Lembar pertama; Sadewa Bulan Atmajaya

1.5K 221 17
                                    

The most beautiful part is, i wasn't even looking when i found you

-autumn

***************Hai, Bulan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***************
Hai, Bulan.

Masih ingat bagaimana awal pertemuan kita? Jika kamu pikir awal pertemuan kita adalah saat aku tak sengaja menabrakmu, kamu salah besar. Sini, aku ceritakan bagaimana kita bertemu di sebuah perpustakaan kecil dengan suasana yang sunyi.

Hari itu aku melihatmu mengenakan jaket berwarna abu - abu, turun dari vespa tua warna putih kesayanganmu dengan tergesa. Hari itu sialnya rinai hujan sedikit membasahi jaketmu, membuatmu sedikit mengerutkan alis sambil mengusap pelan lengan atasmu.

Aku memperhatikanmu, di balik kaca jendela, ditemani buku karya Fiersa Besari yang terbuka lebar. Aku masih ingat, waktu itu aku berhenti membaca di halaman empat puluh, karena hadirmu yang entah kenapa bisa menarik segala atensiku.

Aku melihatmu berjalan pelan memasuki perpustakaan, netramu terlihat seperti sedang menelanjangi setiap sudut ruangan—mencari tahu rahasia apa yang disembunyikan oleh ruangan kecil dengan aura yang dingin itu. Setelah puas, kamu menoleh ke arahku, netra jelagamu tanpa sengaja bertubrukan dengan netra coklatku—saling mengunci walau hanya sepersekian detik. Dulu, aku tak pernah percaya pada jatuh cinta pandangan pertama. Ku pikir, itu hanyalah dongeng khayalan anak remaja yang terlalu naif akan cinta. Setiap kali aku mendengar seseorang mencintai orang lain dalam satu kali pejam, aku akan tertawa terpingkal sambil mengatakan hal yang menyakitkan. Sialnya, semesta menjatuhkan karma dengan begitu cepat. Kali pertama bayanganmu tertangkap oleh indra pandangku, aku telah jatuh hati—oh maaf, bukan hanya jatuh hati, tapi jatuh cinta.

Bulan, kala itu aku benar - benar belum mengenalmu, bahkan aku tak tahu jika ternyata kamu satu kampus denganku. Setelah pertemuan pertamaku denganmu di perpustakaan itu, tak henti - hentinya aku memikirkanmu. Ingin mencari akun sosial mediamu, tapi aku tak tahu siapa namamu, darimana asalmu, apakah kamu mahasiswa sepertiku atau sudah bekerja—aku sungguh tak tahu. Hingga satu minggu kemudian, ketika acara Neo Festival diadakan, aku tak sengaja melihatmu, kamu berjongkok di hadapanku, tanganmu dengan sibuk membereskan barang - barang yang tadi tak sengaja aku tabrak. Awalnya, aku benar - benar tak sadar jika itu kamu. Otak ku masih bekerja karena bingung dan merasa bersalah, takut kamu akan marah karena kabel dan tumpukan kertas yang kamu bawa sedang jatuh berceceran.

'maaf' lirihku sambil membantumu membereskan kertas - kertas yang jatuh.

Waktu itu kamu sama sekali tak menjawab, hanya diam sambil memasukkan kembali kabel pada kotak.

'lain kali hati - hati' ucapmu dengan dingin. Aku mendongak, ingin mengucapkan iya, tapi ketika melihat wajahmu tiba - tiba saja bibirku lupa cara berbicara.

'Bulan! Buruan kesini!'

Seruan itu berasal dari seorang pemuda berbadan tinggi dengan proporsi tubuh yang sempurna. Sedetik kemudian kamu menoleh lalu dengan lantang menjawab 'iya'.

Aku melihatnya—id card panitia Neo Festival yang sedang kamu pakai. Aku melihatnya beberapa detik sebelum kamu melangkah pergi tanpa mengucap sepatah kata apapun, di sana tertulis dengan jelas nama lengkap beserta jabatan apa yang sedang kamu pegang.

'Sadewa Bulan Atmajaya'

'Koordinator divisi perlengkapan'

Hari itu, tepat pukul delapan pagi, aku tahu namamu.

Bulan

Nama yang sangat indah, seirama dengan dirimu yang begitu cemerlang.

************
Hallo!!!

Thanks for reading!!!

Don't forget to vote and comment!!!

Author note :

Jadi ini cerita kayak diary gitu, partnya nggak bakal banyak kok dan konfliknya bakal biasa aja gitu.

See you on next chapter

Salam manis,
Royalsjeno_

Lakuna | Moon Taeil Where stories live. Discover now