”

“Siap, Tuan!” jawab Pak Anwar.

Selama perjalanan, Julian hanya diam saja sambil melihat kearah jendela. Dia sama sekali tidak menatapku. Suasana mobil sangat hening. Hanya ada suara radio yang terdengar.

“Julian,” panggilku membuka percakapan.

Julian menoleh ke arahku dan bertanya, “Ada apa?”

Aku terdiam sejenak. “Aku hanya mau ngucapin Happy 5 Month, Julianku!”

Julian tersenyum. Tak lama, ia mendekatkan wajahnya ke wajahku. Kini wajah kami berdua sangatlah dekat. “Maaf, aku hampir lupa. Happy 5 Month, Jovitaku!” Tiba-tiba Julian mencium keningku selama beberapa detik. Setelah dicium oleh Julian, perasaanku langsung tidak karuan, jantung berdetak lebih kencang. Wajahku juga mulai memerah. Rasanya senang banget!

“Kenapa muka kamu merah? Senang banget ya!” goda Julian sambil mengacak rambutku. “Aku juga pernah merasakannya waktu kamu cium aku tiba-tiba di ruang rawat. Selamat menenangkan diri!”

Dasar Julian! Aduh, ini kapan selesainya ya? Kok lama banget, perasaan diciumnya hanya beberapa detik.

**

Beberapa saat kemudian, kami pun tiba di rumah sakit.

“Pak Anwar tunggu di parkiran saja ya! Biar saya masuk bareng Jovita. Ayo, Jovitaku! Kita turun sekarang.”

“Siap, Tuan!” jawab Pak Anwar.

Kami pun turun dari mobil.

“Nih, Tuan Julian. Silakan duduk di kursi roda ini,” sambut Kevin.

“Ngapain duduk di kursi roda, Kev? Aku masih bisa jalan.”

“Sudah, lu duduk saja. Lu ga boleh kelelahan,” jawab Kevin sambil menarik Julian dan memaksanya untuk duduk di kursi roda. Akhirnya Julian pun duduk di kursi roda.

“Jov, lu kenapa? Kok diam saja?” tanya Kevin.

“Hmm, Jovita sedang menenangkan diri,” jawab Julian terkekeh.

“Memangnya dia kenapa?” tanya Kevin lagi penasaran.

“Sini aku bisikin.” Julian berbisik ke telinga Kevin.

“Oh, begitu. Pasti perasaannya tidak karuan, habis dicium seorang Julian,” ujar Kevin terkekeh-kekeh setelah mendengar bisikan Julian.

“Oh iya, Andrew sama Anes mana?” tanya Julian.

“Itu dia,” jawab Kevin.

“Maaf, tadi gue sama Anes ke toilet dulu. Yuk, kita antar Julian sekarang!” ajak Andrew.

Julian & Jovita 2Where stories live. Discover now