Chapter 10 : Ultra Legend

215 26 7
                                    

Disebuah tempat di ujung semesta. Sekelompok mahluk tengah berdiri melingkari sebuah meja.

"Ara ma~ tampaknya ada yang gagal menjalankan misi." perkataan itu keluar dari sosok Alien dengan warna dominan biru.

"Sangat disayangkan sekali," ujar Alien berwarna dominan hitam dengan nada datar.

"Padahal juran salah satu yang terpenting." sambung lainnya.

"Julius," sebuah suara memanggil.

Julius, alien yang berwarna biru itu menoleh.

"Ada apa tuan?" tanya Julius dengan sopan.

"Aku ada tugas untukmu, dan aku mengharapkan keberhasilan darimu."

Julius mengangguk, " akan ku lakukan yang terbaik."

Kembali ke planet Juran.

Mereka sangat terkejut dan kebingungan. Karena secara tiba-tiba mereka kedatangan satu Ultra yang sangat Cosmos kenal. Ya, bisa dibilang Cosmos sudah menganggapnya sebagai rekan seperjuangan. Yang tak lain dan tak bukan adalah Justice.

"Justice, ada apa?" tanya Cosmos.

"Ada masalah, dan kita harus segera menyelesaikannya." jawab Justice.

'Kok suaranya..'

"Masalah apa?" tanya Cosmos khawatir.

"Aku merasakan sebuah energi aneh yang sangat kuat di sebuah planet. Dan aku memiliki firasat buruk mengenai hal ini." jelas Justice.

"Karena itu aku ingin kau ikut denganku untuk pergi ke planet itu." lanjutnya.

"Tentu, aku akan ikut denganmu." ucap Cosmos mengangguk yakin.

Cosmos menghadap kearah Zero dan Mebius.

"Aku akan pergi, kalian akan tetap disini atau apa?" tanyanya.

"Kami akan melanjutkan pencarian,"jawab Mebius.

"Baiklah, kalau begitu aku akan pergi. Jika kalian membutuhkan bantuan panggil saja aku." ucap Cosmos sebelum beralih ke Magissa.

Magissa masih diam, berdiri menatap Justice lamat-lamat.

"Magissa?" panggil Cosmos.

"Ada apa dengannya?" gumam Justice yang sedikit terganggu karena ditatap intens oleh Ultrawoman yang asing ini.

"Aku ingin bertanya,"

"Ya?"

"Kau itu lakik atau perempuan?"

Gubrakk!!

Zero dan Mebius jatuh berjamaah mendengar itu. Cosmos sedikit shock. Dan Justice tampak membeku tak berkutik.

"Pertanyaan macam apa itu!" pekik Zero setengah tertahan.

"Err apa?" bingung Justice.

"Aku tanya kau itu lelaki atau perempuan? Badanmu kayak lakik tapi suaramu cewek." ucap Magissa sekali lagi.

Justice kembali terdiam, ia tidak tahu harus menjawab bagaimana.

"M-ma itu, bukankah itu tidak penting." Ucap Cosmos tersenyum kikuk.

"Hei itu penting!" teriak Magissa.

"Aku laki-laki. Dan kenapa suaraku begini itu sulit dijelaskan." ucap Justice.

"Kau menjawabnya?" ucap Zero sweetdrops.

"Bukanya sudah jelas ya dia laki-laki, meski suarnya memang agak feminim sih." ucap Mebius menimpali.

"Sudah! Jangan buang waktu, ayo Cosmos." ucap Justice.

"Aku pergi dulu, sampai jumpa semoga misi kalian berhasil." ucap Cosmos lalu terbang menyusul Justice.

Akhirnya tinggallah ketiga mahluk itu dalam keheningan.

"Sekarang apa?" tanya Zero.

"Tentu saja, kita lanjutkan pencarian." ucap Mebius.

"Aegisku belum terisi penuh." ucap Zero.

"Ah, Magissa kau mau kemana?" tanya Mebius saat melihat Magissa berbalik.

"Melanjutkan perjalanan, kurasa." ucap nya sedikit ragu.

"Begitu ya, kalau begitu hati-hati di perjalananmu." ucap Mebius dengan ramah.

Magissa hanya mengangguk saja," ya semoga misimu lancar."

Magissa pun langsung terbang pergi meninggalkan kedua Ultra itu.

Kini Magissa sudah pergi jauh meninggalkan planet Juran. Sebenarnya dia tidak tahu ingin kemana. Dia hanya pergi mengikuti instingnya.

Saat Magissa terbang dia melihat sesuatu yang mencuri perhatiannya. Ia melihat sebuah meteroid yang memiliki bentuk cukup besar. Selain besar meteroid itu memiliki bentuk yang sedikit tidak biasa.

Dengan rasa penasaran akhirnya Magissa mendekati meteroid.

Alangkah terkejutnya Magissa saat melihat di meteroid terdapat sebuah altar. Di atas meteroid tersebut terdapat lingkaran dengan simbol-simbol yang asing bagi Magissa.

Saat Magissa menjulurkan tangannya untuk menyentuh altar. Sekelebat gambaran acak masuk kedalam pikirannya.

Gambaran yang lumayan acak-acak.

Ia melihat planet-planet yang hancur satu demi satu.

Dua sosok yang sekarat.

Seorang bayi.

Dan mendengar sebuah kalimat yang tidak ia mengerti.

Magissa melepaskan tangannya dari altar. Nafasnya tersengkal-sengkal.

"Gambaran apa itu?" ucapnya dengan wajah pucat.

"Kenapa gambaran itu bisa ada di pikiranku? Apakah ini karena meteroid?" tanya Magissa dalam kebingungan.

Duagh!!

Sebuah asteroid secara tak diduga melesat dengan cepat menghantam kepala Magissa.

"Argk!!"

Brughk!

Magissa pun jatuh pingsan diatas altar.

Planet Juran.

"Zero, ada apa dengan aegismu?" tanya Mebius menunjuk kearah aegisnya.

"Huh?" Zero mengecek aegisnya.

"Pesan dari Hikari." lanjutnya.

Zero pun membuka pesan dari Hikari. Ketika ia membacanya Zero terkejut bukan main.

"Mebius,"

"Ya?"

"Yang kita cari sebenarnya sudah ketemu." ucap Zero membuat Mebius kebingungan.

"Ha? Dimana? Kapan?"

"Tadi,"

"Maksudmu?"

"YANG KITA CARI ITU SI MAGISSA!!"

"NANI?!"

"GAWAT AYO CEPAT KEJAR! KEBURU NGILANG MAGISSA NYA!"

"ASTAGA KENAPA HIKARI NDAK NGASIH TAU DARI KEMARIN?!"

Setelah teriakan penuh kekesalan itu. Mereka berdua meninggalkan planet Juran dan pergi menyusul Magissa.

Lidorias: pii???:/

Ah, Lidorias di tinggal.

TBC.

Next Chapter is : Dia'

Ultra fanfic series: Ultrawoman MagissaWhere stories live. Discover now