CHAPTER 1

86 16 0
                                    

Hujan deras dan dinginnya malam memberikan kesan menyedihkan. Seseorang dengan langkah letih berjalan menelusuri ruang gelap. Dia berusaha berlari sekuat tenaga. Tapi nyatanya dia hanya berjalan dengan letih dan bertatih-tatih.

Pakaian sobek dan tak karuan menambah kesan pilu. Beberapa bercak darah terlihat dibaju dan celananya. Pipinya yang bengkak berwarna ungu kehitaman itu tampak mengerikan. Terdapat luka juga pada pelipis dan bibirnya dengan darah yang sudah mulai mengering. Seseorang yang melihat keadaannya saat ini akan lari ketakutan dan mengira dia hantu.

Matanya berkaca-kaca. Ia berjalan ketakutan. Ingin berteriak minta tolong tapi khawatir dua sosok itu mengejarnya dan akan melakukan hal lebih buruk. Mungkin membunuhnya dan membuang jasadnya untuk menghilangkan bukti.

Langkah demi langkah membawanya ke loker room khusus para murid golden class room. Dengan langkah bertatih-tatih ia berusaha berjalan menuju lokernya. Membuka pintu loker lalu mengambil sepasang seragam olahraga kemudian mengganti pakaiannya walaupun itu sedikit sulit karena seluruh tubuhnya terasa nyeri. Ia juga memasukkan pakaian lusuhnya kedalam loker berniat akan membakar pakaian dengan bercak darah itu nanti.

"Aku tidak mungkin pulang dengan keadaan seperti ini" batinnya.

Tujuannya mengganti pakaian agar tidak ada yang tau apa yang sebenarnya terjadi padanya. Lebih tepatnya ia tidak ingin orang tuanya  khawatir.

Ia bahkan tidak menyadari sejak kapan ponselnya hilang. Harapan satu-satunya hanya ponsel cadanganya yang ada didalam loker.

Ia mengambil ponsel itu kemudian menyalakanya. Sesuai harapan daya ponselnya masih tersisa 10% padahal terakhir dia memakai ponsel ini seminggu lalu. Ponsel ini memang jarang digunakan karena hanya sebagai cadangan saja.

Terdiam sejenak berpikir tentang siapa yang akan dia hubungi untuk meminta bantuan hingga akhirnya memutuskan untuk menghubungi sahabatnya. Dalam batinnya ia berdoa semoga panggilannya segera diangkat, karena baterai handphonenya sudah hampir habis.

Di tempat lain seorang pemuda sedang asik bermain game didepan komputernya. Ditemani Coffe Milk hangat dan Mie cup rasa ayam bawang kesukaannya. Sekarang sedang hujan deras, walau ia sudah menyalakan penghangat ruangan suhu masih terasa dingin. Tiba-tiba ponselnya berdering, ia mengeluh bertanya-tanya siapa yang menggangu ketenangannya diwaktu selarut ini. Dengan kesal ia mengambil ponselnya tapi kekesalannya mendadak hilang melihat nama kontak yang menghubunginya.

Pemuda itu kemudian mengangkat panggilan itu dengan rasa sedikit heran kenapa sahabatnya itu menghubungi pada waktu yang selarut ini. Rain bukanlah typekal orang yang akan menghubungi seseorang jika tidak memiliki keperluan mendesak, dia tidak segabut itu.

"Halo Rey, kenapa nelfon gua malam-malam gini? Kangen yah?" Pria ditelpon itu sedang mencoba memainkan lelucon dan menggoda temannya.

Suara Rain terdengar letih dan lirih ia hampir kehabisan suara karena banyak berteriak tadi. "Kev jemput dong" pinta Rain.


"Lo kenapa,Ray?"

Teeetttttt

Sambungan telepon terputus. Ponsel Rain mendadak mati. Rain bahkan belum sempat mengatakan dimana lokasinya sekarang. Ia menghembuskan nafas dan berpikir sepertinya ia harus tinggal disini sampai besok pagi. Disini sangat dingin dan gelap.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 03, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang