present : III

503 84 66
                                    

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"...sudah mati?"

Seongmin mengangguk, jemarinya aktif di keyboard laptop, hanya mengalihkan pandang sesekali ke arah monitor komputer di sebelah laptopnya. "Yep. Tapi ini mencurigakan, aku crosscheck ke berbagai sumber lain dan namanya tidak ditemukan. We got the person, boys. Pasti orang ini yang akan menjadi teman baru kita. Benar-benar menghapus semua hal di dunia digital itu sangat mencurigakan, lebih aman kalau datanya disamarkan menjadi orang biasa dan dibuat sudah mati."

Taeyoung mengernyit. "Rumit sekali. Jadi intinya bagaimana? Dia sudah mati?"

"Kau yang akan mati kalau bertanya hal bodoh padaku, Youngtae."

"Oh ya? Coba saja, kecil. Coba lihat apakah jari lentik yang hanya pernah memegang keyboard itu bisa membunuhku."

"Diam." Hyeongjun menaruh tangannya di atas kepala Seongmin dan Taeyoung yang seketika menjeda pertengkaran mereka, balik menatapnya dengan tatapan kesal yang sama. "Jelaskan dalam bahasa sederhana yang bisa dimengerti makhluk tidak berintelegensi tinggi, Seongmin."

"Allen yang akan masuk ke tim itu sudah pasti Allen ini." Dia menunjuk layar laptopnya. "Di data ini tertera dia sudah mati, untuk menyembunyikan identitas aslinya. Kalau di data tertera 'mati', takkan ada yang curiga kalau dia menghilang di dunia nyata atau digital, kan? Tak ada yang curiga kalau dia tak berjejak."

Serim menghela nafas pelan, merasa jauh lebih lega dan ringan. Allennya masih hidup. Dia belum mati.

"Kau yakin sekali?" Minhee berujar pelan. "Aku tidak meragukan kepintaranmu, Seongmin. Tapi kenapa seyakin itu?"

"Karena aku menggunakan cara yang sama untuk menyembunyikan data kita, duh. Coba saja cari nama kalian di internet, tidak akan muncul apapun kecuali di sebuah situs catatan sipil tentang orang yang sudah mati tujuh tahun lalu."

"Kalau begitu penasarannya selesai sudah, kita sudah tahu yang mana calon teman baru kita." Woobin mengangkat bahu santai, tak menyadari sama sekali wajah partnernya yang nampak tersiksa akan informasi baru yang mereka dapatkan. "Kita akan dapat anggota medis yang juga bisa bela diri. Akan menyenangkan."

"Kau sangat positif akan hal ini," Wonjin berujar skeptis. "Allen terdengar terlalu sempurna. Mencurigakan, kalau kau tanya aku."

Dia memang sempurna, Serim membatin pahit, kemudian buru-buru menggelengkan kepala untuk mengenyahkan pemikirannya.

"Benar, siapa tahu dia sombong, sok penting, dan suka memerintah seperti Hitler*-wannabe ini, kan?" Seongmin melirik Taeyoung dengan sudut matanya, dan langsung mendapat delikan tajam sebagai respon.

"Lalu kau sendiri bagaimana, Stalin*?"

"Wah, kalian punya nama panggilan sayang untuk satu sama lain. Senang mendengarnya." Hyeongjun berujar dengan sarkasme kental dalam setiap katanya. "Ribut sekali lagi, aku yang akan menjadi Hitler dan menggas kalian hingga mati."

Serendipity +SellenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang