3. MENCARI

162 37 13
                                    

Bab 3
[Yang di masa lalu, adalah apa yang harus dilupakan]

"CUT!"

Tubuh jangkung itu bangkit dari duduknya. Syuting hari ini berakhir cukup cepat, karena kebetulan Nata hanya punya dua scane adegan, selebihnya akan dilakukan hari esok.

Nata menatap pergerakan jarum jam yang berada di pergelangan tangannya. Waktu terus berjalan, tiap detiknya.

Senyum di bibir Nata terbit, ia meraih kunci mobilnya. Nata ada urusan mendadak.

"Nat, mau kemana?" tanya Efan, saat melihat Nata berjalan tergesa-gesa ke luar dari lokasi syuting.

"Ada pokoknya," jawab Nata singkat.

Sejak pertemuannya kemarin dengan Nina, Nata terus-menerus memikirkan Nina. Ada satu hal yang membuatnya terganggu, yaitu hidup Nina yang terlihat buruk dan suram.

Apalagi, ketika Nata mengetahui Nina dipecat dan diberhentikan secara tidak adil. Nata lebih marah lagi.

Siapa yang tidak akan melawan jika dilecehkan? Nata menutup matanya sebentar, ia merasa menyesal karena tidak meninju pria tua bangka itu kemarin.

Hiruk-piruk keramaian ibu kota membuat Nata bosan. Jalanan terlihat padat, belum lagi udara panas yang terasa menyengat di luar sana.

Nata memarkirkan mobilnya dengan asal di depan restoran. Ia turun dari dalam mobil, lengkap dengan topi hitam dan masker yang menutupi wajahnya.

"Nina?" tanya seorang pramusaji yang kebetulan ia bayar agar bisa berbicara dengannya. "Dia dipecat," sambungnya.

Bukan itu, informasi yang ingin Nata dengar. Lagipula, ia sudah tahu bahwa Nina telah kehilangan pekerjaannya.

"Lo tahu, rumah atau alamatnya?"

Wanita bertubuh semok itu menggeleng.

Sepertinya, Nata bertanya pada narasumber yang salah. Tidak ada petunjuk apapun yang bisa memberitahukannya keberadaan Nina.

"Tapi, saya punya nomor hape Nina, Mas," kata wanita itu lagi, saat Nata bangkit.

Dari tadi dong! Nata membalikan badan, melepaskan maskernya lalu tersenyum bak malaikat.

"Anata Raganta?" tanya wanita itu syok, sambil menutup mulutnya, ia benar-benar tidak percaya dengan apa yang ada di depannya saat ini.

"Bisa berikan nomor hape Nina?" pinta Nata, sekali lagi ia tersenyum bak malaikat.

Wanita itu mengangguk cepat, sambil tersenyum malu-malu. "Tentu Mas, saya fans berat, Mas Anata," jawab wanita itu dengan suara tertahan dan bergetar.

Ia terlihat sangat gugup di depan Nata. Jelas saja, siapa yang tidak akan tersihir dengan pesona seorang bintang papan atas?

***

"Nin, ini gue bungkusin nasi goreng dan juga ayam--" Disa menahan Nina, ketika wanita cantik itu hendak pergi dari cafe kecilnya.

"Nggak usah, Dis," tolak Nina tidak enak. Disa sudah terlalu banyak membantunya.

"Nggak apa-apa, buat lo dan Alya makan siang. Lagipula, lo udah bantuin gue di cafe," kata Disa dengan senyum manis. Ia membuka tangan Nina, lalu meletakan plastik hitam itu di sana.

I Just Want To Stay With YouOnde histórias criam vida. Descubra agora