1. Is There A Thin Line Between Love and Hate?

20.8K 1.7K 529
                                    

Sorak sorai terdengar di sepanjang tribun yang dominan berwarna merah dan berlambang singa emas. Teriakan komentator yang membahana pun berhasil menyulut api kehebohan di sore itu. Harry Potter mengangkat tangannya tinggi-tinggi, memamerkan Snitch Emas yang berhasil ditangkapnya setelah empat jam pertandingan Quidditch melawan Slytherin. Snitch yang ia rebut dengan susah payah dari sang seeker Slytherin, Malfoy.

Para pemain lain mendarat di tanah dan langsung memeluk Harry erat. Mengucap terima kasih secara nonverbal karena telah berhasil membawa nama Gryffindor untuk bisa memenangkan Piala Quidditch tahun ini. Bisa ditebak bagaimana ekspresi Angelina Johnson, chaser sekaligus kapten Quidditch Gryffindor, wajahnya memerah karena bahagia yang tak bisa dibendungnya, meski lengan kirinya patah tertabrak Bludger.

Harry berusaha melepaskan cekikan lengan Ron di lehernya. Pemuda berambut merah itu kelewat senang sepertinya. Harry bisa maklum, sahabatnya itu sudah berkali-kali kebobolan gawang. Jadi dengan Harry yang berhasil menangkap Snitch dan membuat Gryffindor menang, Ron tidak akan dimarahi Angelina karena payahnya ia dalam menjaga gawang. Dan mungkin, mungkin saja, jika Harry tidak juga mendapatkan Snitch, Angelina pun akan memarahinya juga. Ah, lebih tepatnya cewek itu akan memarahi dan menyalahkan semua orang.

Saat sudah puas berteriak di lapangan dan murid dari asrama lain sudah membubarkan diri, barulah anak-anak Gryffindor meninggalkan lapangan untuk melanjutkan kegiatan berteriaknya di Ruang Rekreasi.

Euforia kemenangan membuat semua orang menjadi kalap. Bahkan Ron, di luar kendalinya, menarik pinggang Hermione dan menciumnya tepat di bibir. Semua orang berteriak, beberapa ada bersiul nakal (contohnya si kembar Weasley). Mereka lega ketika mendapati dua sejoli yang hobi bertengkar seperti pasutri baru menikah itu menyadari perasaannya masing-masing.

Harry turut senang. Hermione pantas mendapatkan lelaki seperti Ron. Ron baik dan pengertian. Meski cowok itu kadang-kadang kasar dan tidak punya adab, tapi Harry tahu dia peduli pada Hermione. Buktinya ada saat mereka berada di tahun ketiga; Ron membawakan makan malam untuk Hermione ketika gadis itu tenggelam dalam tugas-tugasnya yang menumpuk (Hermione memang mengambil semua mata pelajaran saat itu). Karena Ron tahu, Hermione pasti lupa makan jika sudah sibuk dengan perkamen-perkamennya. Meski dua orang itu kerap kali bertengkar, namun mereka sama-sama perhatian. Harry tahu itu.

Sorakan para penghuni asrama Gryffindor semakin menjadi ketika Ron menembak Hermione dan gadis itu bilang "ya". Harry yakin Ron tidak bermaksud menjadikan Hermione pacarnya di saat-saat seperti ini, maksudnya, Ron memang berniat berkencan dengan Hermione, tapi mungkin tidak dengan cara seperti ini. Ron tidak bisa mundur ketika Hermione membalas ciumannya, mungkin itu yang menjadi suntikan penyemangat bagi Ron.

Harry berjalan menaiki tangga menuju kamarnya, membiarkan dua sejoli itu menikmati waktunya. Terlepas dari kemenangannya dalam menangkap Snitch, Harry diharuskan mengerjakan beberapa essay yang kini menumpuk. Ditambah detensi dengan Snape membuatnya kewalahan. Untung Hermione baik, kadang-kadang gadis itu meminjamkan essay-nya untuk disalin olehnya dan Ron.

Harry mulai menjalankan ritual mandinya. Rencananya ia ingin tidur sebentar sebelum makan malam. Ini adalah Quidditch paling bergengsi yang pernah ia jalani. Slytherin makin licik dan Harry hampir kehilangan Snitch-nya tadi. Itu membuatnya benar-benar kelelahan.

Draco Malfoy/Harry Potter

Rate: T

Genres: romance, fluff, angst

Warn: 5th year, no wizarding war II, OOC, modified canon

Admiring The Night [Drarry] ✓Where stories live. Discover now