🥀 | 09

2.5K 563 85
                                    

――――――――――
We love the things we love for what they are.

[ Robert Frost ]
――――――――――

🥀

Setelah mengucapkan sampai jumpa pada (Name) yang kini naik bus. Hinata segera mengayuh sepedanya. Senyum tercetak di wajahnya dan kedua pipinya memerah. Rambut permen kapas jingganya menari karena tertiup angin, membuat perasaan berkupu-kupu dalam hati Hinata semakin menggelitiknya.

"Boke! Lihat jalanmu!"

Hinata mengerem sepedanya mendengar suara malaikat penjaganya yang menyuruhnya untuk berhenti. Kedua matanya melihat kucing yang hampir dia tabrak.

"Gunakan matamu untuk melihat jalan! Aku tidak ingin kau bermasalah saat pulang!"

Hinata menghela nafasnya lelah dan menoleh ke kanan dimana malaikat penjaganya memarahinya soal keteledorannya tadi.

"Iya, iya, aku tahu, Kageyama!"

Mulut Kageyama tertutup mendengar jawaban dari Hinata. Mereka melanjutkan lagi perjalanan pulang dengan Kageyama yang mengikutinya dari samping sambil terbang.

"Berhenti tersenyum bodoh seperti itu hanya karena gadis bernama (Name) itu menjadi temanmu, boke," ucap Kageyama yang lelah dengan aura bunga-bunga dari Hinata.

"Aku tidak bisa! (Name) sangat berbeda dari perempuan yang aku temui," jawab Hinata jujur.

Kageyama hampir tertawa mendengarnya, "itu karena kau tidak punya banyak perempuan di sekelilingmu."

"Hey! Tidak sopan, Kageyama!"

Meski Kageyama seorang malaikat penjaganya Hinata, keduanya tidak pernah berhenti saling mengatai satu sama lain. Kageyama pikir, asal dia tidak melanggar peraturan dia tetap bisa menjadi malaikat penjaga Hinata.

"Oi, Hinata. Kau bisa melihat malaikat penjaganya 'kan?" tanya Kageyama dengan nada datar.

Hinata terdiam sesaat lalu menghentikan sepedanya. "Iya, tapi ada yang aneh. Penampilannya tidak seperti malaikat penjaga."

Kageyama mengangguk, "benar, dia memang bukan malaikat penjaga (Name). Dia seorang iblis."

Hinata terkejut mendengarnya, gadis manis dan polos seperti (Name) ada iblis di sampingnya? Apa (Name) menjual jiwanya pada iblis itu? Tidak mungkin!

"Jangan berpikir negatif, boke. Gadis itu sepertinya tidak tahu kalau malaikatnya itu adalah seorang iblis," jelas Kageyama setelah melihat wajah khawatir Hinata.

"Oh syukurlah," tangan Hinata mengusap dadanya. "Tapi, apa yang diinginkan iblis itu dari (Name)?"

Kageyama tidak ingin membuat masalah ini lebih rumit dari sebelumnya. Dia harus segera melapor kejadian ini ke atasannya yang ada di dunianya, namun melihat kondisi Hinata yang dia tebak sedang jatuh cinta pada (Name) dan gadis itu juga nyaman dengan iblis yang menyamar itu, dia berpikir akan menangani masalah ini sendiri. Tapi, apakah ini ide bagus jika dia mengajak Hinata agar rencananya berjalan lancar?

"Kita akan tahu nanti."

🥀

(Name) tertawa melihat isi pesan dari Kira dimana hari pertamanya di sekolah, sudah ada yang menyatakan perasaan pada sahabatnya ini. Bukan lagi menjadi rahasia jika sahabat (Name) yang satu ini diidamkan banyak pria. Kira bukan lagi anak yang cengeng, dia sudah tumbuh menjadi lebih dewasa bahkan bertindak seperti kakak bagi (Name).

𝐃𝐞𝐯𝐢𝐥 𝐆𝐮𝐚𝐫𝐝𝐢𝐚𝐧 | M. ATSUMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang