Halo!
Sebelumnya maaf ya karena baru bisa update sekarang. Akhir-akhir ini lagi sibuk ... sibuk nggak ngapa-ngapain wkwk
Selamat membaca!
Setelah melaksanakan ibadah salat Isya bersama keluarganya, Meisya mengurung diri di kamar. Perempuan itu membaringkan tubuh di atas kasur sambil mengamati langit-langit kamarnya yang dihiasi cat bermotif awan.
Setelah cukup lama termenung, Meisya lantas mengambil ponselnya yang terletak di atas nakas, memeriksa apakah ada notifikasi baru yang muncul di ponselnya atau tidak.
Sesaat Meisya tersenyum begitu aplikasi chat-nya menunjukan beberapa pesan masuk yang belum terbaca. Meisya berharap itu adalah Hanan. Namun, rasa senangnya itu sirna begitu ia mengetahui siapa pengirimnya. Naia—temannya bertugas di Rumah Sakit, perempuan itu mengajaknya berkumpul esok hari selepas bekerja.
Meisya mengabaikan pesan dari Naia, ia memutuskan untuk menghubungi Hanan. Meski sekadar pesan singkat, Meisya tak ingin ikatan yang sudah mereka jalin kian merenggang, terlebih sikap Hanan yang mulai berubah.
Me
Halo Mas, sedang apa?Pesan yang hanya berisi sapaan dan pertanyaan klise itu akhirnya Meisya kirimkan kepada Hanan.
Meisya tidah menaruh ekspetasi tinggi, Hanan tidak mungkin membalasnya dengan cepat. Laki-laki itu pasti tak mempedulikannya.
Meisya terus mencoba berprasangka baik, barangkali laki-laki itu sedang fokus bekerja dan tidak ingin diganggu oleh siapapun.
Meisya kemudian bersandar ke kepala ranjang. Otaknya memutar ulang kejadian yang terjadi dua bulan ke belakang. Ketika pertama kali Hanan menginjakkan kaki di kediamannya, awalnya Meisya sukses dibuat terpukau saat melihat Hanan yang memerlakukan Ibnu dengan penuh hormat. Laki-laki itu datang guna menemani sang ayah yang hendak mengunjungi Rafli—teman lamanya.
Sejak hari itu, Hanan dan Ibnu kerap bertamu ke rumahnya. Meisya tidak merasakan sesuatu yang janggal. Hingga satu minggu berselang, Arumi berkata akan menjodohkan keduanya.
Meisya jelas menolak, ia juga tidak menyangka perkumpulan orang tua itu memiliki tujuan lain.
Arumi dan Rafli yang tidak menerima penolakan tetap pada pendiriannya untuk mendekatkan anaknya dengan Hanan, mereka sampai tidak mengindahkan kondisi anaknya yang amat keberatan.
Terlalu cepat bagi Meisya untuk memasuki babak baru yang lebih serius, apalagi mereka baru saling mengenal.
Sayangnya, Hanan yang kala itu belum menunjukan sisi gelapnya berhasil meluluhkan Meisya yang keras kepala.
Meisya kira Hanan adalah malaikat pelindungnya. Namun, kenyataannya laki-laki itu justru orang yang menorehkan luka di hatinya.
Arumi dan Rafli tak pernah bosan memuja keseriusan Hanan dalam meminangnya.
Dalam kepalanya Meisya berpikir, orang tuanya tidak tahu saja perbuatan Hanan kepada anak perempuannya ini.
Satu hal yang membuat Meisya bertahan. Arumi tampak sangat bahagia melihatnya bersama Hanan, dan Meisya tak sampai hati merusaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Akad Kedua
SpiritualSetelah bercerai dengan Davina, Fiza dipertemukan lagi dengan Meisya-perempuan yang pernah mengisi hatinya di masa lalu. Fiza tidak bisa berbohong jika rasa itu kembali muncul. Sayangnya, kenyataan pahit harus ia terima begitu mengetahui jika Meisya...