makian

383 76 4
                                    

"Sekarang waktunya papah denger cerita dari kamu."

Seungwoo memandang keheranan begitu melihat wajah tampan anaknya memiliki sedikit lebam di sudut matanya.

Sepanjang perjalanan menjemput Eunsang dari sekolah menuju rumah, bocah itu memilih bungkam dan menghindari kontak mata dengan ayahnya.

Membuat Seungwoo mau tak mau baru bisa mengadili si anak begitu tiba di rumah, pukul enam sore.

"Cerita. Papah harus tau kenapa kamu bisa gini."

Eunsang bungkam.

"Eunsang. Papah ga akan pergi sebelum kamu cerita ini kenapa wajah bisa biru gitu?"

"Ada lah pah. Masalah Eunsang sendiri."

Seungwoo menipiskan bibirnya. Anaknya ini masih kelas dua SD, tapi gimana bisa ngerti pukul-pukulan begini.

Seungwoo bukannya bener-bener gatau. Tentu dia dapat laporan dari guru Eunsang kalo anaknya terlibat baku hantam dengan teman sekelasnya.

Dan setelah di cari tau, penyebabnya adalah Eunsang yang ga terima dapat cemoohan dari temannya.

"Papah tau kamu kenapa bisa gini. Tapi papah pengen denger dari kamu sendiri, alasan kamu pukul temenmu itu apa."

Eunsang menggerutu sejenak karena masih merasa kesal, mengingat kata-kata yang dibilang temannya tadi siang.

"Temen Eunsang bilang, Eunsang bukan anak kandung papah."

***

"Pah, aku ada operasi habis ini. Tolong jangan telfon lagi."

MAU SAMPE KAPAN KAMU JADI PEMBERONTAK GINI?

Arin menjauhkan ponselnya dari telinga begitu nada suara ayahnya meninggi.

Kenapa ga bilang dari awal kalo kamu ga suka sama Arnold? Bukannya bersikap baik, kamu malah berlagak bikin kacau acara makan malammu.

"Itu bukan aku, pah. Arnold yang bikin kacau."

Ga usah bantah. Kalo dari awal papah tahu kamu ga suka Arnold, papah ga akan repot atur kerjasama sama bapaknya. Sekarang liat, gara-gara kelakuanmu, papah harus lembur.

"Dari awal aku udah bilang kalo aku ga setuju. Papah sendiri yang maksa."

Lihat. Papah malah jadi kambing hitam. Kamu ga malu sama mamah kamu, karena kamu terus-terusan bikin papah sakit kepala? Kenapa kamu ga bisa sekali aja jadi anak yang bener-


 

Ttutt


Arin memutus sambungan teleponnya secara sepihak. Dia merasa bahwa dirinya akan benar-benar hancur apabila mendengar makian ayahnya lebih lama.

"Dokter Arin, masih lama ga?"

Arin langsung tersadar begitu profesor Johnny memanggilnya dari luar ruang ganti.

Dia buru-buru mengganti bajunya dengan setelan seragam operasi, dan bersiap menyusul prof Johnny.

Menurutnya, tidak ada yang bisa menahan dirinya untuk lebih lama menikmati hidup, selain rumah sakit dan segala pelayanan yang dia berikan.






to be continued

After | Han Seungwoo ✔Where stories live. Discover now