8. Obstacle

411 51 1
                                    

Taehyung.

Ting tung...

Jungkook merasa gugup dengan kaki yang gemetar ketika detik dimana kami tiba dirumah Yeri. Aku, tetap memasang wajah dinginku seperti biasa. Meski dalam perasaanku juga takut. Takut jika gugup tak bisa lancar berbicara di hadapan orangtua Yeri. Tetapi bagaimanapun itu, sejak kemarin aku memutuskan apa yang harus ku ambil, aku sudah memikirkan resikonya. Dan aku yakin, awalnya memang tak lancar dan berliku terjal. Namun seiring berjalannya waktu, semua letih perjuangan itu akan terbayar lunas dengan sejuta kebahagiaan.

Ceklek

Kami bertiga menatap Yeri karena dia yang membukakan pintu. Gadis itu membelalakkan mata tak percaya ketika kami sudah siap berdiri disini untuk bertamu ke rumahnya.

"Selamat sore, Yeri", sapaku tanpa ekspresi.

"S-s-selamat pagi Kak Tae, Nenek", sapa Yeri pada kami. Tanpa menyapa Jungkook.

"Apa---kedua orangtuamu ada di dalam?", tanyaku menanyakan sebelah alis.

"A-ada Kak. Tapi---ada perlu apa ya? Dan kenapa mendadak sekali?", tanyanya menahan rasa gugup.

"Kurasa kau sudah tau tujuan kami, Yeri. Biarkan kami meluruskannya. Ini juga demi kau dan Jungkook", tegasku membuatnya bisa berpikir jernih. Bagaimanapun juga ini demi kebaikan mereka. Supaya mereka bisa menikah tanpa ada isu miring dari orang luar.

"Ngh---b-biar saya bilang sama Papa dan Mama saya dulu ya?".

"Jadi maksud anda---Adik anda itu telah menghamili anak saya?!", pengulangan tanya Papa Yeri yang nampaknya begitu tak percaya dan tak terima akan kenyataan ini begitu menahan murkanya. Semua penghuni rumah itu bahkan Jungkook dan Nenek sendiri hanya pasrah menerima luapan emosi dari Papa Yeri. Sedangkan aku masih dengan wajah dingin dan datarku, aku tak mau kalah dalam menaklukkan masalah ini. Sekarang aku berpacu deras ingin membela Jungkook.

"Ini semua sudah terjadi, Pak. Dan ini juga bukan murni kesalahan Yeri. Semua sudah saya jelaskan dengan jelas tanpa ada yang tertinggal dari setiap inci kejadian itu. Saya harap---anda tak gegabah untuk memarahi Yeri. Jikalau adik saya---", ku alihkan pandanganku menatap Jungkook, "Kau bisa meluapkan kekesalanmu padanya karena telah menodai Putri anda. Tapi jangan salah---niat kami kemari untuk meminta Yeri agar menjadi istri dari Jungkook. Adik saya ini tidak akan lari dari tanggung jawab Pak", belaku berharap otak Papa Yeri bisa kembali berpikir jernih. Aku bisa mengerti bagaimana perasaannya. Dan aku tak bisa memaksakan kehendaknya. Tetapi sekarang bukankah tidak ada lagi waktu untuk meluapkan emosinya? Yang penting sekarang mereka harus dinikahkan. Jika tidak, rumor buruk dan tidak sedap akan beredar. Dan yang pasti, kami tak mau hal itu terjadi.

"Semua konsekuensi dan resiko sudah saya jelaskan juga Pak jika mereka tidak segera dinikahkan. Awalnya saya juga merasakan kemarahan yang dahsyat dan kekecewaan yang begitu mendalam pada adik saya ini. Kenapa dirinya bisa sebegitu bodohnya melakukan hal terlarang itu. Tapi kembali lagi, Pak. Mereka adalah dua insan yang saling jatuh cinta. Biarkan mereka hidup bersama menjalani hari-hari berdua dengan calon anak mereka nanti. Toh itu juga adalah cucu anda, dan keponakan saya", lanjutku terus menghujamnya dengan banyak pemikiran positif.

"Anda benar Tuan Taehyung. Tapi---ini masih membuat saya dan Mamanya Yeri syok", raut wajah Pria paruh baya itu mendadak berubah sendu memalingkan wajahnya menatap istrinya yang menangis tersedu memeluk Yeri tak menyangka akan ini semua. Akupun demikian, mereka sekarang merasakan apa yang kurasakan sebelumnya. Bagaimanapun itu kita harus percaya, ini semua hanyalah sementara. Semuanya akan kembali berjalan mulus seperti semula. Hanya saja, keluarga Yeri sangat terkejut. Tapi pasti mereka merestui Jungkook dan Yeri.

Your Eyes TellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang