Puncak kekesalan pada diri sendiri

28 1 0
                                    

Kali ini, daripada sakit hati, akan lebih pas jika disebut 'puncak kekesalan pada diri sendiri'.
Kenapa begitu ?

Salah satu hal yang baru aku sadari saat ini, semua yang menyebabkan aku patah hati, perasaan lebih akan  beberapa lelaki ini berawal dari kata 'Teman'.
Sebutan yang membikin aku lengah dari menjaga hati.
Kebaikan mereka, kesamaan frekuensi, hobi yang sama membuat obrolan kami bisa lebih hangat.

Meski aku hanya berniat 'menemani' mereka, akan lain ceritanya jika mereka mencoba untuk melangkah lebih dari teman.

Teman-teman itu mulai memberikan perhatian lebih, sementara aku mulai terbiasa dengan keberadaan mereka. Mulai mempertanyakan ketika seharian ia tidak men-chat lewat WhatsApp, memberi perhatian lebih di keseharian mereka, lalu mulai senang dengan apa yang mereka bicarakan.
... Terlebih ketika teman lelaki itu memang seperti memberikan harapan-harapan yang dapat melambungkan asa.
Hingga akhirnya, kita berpikir "ah, is he the one?"

Kebanyakan begitu, diawali aku yang berniat memiliki banyak teman, berakhir dengan aku yang jatuh hati karena diberi harapan. Semudah itu.

----
Jadilah hari ini aku mencoba menjaga hubunganku dengan semua lelaki yang kusebut teman. Sebab tidak ada yang tahu akan berakhir bagaimana, termasuk jika aku berpikir 'aku tidak suka orang ini'. Setidaknya itulah kesan pertamaku pada orang yang membikin hati aku paling nyeri.
Kalian tahu?
Aku hapus semua kontak berjenis kelamin lelaki. Semuanya kecuali saudara, sahabat, dosen, teman lelaki yang sudah terlihat serius dengan pasangannya, dan rekanku kerjaku. Mungkin itulah alasan kalian tidak melihat status WA ku lagi :"

Sementara itu, di media sosial lain, aku makin membatasi aktivitas dengan lawan jenis. Aku hindari percakapan seru dengan kawan lelakiku itu. Bilamana mereka datang bertanya, aku jawab dengan dingin. Bilamana mereka ingin bertemu, kutolak bila hanya untuk menghilangkan gabut.

Semua ini untuk diriku. Bahwa perasaan tidak semurah itu.

---
Kenapa aku melakukan semua ini ?
Aku kesal. Kesal pada diri sendiri yang membiarkan hati dimasuki siapa saja. Padahal pabila patah, ia termasuk spesies hati yang rapuh sekali. Bahkan hanya untuk kedekatan yang masih baru. Bahkan banyak temanku mencibir ''gitu aja kok galaunya berlebih, dasar baperan !''
Ah kawan, padahal siapa yang sudi memiliki hati serapuh ini....

Daripada aku mengutuk mereka sebab mempermainkanku, lebih baik aku mengutuk diriku sendiri! Aku sudah cukup dewasa untuk menyadarinya.
Termasuk menyadari "Bener ya kita memang harus jaga batasan dengan bukan mahrom.. bener bahwa kita harus menjaga khalwat.."

"Sudah tahu rapuh ! Masih saja begitu !"

Pernah kulakukan hal-hal seperti menghapus nomor lelaki dan sebagainya. Dengan alasan 'menjaga khalwat'. Tapi makin kesini aku berpikiran 'tidak apa-apa, hanya teman,  kami tidak bersentuhan juga kok'. PEMBENARAN, tentu saja. Tapi sekarang, aku telah membuktikannya. Memang benar, kita harus menjaga khalwat dengan lawan jenis.. baik itu fisik, maupun perasaan.

Ah Tuhan, Maha Benar Engkau dengan segala titahMu...

#

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 22, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Tulisan Random Ilmi eh Asinnuriach deng heheWhere stories live. Discover now