ASTEROID MENABRAK BUMI

2.4K 392 19
                                    

(*) Asteroid terbentuk dari batu ruang angkasa dan mengandung sedikit logam.Benda langit ini juga mengorbit matahari dalam Tata Surya. Peristiwa Asteroid menabrak bumi yang kita kenal terjadi 65 juta tahun silam. Asteroid yang berukuran besar dan bergerak dengan kecepatan tinggi bila menabrak bumi bisa membuat sebagian kehidupan di bumi punah. Jika Asteroid seukuran rumah menabrak bumi dengan kecepatan 48.300 kilometer per jam, maka kira-kira energinya sama dengan bom nuklir yang pernah dijatuhkan di Hiroshima. Diperkirakan, tabrakan asteroid tertua terjadi sekitar 200 juta tahun lalu. Tabrakan itu membentuk kawah Manicouagan yang ada di Kanada.

Bumi bangun dengan badan yang terasa lebih ringan. Dirinya bersandar di sandaran ranjang memijit pelipisnya. Rasa pusing masih melingkupi kepalanya, pintu kamarnya terbuka memperlihatkan Asteroid dengan nampan berisi makanan yang sedari tadi dibuatnya. Bumi jelas terkejut melihat itu.

Aster memberikan senyuman manisnya. Menyimpan nampan di atas nakas samping tempat tidur. Bumi masih menatap tidak percaya, raut wajah datarnya memperlihatkan macam-macam ekspresi saat ini. Aster menyentuh kening Bumi untuk mengecek suhu tubuhnya.

"Sudah tidak sepanas tadi. Makan dulu ya, aku buatkan bubur tadi," ujar Aster.

Bumi menatap dalam perempuan yang ada di hadapannya ini.

"Kamu di sini?" tanya Bumi.

Aster mengangguk, mengambil satu sendok bubur mengarahkannya ke mulut Bumi.

"Aaaaaa, buka mulutmu!" ujarnya.

Bumi tersenyum kecil, dia membuka mulutnya tanpa bantahan. Memakan buburnya dalam diam, tapi pandangan matanya tidak pernah lepas dari Aster.

"Yang harus dipandangi lama itu sebuah lukisan, agar kita paham apa yang ingin disampaikan pelukisnya bukan wajahku." Aster membereskan tempat makan yang sudah kosong tidak bersisa.

"Aku pikir wajah ini akan berpaling dariku," lirih Bumi.

Aster tidak menanggapinya, dia beranjak tapi Bumi menahannya. Genggaman tangannya begitu erat.

"Bumimu berada di sini, kamu mau ke mana?" tanya Bumi.

"Aku mau membereskan dapur. Kamu mandilah biar terasa lebih segar. Kata Alberto, kamu terlalu memaksakan dirimu."

Aster berlalu meninggalkan Bumi yang langsung sigap bangun dari tempat tidurnya. Dia mengguyur tubuhnya dengan air hangat. Tubuhnya tidak seberat tadi, dia pun merasa sudah memiliki tenaga lagi saat ini. Bumi keluar kamarnya, melihat Alberto yang tertidur di sofa tapi orang yang dicarinya tidak ada.

Bumi panik mencari di semua ruang apartemen. Saat dirinya melihat jendela balkon terbuka, Bumi melihat Aster yang mengenakan topi kebanggaannya selama SMA yang dia kira hilang. Bumi tertegun.

"Jadi selama ini kamu mencurinya dariku?" tanya Aster.

Bumi tersenyum, mendekap perempuan itu dalam dekapannya. Aster pun tidak kalah erat memeluk Bumi, dirinya merasa lelaki ini sedang dalam kondisi tertekan entah karena apa. Melihat kakeknya sangat mengatur hidup cucunya, Aster pikir karena itu.

"Jangan menyerah untuk berada di sisiku. Kamu satu-satunya kekuatanku. Memahamilah dahulu walaupun aku belum bisa menjelaskan semuanya untukmu," ujar Bumi.

"Atas sikapmu yang berbeda saat makan malam itu?" tanya Aster.

"Kamu terluka?"

"Emmmm." Aster menatap mata hangat yang menatapnya begitu dekat.

"Berjanjilah untuk tidak pergi atau pun terluka apa pun yang terjadi. Aku selalu mengupayakan untuk itu," tegas Bumi.

Aster tidak pernah mendapat jawaban yang diinginkannya, tapi dia merasa selalu tidak pernah padam keyakinannya bahwa lelaki ini tidak akan mengecewakannya lagi. Aster mengecup bibir Bumi dan tertunduk malu.

ASTEROIDWhere stories live. Discover now