CP 4 : Idea?

159 26 0
                                    

Krist melanjutkan pekerjaannya, menerima dan mengantarkan pesanan para pelanggan. Pemuda itu terus mondar-mandir dari meja pelanggan satu ke yang lain. Namun, kemanapun ia melangkah, gerak-geriknya selalu diikuti mata seseorang. Krist sekali membalas tatapan itu dengan lirikan tajam, namun percuma, seseorang itu tetap mengikuti langkahnya. Akhirnya Krist mencoba mengabaikannya, walau ia merasa risih.

TopTap yang baru saja menghabiskan makanannya, mengikuti arah pandang Singto. "Kau tertarik dengannya atau bagaimana? Aku bisa melihat kalau dia kelihatan risih kau pandangi terus"

Mata Singto tetap mengikuti Krist. "Aku menginginkan kakinya"

"Lalu kau ingin apa? Memotong kakinya?"

"Kalau bisa"

"Lakukan itu setelah kontrak kita berakhir. Aku tak ingin menjadi asisten seorang psikopat. Lagipula.... ada apa dengan kaki pria itu? Menurutku biasa-biasa saja"

Singto menatap TopTap. "Tidak... memang tak jarang laki-laki yang punya kaki seperti wanita. Tapi kaki seperti itu umumnya kecil, pendek atau gemuk. Tapi punya dia... berbeda"

"Bedanya?"

Singto menghela nafas. "Aku tidak tahu"

TopTap mengerutkan kening. "Beginilah kalau bertanya pada orang yang biasa mengandalkan insting. Kalau begitu ajak saja dia untuk jadi modelmu"

"Aku tak bisa menggunakan sembarang orang untuk mempromosikan hasil karyaku"

"Yah... Lagipula dia tidak mungkin menerimamu setelah yang kau lakukan padanya tadi"

"Apa salahku? Aku hanya memeriksa kakinya"

TopTap memandang jengah. "Terserahmu lah... "

Singto meminum minumannya, matanya bergerak melirik Krist yang sedang mengantarkan pesanan pelanggan.

Setelah selesai dengan urusan perut, TopTap pergi ke kasir untuk membayar dengan uang yang diberikan Singto, sementara Singto sendiri sedang menunggu di luar. Saat TopTap keluar, Krist berjalan dari luar. Krist langsung membuang muka saat bertatapan dengan Singto dan langsung masuk ke tempat makan.

TopTap yang melihat kejadian itu hanya diam menghampiri Singto. "Ayo pulang"

"Hm.... "

TopTap dan Singto masuk ke mobil. TopTap mengendarai mobil tersebut langsung ke kediaman Singto di sebuah perumahan elite di tengah kota. Hanya butuh waktu 30 menit untuk TopTap sampai di depan gerbang tinggi yang terbuka otomatis saat Singto menekan remote yang bisa mengontrol seluruh rumahnya.

Setelah pintu gerbang itu terbuka, TopTap melajukan mobil Singto masuk ke garasi luas yang berisi satu mobil Jeep hitam, dua mobil sport dan satu mobil BMW. TopTap memarkirkan mobil lamborgini itu di dekat mobil BMW hitam. Kemudian ia dan Singto turun bersama.

"Singto, aku langsung pulang ya. Kau tidak ada jadwal apapun besok" kata TopTap.

"Baiklah... "

TopTap naik ke motornya yang juga berada di garasi, lalu pergi meninggalkan rumah Singto.

Tiba-tiba ponsel Singto berdering, sebuah nomor tak dikenal muncul di layar ponselnya.

"Halo?"

"Singto-san?"

Singto mengerutkan kening heran saat mendengar suara laki-laki yang memanggilnya dengan logat asing. "Who is this?"

Man in Heels - SKWhere stories live. Discover now