11 - Lost Again

208 43 15
                                    

Pov ~ Samantha Lee

.

.

.

"Kita tidak bisa percaya begitu saja pada Paman Hyeon, yang ku lihat sebalumnya-dia memang mencurigakan," ujar Doyoung.

"Apa sekarang Jeffio pun jadi korbannya?" tanya Taeyong.

"Entahlah, melihat foto Jeffio dan Julia di kastil ini saja membuatku merinding. Sekarang kita harus tetap waspada," sahut Emily.

Disini aku semakin bingung, haruskah murid-murid seperti kami berurusan dengan hal seperti ini?


Brak.


Tiba-tiba seseorang membuka pintu dengan paksa. Kami pun terperanjat kaget mendengar dobrakan pintu tersebut, dia adalah Paman Hyeon.

"Kenapa kalian disini?" tanyanya.

Kami hanya terdiam karena kebingungan, di satu sisi Paman Hyeon menampakkan sosok baik pada kami-tapi di sisi lain dia patut dicurigai setelah mendengar pernyataan Doyoung tadi.

"Tunggu apa lagi? Ayo ikut Paman!" sahutnya.









GRAAA...








Tiba-tiba terdengar suara gaungan di sekitar kami, tenggorokanku tercekat begitu mendengar gaungan yang lain bergema di sekitar telingaku. Rasanya begitu dekat, kami pun saling menatap panik saking tegangnya. Suasana perpustakaan yang begitu mencekam membuat kami mati rasa, kepalan tanganku pun mulai mendingin saat ini.












"What is that?" gumam Mark.











Emily berbisik pelan. "Iblis itu kembali."










Blank







Seketika lampu di ruangan ini padam, Paman Hyeon pun menunjukkan ekspresi heran dengan matanya yang menyisiri area sekitar.









"Astaga," ujar Paman Hyeon menganga melihat sesuatu bergelantungan di atas kami, tepatnya di langit-langit perpustakaan.










Sontak kami pun perlahan menoleh kearah pandangan Paman Hyeon, dan disanalah kami melihat sesosok mengerikan yang tampaknya tak asing lagi bagi kami. Jesslyn.












Aku mengeratkan rahangku kuat-kuat melihat makhluk di atas sana, lenganku bertaut dengan yang lain makin erat.












Sosok Jesslyn yang begitu polos dengan senyuman manisnya, kini perlahan berubah menjadi makhluk mengerikan. Wajahnya setengah memucat, jari-jarinya mencengkram permukaan langit-langit dengan kokoh, dan mulutnya dipenuhi dengan taring dan darah yang ada di sekelilingnya.












Kami yang mematung di bawah sini perlahan mundur mendekati dinding, sebisa mungkin aku menggumamkan mantra yang sudah dari tadi kulafalkan terbata-bata. Tatapan menyeringai Jess kini mengarah pada kami, sementara aku melihat Emily yang menatap geram tatapan Jess yang bertengger di atas sana.











Brak









Suara gertakan lantai marmer yang bergema saat Jess yang sekarang berpindah ke hadapan kami. Dia melangkah maju dan mendekat, aku pun memejamkan mata seraya tak henti-hentinya mendesiskan mantra yang sama pada mulutku ini.










Skizofrenia Lee ✔️ [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang