Bagian 1

6.2K 397 28
                                    

Di tengah-tengah kota sedang terjadi sebuah kemelut, sebuah kegaduhan yang luar biasa antara penjahat dan polisi. Gerimisnya hujan tidak menghentikan aksi kejar-kejaran yang sedang terjadi. Di antara banyaknya bangunan tinggi, di antara banyaknya manusia yang mencari tempat berteduh, juga di antara waktu yang sedang menunjukkan tengah malam, keramaian di jalanan semakin menggila.

Dor!

Dor!

Krak!

Klak!

Suara tapak kaki bersatu dengan suara tembakan dan juga tangkisan pedang terhadap peluru saling beradu. Setiap peluru meluncur, empat orang yang berlari menghadap belakang akan menangkis sebisa mungkin peluru-peluru itu. Akan gawat jika peluru itu berhasil mengenai empat orang lain yang membawa hasil curian malam ini, jika itu terjadi makan tugas mereka untuk melindungi sudah gagal.

Medan jalan yang terjal membuat langkah para pembawa pedang terombang-ambing, tetapi mereka tetap berusaha tetap fokus demi keselamatan bersama. Sedangkan empat manusia yang membawa hasil curian mereka, berlari secepat mungkin sambil menghindari peluru-peluru yang berhasil lolos dari sergapan empat pelindung di belakang mereka.

Rintikan hujan turun, membuat para polisi dan pencuri berdecak kesal. Dengan akan turunnya hujan, itu berarti gangguan bagi mereka semua. Tidak ingin berlama-lama, apalagi menunda waktu, mereka harus menyelesaikan masalah ini. Sial, biasanya mereka bisa menghentikan kejaran para polisi, tapi malam ini polisi-polisi itu sangat bandel dan sedikit tangguh.

“Tidak ada pilihan lain selain melawan mereka dari jarak dekat!” seru seorang pemakai kacamata.

“Aku mengerti. Kita lakukan secepat mungkin.” Salah satu rekannya mengangguk paham, dia menunjukkan jempol dan senyum menawan. Jubah hijau yang dia pakai berkibar diterjang angin.

Tiga orang sudah meluncur menguasai medan pertempuran jarak dekat, menebas para pengejar dengan pedang, dan mengumpulkan pistol yang polisi bawa. Mereka adalah si jubah hijau, si pemakai kacamata, dan si rambut gondrong sepunggung.

“Kalian pergilah, kami akan menghentikan mereka disini! kirim dua orang untuk membantu kami!” Tubuh gemuknya menghalangi dua polisi yang akan mengejar empat temannya yang membawa hasil curian. Ia berucap sambil memeluk dua polisi itu, berusaha mencekik tubuh-tubuh ramping polisi dengan pelukan mautnya.

“Siap!” Seorang yang lain memberi lambaian tangan, sebuah tanda bahwa dia mengerti, ucapannya juga sangat meyakinkan.

Seorang tetap berada di belakang demi melindungi empat orang yang sudah kabur dari kejauhan, yakni si gendut tadi. Sebenarnya tanpa dilindungi pun, mereka berempat pasti selamat karena memiliki ketangkasan yang luar biasa. Setelah merasa yakin empat orang itu aman dan sudah tidak dapat dilihat oleh para polisi, dia segera maju untuk ikut melawan.

Empat orang yang membawa lari barang curian mereka terdiri dari empat pemuda tampan. Bernama Kiba, Gaara, Sai, dan Naruto. Keempatnya berlari dengan cepat, menghindari kejaran polisi dibantu oleh si gendut yang bernama Chouji.

Sebenarnya Chouji tidak gendut, melainkan memiliki tubuh kekar berotot, panggilan gendut hanya menjadi candaan rekan setimnya.

Rintikan air hujan kini semakin besar, membuat apapun yang terkena akan menjadi basah kuyup. Namun dalam keadaan basah, mereka tetap melawan dua puluh polisi yang dikerahkan untuk mengurung mereka. Sebagian polisi sudah mereka tangani, masih ada sebagian yang belum, sangat memakan waktu. Mereka juga mulai kelelahan.

Beberapa kali mereka harus berlari berlindung di balik pohon, kemudian juga keluar dari balik pohon untuk kembali melakukan gencatan senjata. Keringat dihapus oleh air hujan, tetapi hujan tidak bisa menghapus rasa lelah di dalam tubuh mereka.

Bad Alive: The Criminal (SASUNARU) ||RevisiUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum