BAB 2

47 5 1
                                    

BAB
D U A

¤¤¤

Bau petrikor yang di tebarkan sesudah hujan membuat sore di kota Bogor menjadi tenang dan sejuk. Aku dan Vanilla menikmati aroma alami yang dihasilkan air hujan tersebut. Kami berdua berjalan kaki menyusuri jalan raya menuju ke rumah masing-masing. Kebetulan arah pulang aku dan Vanilla sama.

“Ana… Vanil…” teriakan khas yang membuat aku dan Vanilla kompak menoleh. Kami tahu siapa pemilik suara itu.

“Rasi.”

Rasi berlari menuju ke arah kami.

“Aku ada berita penting!” seru remaja berambut merah itu sambil mengatur nafasnya yang terdengar menggebu-gebu.

“Apaan?” Tanya Vanilla. Mewakili apa yang ingin kubilang.

“Baru aja aku habis ketemu Timur di depan gerbang. Masa dia bilang ke aku kalau dia sudah punya pacar dan katanya ingin mengenalkan pacarnya ke aku!”
Kontan aku tersendak mendengarnya. Tidak. Tidak. Pasti bukan aku kan? Siang tadi aku sudah menunjukkan tegas penolakanku dengan tawaran Timur. Jadi, sudah pasti dia sudah menemukan perempuan lain yang mau dijadikan pacar gadungan. Dan sebenarnya mencari perempuan untuk di jadikan pacar gadungan pasti tidak susah bagi Timur temukan soalnya dia cukup terkenal di kalangan kaum Hawa.

“Bahkan, Timur sampai memberitahuku inisial nama pacar barunya! Huu!” sambung Rasi penuh kesal.

Vanilla bertanya lagi, “Oh ya? Apa inisialnya?”

“Inisialnya nama depannya A”

Siapa inisial A itu? Ana? Aku maksudnya?, ah, tentu ada banyak nama berinisial A di sekolah. Aku tidak boleh terlalu geer.

“Kira-kira siapa ya?” kataku.

“Aku juga penasaran…., Jangan-jangan Aisha?!” pekik Rasi setelah sempat beberapa detik berpikir keras.

“Aisha? Anak remaja mesjid sekolah? Mana mau anak remas pacaran. Apalagi pacarannya sama cowok pecicilan kayak Timur. Aisha terlalu Subhanallah untuk Timur yang Astagfirullah.” Sahut Vanilla.

Aku menyengir mendengarnya sedangkan Rasi tampak sinis, sebab ucapan Vanilla barusan terkesan meledek Timur.

“Bagimana kalau pacar inisial A Timur, si perempuan 30 detik!! Please, aku nggak rela banget! Atau Amanda, ya? Amanda kan cantik, youtuber dan terkenal di sekolah. Iya! pasti Amanda.” Tebak Rasi lagi.

Sanggah Vanilla, “Amanda udah seminggu pacaran dengan Senna. Jadi gak mungkin!”

“Vanil, bukannya kamu baru putus dengan Senna?” kataku.

“Terserah Senna mau pacaran dengan siapa. Aku sudah tidak punya hak Ana.”

Are you okay? Udah move on?

“Lumayan sedih sih setelah aku dengar berita pacaran mereka padahal baru seminggu kami putus. But everything has ended between us, sekarang aku cuma bisa bersikap pura-pura sudah move on. Toh, aku juga sedang sibuk mengurus beasiswaku untuk ke Sidney. Perasaanku ke dia pasti hilang seiring waktu.” Vanila tersenyum diakhir kalimat, sikap sok tegarnya kentara sekali terbaca olehku. Senyum yang ia beri adalah senyum terpaksa. Matanya mengisyaratkan lain.

ORBITWhere stories live. Discover now