🥀31 [Get The Show On The Road]

2.7K 80 13
                                    

"Meeting hari ini cukup sampai disini saja. Semoga apa yang kita targetkan dapat tercapai dengan hasil maksimal." ucap Adnan sembari menutup layar laptopnya.

Semua karyawannyapun mulai beranjak keluar satu persatu. Sementara Adnan masih terduduk manis di kursinya. Ia tengah mengecek ponselnya rupanya. Ternyata ada kabar terbaru lagi dari orang suruhannya.

Senyum licik Adnanpun terlihat jelas dengan aura wajah yang menakutkan. Namun tidak lama kemudian, suara ketukan pintu terdengar. Tampaklah sosok Ghea dengan pakaian kantornya yang rapi dan anggun.

"Permisi Pak Adnan, ini ada Mbak Rania sudah datang." ucap Ghea sembari menyuruh Rania untuk masuk ke dalam ruangan.

"Hai Mas." sapa Rania dengan senyuman lembutnya. Sementara Adnan hanya membalas dengan senyuman tipis dan menyuruhnya untuk duduk di hadapannya.

"Kalau begitu saya permisi dulu." ujar Ghea yang langsung keluar begitu saja dan menutup pintu ruang meeting tersebut.

Sementara Rania kembali menatap Adnan dan membuka suaranya, "Mas, langsung aja ya ke intinya karena aku buru-buru juga. Aku datang kesini dengan tujuan untuk membantu masalah kamu yang sekarang lagi hangat-hangatnya. Aku sama Mas Zafran udah bicarain ini matang-matang untuk membantu kamu menyelesaikan masalah yang terjadi di Perusahaanmu. Ini juga sebagai balasan atas kebaikan kamu selama ini karena selalu membantu aku saat aku sedang kambuh karena penyakit kerasku."

Adnan terkekeh pelan, "Kamu sama Zafran nggak perlu merepotkan diri untuk membantu Mas kok, Ran. Mas bisa menyelesaikan masalah ini sendiri. Lagipula, Mas sudah tahu siapa orang yang sudah menghancurkan nama baik Mas, dan juga menjatuhkan Perusahaan Mas."

Rania menelan air salivanya kemudian menjawab, "Oh ya? Siapa Mas? Hukum seberat-beratnya Mas. Biar orang itu kapok. Kalau perlu, aku sama Mas Zafran akan bayar lawyer yang paling mahal untuk membawa orang itu ke meja hijau. Kita pengen banget bantu, Mas."

Adnan tersenyum tipis, "Nggak perlu, Ran. Mas nggak mau merepotkan kalian."

Rania membuang nafasnya dengan berat, sembari menatap Adnan dengan tatapan pasrah. "Yasudah kalau begitu, Mas. Aku sama Mas Zafran cuma bisa berdoa aja semoga masalah kamu cepat selesai. Kalau begitu aku pamit."

Adnanpun ikut berdiri.

"Ran, Mas minta maaf ya. Kamu jangan salah paham. Bukannya Mas nggak mau menerima bantuan kalian. Tapi Mas cuma nggak mau merepotkan aja. Biar masalah ini, Mas yang selesaikan aja. Mas nggak mau kalian berdua menanggung beban yang sama."

Rania tersenyum, "Nggak apa-apa kok, Mas. Aku tahu. Kalau gitu, aku pamit dulu ya. Assalamualaikum."

"Wa'alaikumsalam." setelah Rania keluar dari ruangannya. Ia langsung mengecek kembali layar ponselnya.
Lalu ia mulai mendial nomor orang suruhannya.

"Jadi gimana?"

🍃🍃🍃

"ID Card udah, buku jurnal juga udah, kira-kira apalagi ya, Dit?" tanya Naira sembari berkacak pinggang menatap Adit dengan kerutan didahinya.

Saat ini mereka tengah berada di Apartemen milik Naira. Mereka mempersiapkan barang-barang mereka untuk dinas ke Jogja selama lima hari. Adit sudah membawa koper miliknya, dan berniat untuk menginap di Apartemen Naira. Karena titik jemputan mereka hanya dekat di daerah Apartemen Naira, jadi Adit memilih untuk menginap.

Adit tampak menimang-nimang, "Udah kali. Nggak tahu gue, yang punya barang elo. Kenapa jadi gue yang repot?"

Naira berdecak, "Gue takut ada yang ketinggalan doang. Secara, kita ke Jogja itu semingguan lebih. 5 hari acara kantor, sisanya bebas. Nah, gue mau pulang kerumah orangtua gue di Jogja. Secara, gue udah lama nggak ketemu mereka."

ENGRAVEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang