XIX

5.1K 660 25
                                    

Hallo selamat pagi

Maaf ya rencananya aku mau up kemarin malam tapi karena mati lampu jaringannya jadi nyebelin yaudah aku tinggal tidur aja. Sekali lagi maaf ya🙏

Selamat membaca semuanya

💚💚💚

Dalam keheningan Valerie menatap laki-laki berpakaian rapi serba hitam di depannya, laki-laki yang barusaja mandi dan mengganti pakaiannya dengan baju bersih yang barusaja diantar oleh salah seorang anak buahnya.

"Makasih ya udah nemenin aku" kata Valerie saat Reynald telah selesai memakai jasnya, melengkapi penampilannya yang sangat sempurna.

Reynald hanya mengangguk seraya merapikan dasinya yang masih kusut. Memang dia sama sekali tidak berbakat memakai dasi, namun pekerjaan menuntutnya untuk selalu berpakaian rapi.

Valerie terkekeh kecil sebelum berhati-hati turun dari ranjang dan mendekati Reynald dengan tangan kanan memegang tiang infusnya.

"Sini aku bantu" ujarnya sebelum tangan mungilnya terulur untuk membenahi dasi kusut Reynald.

Reynald terdiam, gadis di depannya ini sangat memukau dengan rambut pirang dan mata hijaunya yang berbinar penuh keceriaan meskipun kondisinya sedang sakit.

Apalagi senyum teduh itu sangat mengingatkannya dengan sebuah sosok yang telah lama hilang dari sisinya. Meskipun secara fisik mereka berbeda, namun mereka memiliki sifat yang sama, lembut dan selalu memancarkan keteduhan meskipun dalam keheningan.

"Kamu payah banget pakai dasi, setiap hari siapa yang rapihin?" suara Valerie menarik Reynald dalam dunianya dan laki-laki itu kembali memasang senyum manisnya.

"Nggak ada. Aku biarin aja kusut, lagian mereka nggak akan fokus ke dasi aku, tapi wajah tampanku" dan sebuah pukulan ringan mendarat di bahunya yang bidang.

Keduanya tertawa ringan, saling melempar tawa yang entah mengapa terasa hangat di hati mereka. Bukan perasaan selayaknya wanita dan pria dewasa yang sedang jatuh cinta, namun mereka sendiri tak bisa mendeskripsikannya.

"Aku ngerasa aneh" sekali lagi suara Valerie menyadarkan Reynald dari dunianya.

"Aneh?"

"Aku sangat jarang berhubungan dengan laki-laki entah mengapa, namun akhir-akhir ini aku bertemu dengan banyak lelaki yang dengan mudahnya dapat membuat aku nyaman. Aku hanya... hanya merasa aneh saja saat berbicara dengan lawan jenis" jelas Valerie yang dihadiahi kekehan kecil oleh Reynald.

"Mungkin kami laki-laki yang Tuhan kirimkan untuk menjadi teman laki-laki yang tidak pernah kamu miliki. Atau bahkan Tuhan mau kami menjadi kakak laki-lakimu" Reynald berjalan santai menuju tas jinjing kecil yang berisi pakaian bersihnya.

"Kamu sedang sakit sekarang, kamu butuh sosok yang dapat melindungimu dan aku rasa itu bukan Mrs. Margareth. Jadi aku rasa Tuhan mau kami melindungi kamu juga menjaga keluargamu" lanjutnya sambil memakai jam tangannya.

"Mungkin saja. Ah Tuhan sangat menyayangiku rupanya" ujar Valerie diselipi tawa, membuat Reynald ikut tertawa kecil.

"Aku akan pergi ke Singapura siang ini dan langsung kembali ke Itali. Sepertinya kita tidak akan bertemu untuk waktu yang lama" ucapan Reynald membuat Valerie terdiam.

Barusaja Valerie bisa dekat dengan laki-laki yang ia temui beberapa hari lalu ini dan dia merasa sangat nyaman akan kehadirannya, namun mengapa waktu memisahkan mereka secepat ini.

"Tapi kalau kamu mau aku tetap di sini, aku akan di sini untuk kamu" lanjut Reynald tanpa sadar membuat perasaan Valerie menghangat.

"Aku rasa terlalu serakah untuk memiliki kamu di sini setelah aku memiliki Kenzie. Pergilah. Aku akan baik-baik saja" walau berat Valerie harus mengatakannya, dia tidak bisa menahan Reynald untuk kepentingannya sendiri. Reynald punya hidupnya sendiri, bukan hanya untuk menemaninya yang sedang sakit.

VALERIE✔Donde viven las historias. Descúbrelo ahora