Eleven||Feels Different

384 75 35
                                    

Hello my readers!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hello my readers!

Pakabar?

Gimana kalau kita mulai dengan tanya-jawab dulu?

1. Gimana part 10 kemarin? Bagus, nggak?

2. Apa yang bikin kalian pencet part 11 ini?

3. Pada bingung ya gais, sama part kemarin?

4. Kalian suka genre fantasi, nggak?

5. Udah siap baca lanjutan kisahnya?

Oke!
Silakan baca!

Dinikmati aja alurnya, sambil halu ria ya, kan?
Selamat membaca:)

*(×_×)*

"Namanya Alphonse Xavier, bukan Alphonse Casadvier. Suami dari Eloise." Kucing itu menatapku misterius. Membuatku curiga akan sesuatu.

"Alphonse... Xavier?" ulangku.

"Ia adalah Ayahmu."

Aku mengerutkan kening. "Ayahku?" tanyaku kebingungan.

"Iya. Kau adalah keturunan ke-4 dari Lord Xavier."

"Keturunan ke-4?" Aku semakin tak mengerti.

Kucing itu berdecak. "Kenapa kau mengulangi semua yang aku katakan?!"

Aku ikut berdecak. "Ah, tidak semua." Ada-ada saja kucing ini. Setelah mengarang cerita, lalu ia mengatakan hal membingungkan seperti itu kepadaku. Apa tujuannya?

Aku menggeleng. "Nama Ayahku Adrian, dan Ibuku adalah Eliza!" Setelah membentak kucing itu, aku terdiam sebentar. "Ayah memang meninggal saat umurku 14 tahun. Namun meninggalnya di rumah kami, bukan di hutan. Lagipula, kau sungguh niat sekali ya, mengarang cerita sepanjang itu." Aku mencibir.

"Setidaknya, aku telah menceritakan asal-usulmu dari negeri roh ini."

*(×_×)*

Hugo's views.

Kuhentikan motorku di halaman rumah Ellena.

"Tante Liza, darimana?" tanyaku kepada Tante Liza yang menghampiriku.

"Habis dari warung, Go." Aku hanya ber-oh singkat. "Ayo, masuk!"

"Iya, Tante."

Aku mengekor Tante Liza masuk rumahnya. Tante Liza mempersilakanku duduk di ruang makan, seperti biasa.

ARIESWhere stories live. Discover now