CHAPTER 7

2.3K 246 109
                                    

   Kacau. Hanya satu kata itu yang dapat menggambarkan keadaan Heeseung saat ini.

   Senyum yang biasanya terpatri di wajahnya, perlahan mulai hilang. Sorot matanya yang hangat mulai meredup. Sikapnya yang ramah menjadi dingin seiring waktu. Bahkan orang-orang di sekitarnya pun dapat merasakan perubahan itu.

Sudah 4 hari sejak kejadian itu, dan selama 3 hari Heeseung lebih memilih untuk tetap berada di rumah dari pada kuliah. Persetan dengan nilainya. Ia perlu mengistirahatkan pikirannya.

   Walaupun begitu, hari ini dia akhirnya memutuskan untuk kuliah. Apapun yang terjadi, apapun yang akan ia lihat nanti, ia harus kuat dan menerima segalanya.

Heeseung cukup beruntung karena ia mempunyai teman yang memperhatikannya. Geonu tak henti-hentinya memerhatikan Heeseung dan menghiburnya.

   Sedangkan Zian? Tangannya sudah gatal ingin menghabisi Sunghoon atas apa yang ia perbuat. Sungguh, jika bukan karena Heeseung sedang dalam masa buruknya ia pasti sudah akan menghabisi Sunghoon detik ini juga.

“Heeseung-ah, apa kau tidak lapar?” tanya Geonu dengan tangan kanan yang menopang dagunya. Dia sungguh sangat lelah karena mata kuliah hari ini benar-benar menguras isi otaknya.

“Tidak,” jawab Heeseung singkat.

“Bilang saja tidak mau ke kantin kan?” tebak Geonu kesal. Sebenarnya ini adalah salah satu caranya untuk Heeseung melupakan kesedihannya. Ia berharap bahwa Heeseung bisa berbicara lebih banyak dari itu.

“Aku ingin ke perpustakaan, “ jawab Heeseung lalu segera beranjak dari duduknya dan berjalan keluar kelas.

“Harus pakai cara apalagi? Tau sendiri kan kalau otakku sering kali nge-lag?” tanya Geonu kepada Zian. Zian hanya mengidikkan bahunya.

“Mau ke kantin tidak?” tanya Zian.

“Hah..ayo.”

  Mereka kemudian beranjak dari tempat duduk dan berjalan keluar. Suasana kampus mereka ramai. Tak jarang juga ada yang menyapa mereka saat berpapasan. Berteriama kasihlah kepada Heeseung yang membawa ketenaran kepada mereka.

                        ***

Heeseung berjalan menuju perpustakaan dengan tenang, namun raut datarnya sungguh mengherankan banyak orang. Apalagi ini pertama kalinya ia kuliah sejak 3 hari ia bolos.

Saat ia akan memasuki perpustakaan, ada orang yang keluar dari sana dengan setumpuk buku yang  menutupi wajahnya. Orang itu tidak sengaja menabrak Heeseung hingga buku-bukanya jatuh.

“Maaf, maafkan aku—“ ujar orang itu tiba-tiba terhenti saat melihat orang di depannya.

Heeseung yang sudah berjongkok ingin membantunya, seketika berdiri dan memasuki perpustakaan tanpa sepatah kata pun setelah bersitatap dengan orang itu.

“—Heeseung hyung,” ucapnya dengan lirih. Dia Sunghoon. Dan ini pertama kalinya sejak kejadian itu ia melihat Heeseung. Rasa bersalah mulai menjalar ke sekujur tubuhnya. Bahkan sampai sekarang ia tidak berani menemui Heeseung secara langsung untuk hanya sekedar meminta maaf.

Sunghoon juga mengalami masa sulit sejak itu. Baginya, Heeseung dan Jake adalah 2 orang baik yang telah mengisi hari-harinya. Namun dengan brengseknya dia, mengucapkan janji kepada keduanya yang membuat hal yang berujung seperti ini. Menyesal pun sudah terlambat.

Sunghoon lalu segera membereskan buku-buku itu dan segera keluar dari perpustakaan.

“Dia bahkan tidak menoleh kebelakang sedikitpun,” lirih Heeseung pelan. Ia lalu memilih tempat duduk di samping kaca yang menghadap ke taman kampusnya setelah mengambil salah satu buku dari rak sejarah.

The Real Betrayal | Heeseung X Sunghoon Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang