Pillow Talk

2.6K 277 22
                                    

Lanjutan dari part; Siapa yang Ngajarin?


Lampu utama sudah dimatikan, remang lampu tidur menemani Tay yang menguap berkali-kali, mengantuk. New membiarkan Tay memeluknya dari samping, satu tangannya tersampir ke atas kepala, masih ingin berkelana dengan pikirannya sambil menatap langit - langit.

"Tee.. "

"Hmm?" Yang dipanggil menyahut lemah, sudah setengah sadar.

New tidak langsung menjawab, memilih menumpukkan satu tangan lainnya dengan tangan Tay di atas perut.

"Kamu pengen nikah?"

Tay mengeratkan pelukan, menggeser tubuh semakin dekat hingga hidungnya menempel pada ketiak New. Tay Tawan dan fetish anehnya.

"Aku bikin kamu ragu ya?" New menambah pertanyaan, tidak peduli pertanyaan sebelumnya belum terjawab.

Bisik-bisik sebelum tidur itu terhenti sesaat.

"Enam puluh empat puluh" Suara mengantuk Tay akhirnya terdengar.

"Aku enam puluh?"

Pertanyaan New dijawab dengan gerakan mengangguk.

"Huh, gimana caranya ya Tee biar ga takut?" Tatapan New semakin mengawang-awang seiring elusan ibu jarinya pada lengan Tay Tawan.

"Take things slow, baby. We have eternity to convince each others which way is the best"

Kamar tidur itu kembali tenang.

"Aku masih sering doa yang aneh-aneh, kayak Sasin tiba-tiba ngasih kabar pacarnya hamil" Kali ini Tay yang memecah keheningan.

"Berasa jahat panget aku ga sabar pengen lempar tanggung jawab" Tanggung jawab sebagai putra tertua dan penerus nama Vihokratana. Ia dan New tidak mungkin bisa punya anak biologis, ini valid.

New memiringkan tubuh ke arah Tay, memainkan rambut-rambut yang berserakan di bawah dagunya,

"Think the other way Tee, Mama sama Papa ga pernah maksa kamu buat ngambil tanggung jawab. Lagian kasian Mama, lagi riweuh sama mbak yang hamil gede tiba-tiba anaknya yg satu lagi malah hamilin anak orang. Gimana sih kamu"

Tay mengusalkan wajahnya, mencari posisi nyaman, "What about yours?"

New kini mengelus helaian halus milik Tay, "Mom always no comment, you know it. Dad never bother about it, cuma ya ada keluarga yang kelimpungan takut-takut kalo nantinya adek yang malah dijadiin penerus, ga mau jatuh ke orang lain katanya"

New menghela napas, "Kasian adek tau Tee, he didn't ask to be born in the first place, yang ngelakuin kesalahan orang tuanya tapi dia yang dianggap aib"

"Adek udah mau SMP ya" kenang Tay, menikmati elusan di surainya.

"Iyaa, kayaknya mau dikirim keluar itu. Ga tega aku"

Keduanya kembali diam, Tay sudah hampir jatuh ke alam mimpi saat New kembali buka suara,

"Rambut kamu udah panjang nih, potong gih"

"Potongin" jawab Tay asal, ia sudah sangat mengantuk.

New tersenyum meski Tay tidak dapat melihatnya, "Ntar ngaceng lagi lo!" jawab New sambil menepuk pelan kepala Tay.

Tay membuka matanya kaget, kemudian beringsut mundur agar dapat melihat wajah New.

"Lo nyadar?!" tanya Tay histeris. Kenyataan bertahun-tahun yang lalu ini baru diketahuinya.
New mengangguk sambil tersenyum geli.

Tay bergerak menelentangkan tubuh dengan cepat, kedua telapak tangannya menutup wajah, malu.

"Anjir malu banget gueee" rengek Tay sambil menendang-nendangkan kaki ke udara.

Kini gantian New yang beringsut dan memeluk Tay dari samping, "Muka lo bego banget tu dulu, mau gue ketawain ntar lo trauma, kasian"

Tay tiba-tiba menghentikan gerakan menendangnya dan menurunkan kedua telapak tangan yang tadinya menutupi wajah, "Eh tapi kalo sekarang ga papa sih, kan lo bisa bantuin. Ih kinky banget ga tuh?"

New menutup matanya, ocehan Tay yang mulai aneh-aneh tanda pembicaraan harus diakhiri disini.

"Tidur lo!" Tepuk New pelan pada bahu Tay.

"The Barber" Lanjut Tay tidak memedulikan New yang sudah menutup mata ingin tidur.

"Atau The Handsome Costumer?"

"Tidur brengsek!"



26 Juli 2020.

a.n. : Habis ini gue fokus ke main story, janji!

HOME - TayNew (Side Story)Where stories live. Discover now