Chapter 19 : Julian Dirawat

219 10 2
                                    

Julian, Jovita, Novi, dan Anwar sedang dalam perjalanan menuju Rumah Sakit Medika Pratama. Anwar dan Novi duduk di kursi depan. Sedangkan Julian dan Jovita duduk di kursi belakang.

“Julian, kamu harus kuat ya!” isak Jovita.

15 menit kemudian, mereka tiba di rumah sakit. Julian langsung dibawa ke ruang UGD. Dokter Satria memeriksa kondisi Julian. Beberapa saat kemudian, Dokter Satria keluar ruangan.

“Bagaimana kondisi anak saya, Dok?” tanya Novi.

“Sepertinya, Julian harus dirawat inap, Bu. Kondisinya kurang baik. Dia membutuhkan banyak istirahat.”

“Harus dirawat inap? Baiklah, saya setuju. Tolong lakukan yang terbaik untuk anak saya,” jawab Novi.

“Baik, Bu. Saya akan melakukan yang terbaik untuk anak Ibu. Suster, tolong pindahkan Julian ke ruang rawat.”

**

Julian telah dipindahkan ke ruang rawat. Sampai saat ini, Julian masih belum sadarkan diri.

“Julian, bangun dong! Jangan bikin aku khawatir,” panggil Jovita sambil menggenggam tangan Julian.

“Sabar ya, Jovita. Pasti Julian bentar lagi sadar,” ujar Novi.

Tiba-tiba Julian sadar.

“Aku di mana?” tanya Julian.

“Kamu di rumah sakit, Sayang. Tadi kamu pingsan,” jawab Novi.

“Iya, Julian tadi kamu pingsan tiba-tiba. Bagaimana kondisi kamu sekarang?” tambah Jovita.

“Aku baik-baik saja. Ma, aku mau pulang sekarang.”

“Kata Dokter Satria kamu harus banyak istirahat dan harus di rawat inap,” jelas Novi.

“Rawat inap? Memangnya tidak bisa rawat jalan? Aku tidak mau rawat inap. Aku baik-baik saja.”

“Sudahlah, Julian. Kamu turuti saran dari dokter supaya kamu cepat sembuh. Kamu yang sabar ya!” ujar Jovita menenangkan.

“Makasih, Jovitaku. Iya, iya aku turuti saran dari dokter.”

“Sekarang, kamu makan siang ya! Biar aku suapin. Ini makan siang dari rumah sakitnya sudah datang.”

“Oh iya, Julian, Mama keluar dulu ya! Mama juga mau makan siang. Jovita, kamu tolong jagain Julian dulu ya!” pamit Novi.

“Siap, Tante! Tante makan siang dulu saja. Biar Jovita yang jaga Julian,” jawab Jovita.

Novi keluar ruangan.

“Sekarang kamu makan ya! Biar aku suapin.”

“Aku makannya nanti saja, Jovita. Aku lagi ga nafsu makan.”

“Ayo, Julian! Kamu harus makan biar ada tenaga. Kamu sayang kan sama aku?”

“Sayang, Jovitaku. Aku kan pacarmu.”

“Kalau sayang, kamu makan demi aku,” bujuk Jovita.

“Iya, iya. Aku makan sekarang.”

Jovita mulai menyuapi Julian. Julian selesai mengunyah suapan pertama.

“Jovitaku, makasih ya! Kamu tetap mau jadi pacar aku. Maaf, kalau aku bikin kamu sedih dan khawatir.”

“Sama-sama, Julianku. Sebagai pacar yang baik, aku harus selalu ada disaat pacarnya sedih maupun senang. Aku yakin kamu pasti sembuh. Kamu itu cowok kuat, Julian. Semangat!”

Bersambung...
©2020 By WillsonEP
Ebook Version

Julian & Jovita 2Donde viven las historias. Descúbrelo ahora