Sembilan.

294 73 59
                                    

Airi berjalan santai dengan sepatu boots coklat bergaya vintage kesukaannya. Sambil menikmati udara sejuk yang sangat jarang ia rasakan di kota padat penduduk ini.

"Selamat datang di Kopi Seni!"

Ia mempercepat langkah sedikit berlari menghampiri seorang pria yang tengah asik menggores pena pada lembar putih. Airi duduk begitu saja membuat atensi pria di hadapannya teralih padanya.

"Hai." sapanya.

Airi tersenyum dan membalas sapaan itu dengan lambaian tangan. Pria itu menggeser secangkir Latte hangat padanya.

"Caramel Latte with Cinnamon, kan? Sudah kupesan untukmu."

Airi tersenyum senang. Ia mengeluarkan ponsel, lalu memotret minumannya. Barulah ia menyesapnya setelah ia kirim ke story instagram miliknya.

"Aku sudah menyelesaikan lagunya sebagian. Mau dengar?"

Airi melirik Chan dan mengangguk semangat dengan cangkir masih terselip di bibirnya. Segera ia letakkan kembali cangkir kopi di atas meja dan membersihkan bibirnya.

Chan terkekeh melihat masih ada sisa busa di bagiam atas bibirnya. Ia mencondongkan badannya. Tangan kanannya terulur menyeka foam yang terlihat lucu di wajah gadisnya. Terlebih gaya rambutnya yang seperti ekor kelinci sangat menggemaskan baginya.

Diberinya airpods hitam dan mulai memutar potongan lagu yang sudah ia buat. Lagu dengan puisi ibu Airi sebagai liriknya. Dengan serius gadis itu mendengarkan nada demi nada yang terputar.

Hanya empat puluh detik. Lagu itu sudah mampu membuat darah Airi berdesir. Begitu hebat sebuah lagu bisa menyentuh perasaan siapa yang mendengar. Ia menatap dalam pria di hadapannya.

"Bagaimana?" tanya Chan menunggu jawaban.

"Aku suka! Ini bagus sekali!"

Chan tersenyum lega. Mendapat reaksi yang begitu baik membayar semua rasa lelahnya.

"Kamu tahu? Aku bahkan tidak tidur tiga hari untuk menyelesaikan bagian ini."

Airi tersenyum manis. "Kamu melakukannya dengan baik. Aku suka."

"Aku tahu. Semua laguku pasti hasilnya akan bagus." ucapnya sombong.

"Jangan sombong! Aku pukul kamu!"

"Iya, iya. Bercanda astaga, galak." Chan mengusap kepala Airi gemas. Gadis itu memukul tangan Chan karena membuat rambut kelincinya berantakan.

Bukannya merasa bersalah, Chan justru tertawa melihat Airi menekuk wajahnya sebari menata kembali rambutnya. Demi Tuhan, gadis itu berkali-kali lipat terlihat sangat menggemaskan!

Para pengunjung coffee shop juga merasa gemas melihat interaksi keduanya. Di fakultas seni, nama mereka memang cukup dikenal. Seorang komposer muda dan tampan yang memiliki banyak prestasi. Dan seorang pelukis cantik dengan wajah polos bagai malaikat bumi.

Kolaborasi yang sangat cocok. Pasangan yang bisa membuat iri seluruh pasang mata yang melihat. Kabar tentang hubungan mereka pun sudah tersebar luas di penjuru kampus. Sayangnya, kabar itu salah.

Airi menolak pernyataan Chan untuk menjadi pacarnya. Sungguh, rasanya lebih menyakitkan dibanding kalah taruhan dengan Seungsik.

Tidak, bukan karena gadis itu tidak menyukai Chan. Ia suka. Sangat suka. Namun pertengkaran orang tuanya yang berujung cerai meninggalkan trauma. Terekam jelas dan membekas. Ia menjadi takut untuk menjalin hubungan.

Karena itu mereka berdua sepakat. Sepakat untuk menjadi sahabat dan teman dekat dengan menyelipkan hal-hal manis di dalamnya. Tak ada bedanya dengan menjain hubungan romantis, bukan?

NADA SUNYI  (( HeoChan VICTON FF ))Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang