SABUK ASTEROID

2.3K 429 33
                                    

Sabuk Asteroid adalah bagian Tata Surya terletak kira-kira antara orbit planet Mars dan Jupiter. Daerah ini dipenuhi oleh sejumlah objek tak beraturan yang disebut Asteroid atau planet kerdil. Luas wilayahnya sekitar 2 sampai 3 Kali jarak bumi dan matahari.

Bumi menatap Aster dengan tatapan khawatir. Dia dekap tubuh perempuan itu dalam dekapannya. Diusap kepalanya untuk menenangkannya.

"Aku telah menyakiti Kak Keenan yang selama ini aku hindari untuk tidak menyakitinya." lirih Aster.

Bumi tidak setuju perihal ucapan Aster, menyala kembali api cemburu di dalam dadanya.

"Kamu menangisi lelaki lain dalam pelukanku?"

"Kenapa?"

"Apa kamu harus mempertanyakan alasannya." sinis Bumi menanggapinya.

Aster terkekeh, menjauhkan pelukan Bumi dari tubuhnya. Dia ingin melihat wajah yang tidak pandai berekspresi itu bagaimana saat cemburu. Alisnya hampir menyatu karena kerutan kening yang begitu kentara.

"Aku sangat menghormati dia dalam kehidupanku, Bumi."

"Serdangkan aku, lelaki dari masa lalumu yang tidak tahu malu kembali lagi padamu. Aku mengerti."

Bumi berdiri, melepas jas yang tadi melekat ditubuhnya, melipat kemejanya. Aster memperhatikan Bumi yang mulai membantu memajang lukisan-lukisannya.

"Kenapa tidak meminta orang lain mengerjakannya?"

"Untuk yang satu ini, aku ingin melakukannya sendiri."

Bumi mengerti, menanyakan di mana harusnya lukisan yang dipegangnya digantungkan. Aster menunjuk tempatnya. Lumayan lama mereka berkutat dengan lukisan-lukisan, tanpa terasa semuanya beres dipajangkan di dinding sesuai keinginan Asteroid. Bumi melihat salah satu lukisan hutan di mana ada seorang lelaki mencoba memadamkan cahaya rembulan dengan berbagai alat ditangannya.

"Apa ini aku? Saat di tengah hutan Kalimantan?"

Aster tidak menjawab karena itu memang betul adanya.

"Aku tidak akan memadamkan cahaya rembulan Aster. Semoga."

Aster memilih pergi di hadapan lukisan itu, tapi Bumi menahan tangannya.

"Masih belum bisa mempercayaiku?" tanyanya lemah.

"Aku sedang mencoba kembali percaya. Pulanglah! Terimakasih atas bantuanmu hari ini."

"Aku mengambil penerbanganku ke Kalimantan, besok."

Aster termenung, duduk di sofa panjang yang ada di ruangan itu.

"Aku takut salah memahami kamu kembali Bumi, walaupun bilang aku mau mengerti."

Bumi menggenggam tangan Aster. Menatapnya dengan tulus.

"Sabar dahulu untuk saat ini, nanti aku akan menjelaskan semuanya tanpa kecuali."

Asteroid menghela, dia sebetulnya selalu ragu menerima Bumi kembali dalam hidupnya tapi saat dia berniat menjauh, hatinya tidak mau menerima semua itu. Malam ini mereka saling menemani walaupun ada beberapa hal yang belum dijelaskan sama sekali tentang ke mana hilangnya Bumi beberapa tahun ke belakang dan kembali lagi ke sini. Hati mereka lebih mendominasi dalam mengambil keputusan untuk bersama-sama lagi.

***

Suasana pagi di Jogja sangat tentram saat matahari masih temaram menyebar kehangatan. Aster tertidur di salah satu sofa begitu pun dengan Bumi di salah satu sofa yang lainnya.Telpon Asteroid berdering membuat Bumi terbangun. Bumi beranjak dari tempatnya, mematikan panggilan telpon itu yang ternyata dari orangtua Aster.

ASTEROIDWhere stories live. Discover now