langkah kedua

2.2K 251 5
                                    

Selamat membaca










Arthur sudah sampai dirumahnya dan juga mikael. Ia berjalan lemas masuk ke menuju kamarnya. "mas, maaf, saya mau kasih tahu kalau bapak sama ibu juga mas sean dan saga lagi keluar. Jika mas butuh apa-apa bilang ya mas." mba rina menghampiri mereka, bermaksud baik menawarkan bantuan kala rumah sedang sepi.

"ya, kalau ada apa-apa masuk aja. Saya ga kunci pintu kamar, kalau saya tidur bangunin aja. Jangan sungkan." ucap arthur dan masuk ke kamarnya. Mikael juga berniat akan menginap malam ini.

"mas mika mau saya siapin kamar tamu?" tanya mba rina. Mikael menggeleng. "gausah, saya tidur sama arthur saja." tolaknya.

"baik, saya ke bawah ya mas." pamit mba rina..

"om jordan kemana ar?" tanya mikael yang mendaratkan dirinya ke ranjang arthur. Tubuh mikael agak lelah karena jalanan yang macet.

"gatau, ga peduli juga." balas arthur sejujurnya. Justru bagus jika mereka pergi sementara, kepala arthur bisa tenang sebentar.

"tadi lo beneran ketemu sama om dion?" tanya mikael lagi.

"iya, masa lu ga percaya." arthur membuka jaketnya dan menaruh obat-obatan barunya.

Setelahnya arthur ikut membaringkan dirinya disamping mikael. Memandang langit-langit kamar tanpa satupun topik pembicaraan. Arthur mencoba menetralkan nafas sesaknya.

"ar, apa lo ga mau mencoba berdamai aja?" celetuk mikael.

"berdamai dengan siapa?dengan apa?"

Arthur tahu maksud mikael namun arthur benar-benar tidak tau. Ia harus berdamai dengan apa dan siapa? Ada banyak luka pada dirinya. Luka yang masih perih dan belum terobati. Bagaimana bisa ia berdamai?

"berdamai dengan hana dan kedua anaknya. Berdamai dan menerima kenyataan yang ada." tutur mikael pelan, dia hanya ingin memberi saran bukan paksaan.

"tante diana juga pasti inginnya seperti itu. Dia pasti sedih lihat lo terus hampa dan ga semangat dengan hidup." tambahnya lagi.

Arthur terdiam. Mikael tidak salah namun juga tidak benar dalam benaknya.  Dan mengapa mikael berani mengungkapkan saran itu? Mikael percaya, diana bukanlah wanita pendendam. Dan pasti arthur juga tidak akan mempunyai sifat itu.

"iya gw tau, hati lu terluka sangat parah. Gw tau perkataan gw itu sulit dalam melakukannya. Namun apa salahnya jika kita mensyukuri yang ada?" tambah mikael yang kunjung membuat arthur tambah tutup mulut.

"satu hal."

Dua kata yang terucap itu membuat mikael menoleh dan menatap arthur. Arthur melanjutkan perkataannya. "satu hal mengapa gw belum bisa menerima dan memaafkan mereka. Itu.." arthur menjeda ucapannya.

"apa?" tanya mikael tidak sabaran.

"karena papa masih egois. Dia egois. Dia mau mendapatkan semuanya, dia tidak mengakui mama. Itu yang membuat gw semakin marah dan marah padanya."




🍒🍒🍒

Hana,Jordan dan kedua anaknya baru saja pulang malam ini. Tak bisa dipungkiri, hana menghabiskan banyak uang untuk membelanjakan banyak hal. Tak lupa ia juga membeli banyak barang mahal untuk Arthur.

Arthur dan Mikael yang melihat itu dari lantai atas hanya menatap diam. Hana memang memanfaatkan semua fasilitas dan asetnya dengan baik sebagai nyonya besar dirumah ini.

"gw lupa kapan terakhir kali mama belanja banyak kayak gitu. Mama selalu pakai uangnya buat pengobatan gw." gumam arthur cukup pelan tapi mikael mendengarkannya.

ArthurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang