7. skorsing

11 6 1
                                    

Love yang merasa kegeeran menjadi pusat perhatian atau memang hari ini anak anak sekolah selalu memerhatikannya. Dari mana dia masuk kelas dan tiba tiba teman sekelasnya hening tidak berbicara lagi, saat berjalan di koridor orang orang berbisik bisik, dan paling parahnya saat membawa semangkok bakso di kantin seseorang menjegal kakinya dengan sengaja.

Diana menutup mulut seolah kaget. "Ups sorry ngga sengaja," katanya puas melihat baju seragam Love yang terkena kuah bakso.

Love kenal cewek ini, Diana dari kelas IPS enam. Sekelas dengan Sean. Setaunya Diana tidak punya nyali untuk mengganggunya walau terang tetangan membenci.

"Orang buta juga tau lo sengaja selonjorin itu kaki biar gue jatuh." Love yang sejak masuk kelas suasana hatinya memburuk, berang dia ambil jus buah naga di meja lalu dia siramkan ke baju Dian. "impaskan."

Diana melotot. Dia memandang Love marah. "Berani berani lo sama gue! Gue habisin lo sekarang." Diana maju menerjang Love. Satu jambakan berhasil dia hadiahi di kepala Love.

Love tentu tidak mau kalah. Dia balas menjambak bahkan mencakar Diana dengan brutal.

Seperti mendapat tontonan gratis anak anak kantin kompak berdiri mendekat. Sebagian asyik menonton dan ada juga yang merekam untuk di share di grup kelas. Dan tidak ketinggalan pasti ada satu murid yang mencari perhatian dengan melapor ke guru BK.

"Lepas bangsat rontok rambut gue!" Teriak Diana.

Love mendecih, bukan berhenti dia semakin keras menjambak. Biar rontok sampai botak sekalian.

Tidak lama kerumunan membuka jalan untuk bu Yuni yang akhirnya datang. Wajah guru itu sama sekali tidak bersahabat. "Berhenti! Love, Diana saya bilang berhenti!"

Love mendorong Diana sekuat tenaga agar terlepas. Dia menarik nafasnya ngos ngosan antara pegal baku hantam dan emosi. Dia lirik sinis Diana yang sekarang jatuh tersungkur di bawah meja.

"Kalian berdua ikut saya ke ruang BK."

***

Untuk pertama kali dalam hidup Love mendapat hukuman skorsing dari sekolah. Tidak masalah tidak masuk dalam tiga hari ke depan, yang dia takuti bagaimana cara dia memberi tau mama dan papanya. Belum lagi ada Geo di rumah yang dia yakini akan menjadi kompor.

"Ngga bisa ketemu Gathan," gumamnya memandang jalanan depan halte muram.

"Bisa berantem juga ternyata."

Love terlonjak, ternyata Gathan. Panjang umur juga baru dia fikirkan sudah nongol saja.

"Gue denger di skors?" Gathan ikut duduk di samping Love.

Love mengangguk lemah. "Tiga hari," katanya.

"Sedih banget keliatannya ngga bisa sekolah?" Kalau Gathan di skors malah senang artinya mendapat libur cuma cuma. Memang beda ya kalau anak pintar yang di hukum.

"Iya sedih banget," ngga bisa ketemu lo, lanjutnya dalam hati.

Selanjutnya mereka saling diam dalam fikiran masing masing. Satu angkot berhenti di depan mereka, beberapa anak masuk ke dalam. Gathan melirik Love yang tidak bergeming sampai angkot itu berjalan menjauh.

"Ngelamun aja ditinggal angkot tuh," tunjuk Gathan dengan dagunya.

Love menghela nafas. "Hmm biarin aja."

"Gue anter pulang, tunggu sini gue ngambil mobil." Gathan berdiri, baru ingin beranjak pergi tangan Love menggapainya menyuruh duduk kembali.

"Belum pengen pulang," ucap Love pelan.

Zero & Hundred (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang