10

78 12 10
                                    

September 20xx



YamaChii

Semakin hari kondisi Chinen semakin memburuk. Seluruh kendali untuk gerak motriknya sudah tidak berfungsi. Hanya sekedar berbicara pun rasanya sangat sulit. Beberapa dokter spesialis yang menangani Chinen sudah mengangkat tangan menyerah. Ohno-lah satu-satunya dokter yang masih bertahan. Dokter senior itu memiliki prinsip dia tidak akan menyerah pada pasiennya apapun keadaannya. Dia akan berjuang sampai akhir meski dia tahu akhirnya akan seperti apa.

“Pa. . . pa. . .”

Suara parau Chinen menggema memenuhi ruangan, memanggil eksistensi yang duduk di samping ranjangnya sedang fokus dengan beberapa kertas yang Chinen tidak tahu apa itu. Merasa terpanggil buru-buru Yabu menghentikan aktivitasnya dan beralih pada Chinen.

“Adek butuh sesuatu?”

Ingin sekali Chinen menggeleng, tapi rasanya begitu sulit. Tiba-tiba saja ada tetesan air yang meluncur dari kedua mata Chinen.

“Adek minta maaf, pa.” Suara Chinen begitu lirih tapi Yabu masih bisa mendengarnya. “Adek udah bohong sama papa. Adek nggak jujur tentang penyakit adek. . .”

“Adek nggak salah.” Dengan lembut tangan Yabu menyibak poni Chinen yang sedikit menutup matanya. “Adek nggak perlu minta maaf.”

Bohong. Yabu berbohong. Pria itu mencoba menekan emosinya. Yabu berusaha terlihat biasa saja dan baik-baik saja pada ekspresinya.

Tapi tidak untuk hatinya.

“Adek sangat mencintai Ryo-chan. Ryo-chan baik. Adek nggak mau pisah sama Ryo-chan.”

Pertahanan Yabu akhirnya runtuh juga. Dia akhirnya ikut menangis. Hatinya sakit melihat anaknya begitu tersiksa secara fisik dan mental.

“Adek. . . “ Yabu memcoba agar suaranya tidak bergetar tapi terasa begitu sulit. “Daddy mengidap meningitis saat mengandung adek. Daddy tidak menceritakannya pada papa. Daddy terus diam sampai kandungannya berusia tujuh bulan. Adek terpaksa dilahirkan secara prematur dan papa baru mengetahuinya saat itu. Dokter yang menangani daddy adalah Ohno-sensei. Dokter yang juga merawat adek sekarang. Daddy juga sama seperti adek, daddy menyuruh Ohno-sensei tutup mulut agar papa tidak tahu.”

Kedua tangan Yabu menangkup tangan kurus Chinen.

“Papa minta maaf. Papa tidak jujur sama abang dan adek.”

Air mata yang semakin membasahi wajah Chinen menjadi bukti betapa terlukanya dirinya. Setelah sekian lama, Yabu baru menceritakan tentang sosok yang melahirkannya ke dunia ini. Chinen tidak bisa marah, dia tahu Yabu begitu karena Yabu mencintainya dan Takaki. Chinen merasa ini adalah ironi. Dia mirip seperti Inoo yang tulus mencintai Yabu, sampai-sampai dia harus berbohong agar orang yang dicintainya terus tersenyum.

Di balik pintu kamar rawat Chinen, sosok Yamada sedang berdiri. Pemuda itu mendengar semuanya dari pintu yang sedikit terbuka. Mendengar betapa Chinen juga bergitu mencintainya.

Yamada bersandar pada tembok di belakangnya, mencoba menenangkan dirinya. Bisakah dia berharap keajaiban itu datang? Dia ingin Chinen sembuh. Dia ingin melihat Chinen yang selalu menyapanya setiap pagi, memeluknya, menciumnya. Yamada ingin mendapatkan itu kembali. Rasanya dia begitu iri pada Takaki dan Arioka, dengan kebahagiaan yang akan lengkap menanti kelaihiran anak pertama mereka.

Perlahan tubuh Yamada merosot jatuh. Dia terduduk memeluk kedua lututnya dan menyembunyikan wajah tampannya di baliknya. Dengan begitu tidak ada yang tahu tetesan-tetesan liquid asin yang sejak tadi mati-matian ia tahan.

“Yuri. . . “






















=TBC=















Makin lama storynya makin ga jelas.. 🙈🙈

Mungkin tinggal 4 chap lagi setelah itu fokus book sebelah..

See you next chap.. 😘😘

Love is YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang