Chap. 12 - Toxic

448 84 4
                                    


Myungsoo menggandeng tangan Suzy sambil berjalan menuju hotel dimana Jack menunggunya. Sesekali menghela nafasnya karena ia harus membiarkan wanita rapuh itu kembali ke lelaki jahanam, Martin. Ia mengecup punggung tangan Suzy kemudian menatap Suzy dengan penuh kasih.

"Aku akan segera menemuimu lagi." Ucap Myungsoo meyakinkan Suzy yang hanya tersenyum kecil dan mengangguk.

"Aku juga akan mengirimkan semua lukisan kita itu. Apa jadinya saudaramu jika melihatnya, mereka pasti shock." Canda Myungsoo kemudian.

"Myungsoo-ah." Ucap Suzy dengan kepala menunduk. Berpikir.

"Eum?." Gumam Myungsoo.

"Sebenarnya aku punya rahasia yang belum ku katakan padamu. Aku rasa ini tidak begitu penting tapi jika benar kau ingin membawaku ke kembali ke Haenam, ada satu hal yang ingin ku ceritakan padamu." Balas Suzy. Myungsoo berhenti. Merendahkan tubuhnya dengan kedua tangan dibahu Suzy. Menatapnya tepat di bola matanya.

"Katakan, aku yakin itu tak akan mempengaruhiku." Ucap Myungsoo penuh percaya diri.

"Rumahku di Haenam memiliki nama rumah pelukis. Alasannya karena orang tuaku juga pelukis sepertiku. Tapi sebenarnya alasan nama itu bukan dari itu." Jelas Suzy menautkan jari-jarinya pada jari Myungsoo.

"Ini alasan kenapa Martin membawaku kesini dan tak mengizinkan aku berhubungan lagi dengan siapapun yang memiliki hubungan denganku sebelumnya." Lanjut Suzy.

"Rumahku mendapat julukan itu karena terjadinya pembantaian 18 tahun yang lalu. Aku dan saudaraku nyaris tak dapat diselamatkan hari itu jika bukan karena tumpukan lukisan yang menjadi tempat kami bersembunyi. Ibu, ayah, dan nenekku meninggal dengan tragis didepan mata kami. Kami memiliki trauma besar karena hal itu. Adikku tak bisa melihat warna merah sementara kakakku tak bisa memiliki hubungan dengan orang lain. Membuatnya terlihat sangat agresif. Sementara aku, aku tak bisa merasakan rasa sakit. Aneh bukan." Jelasnya dengan tawa pahit diujung kalimatnya yang tentu saja tak mendapat tanggapan baik dari Myungsoo.

"Kami pindah dari Haenam dan hanya kembali setahun sekali untuk peringatan kematian mereka. Jadi banyak orang Haenam yang menghiraukan keberadaan kami. Sebenarnya ada satu hal yang sangat ingin kukatakan. Bahkan tak ada satupun orang yang sudah mendengarnya dariku. Tapi sepertinya aku ingin mengatakannya kepadamu." Lanjut Suzy.

"Jika aku memang harus mati, biarkan aku mati bunuh diri. Aku tak ingin orang lain yang membuatku meninggalkan dunia ini." Ucap Suzy menatap mata Myungsoo yang menatapnya dengan pandangan campur aduk itu.

Grep...

Myungsoo memeluk Suzy dengan erat. Tak berniat melepaskannya dengan air mata yang memenuhi kelopak matanya.

"Kenapa kau mengatakan itu, aku baru saja masuk ke kehidupanmu. Jangan mendorongku pergi darimu." Ucap Myungsoo serak.

"Jika itu terjadi, tolong simpan aku dalam kenanganmu." Ucap Suzy lagi. Sangat lirih.

"Aniya, untuk apa aku mengingat kenangan menyakitkan yang tak mungkin terjadi itu. Ada aku, aku mohon jangan pikirkan hal itu lagi. Aku mohon." Ucap Myungsoo mendekapnya dengan erat.

---------|||------------

3 bulan kemudian....

Suzy berjalan dengan riang masuk kedalam toko buku Monti sambil melambai kecil kemudian mengambil buku yang terbungkus plastik bening itu dan tersenyum dengan lebar ketika melihat nama Myungsoo di ujung buku itu.

"Venice. Petualangan tiada akhir, kenangan..." Ucap Suzy bergumam membaca tulisan di cover belakang buku itu sambil membawanya ke counter Monti.

"Kau benar-benar tak bisa dihentikan." Canda Monti mengulurkan postcard yang merupakan set dengan buku itu.

A Belle EtoileWhere stories live. Discover now