Two

7 2 0
                                    

Suara adzan subuh membangunkan seluruh penghuni kamar Ite, sebagian ada yang bergegas untuk segera wudhu dan menuju masjid. Sebagian lagi masih mengucek mata sembari
menguap, karena hawa dingin selalu mampu membujuk orang-orang kembali terlelap. Dikamar ini, Ite berdelapan orang dengan latar belakang yang berbeda-beda. “te, mau ke masjid?”tanya Farah.
Ite menggeleng, ia masih merasakan sesak, takut kalau dimasjid nanti ia menangis tersedu-sedu dan membuat orang-orang menatapnya. Toh, ite juga belum menyiapkan setoran
hafalan barunya. Jadi ia memilih untuk sholat dikamar, lalu sgera menghafal untuk ia setrokan kepada Ustadzah Maryam. Tinggal empat orang dikamar Ite, dua diantaranya sedang halangan jadi mereka masih berkelana dengan bebass didunia mimpi. Sisanya adalah Ite dan Dena.
“sholat yuk na! Tapi kamu imamnya ya!”ajak Ite. Dena adalah teman Ite yang sangat berbakat.
Suaranya indah ketika membaca KalamNya, dan mahir dalam olahraga berenang-ia tau karena mereka pernah berenang bareng-. Dena mengiyakan, lalu merekapun hanyut dalam kepasrahan mereka kepada Tuhan Semesta.

Kyanite Perodita, seorang mahasiswi di salah satu universitas. Seorang perempuan sederhana dengan matanya yang selalu menatap tajam kepada siapapun yang ia benci. Seorang anak perempuan yang amat dekat dengan sang ayah. Baginya, ia tidak butuh siapapun selama ia masih memiliki ayah didekatnya. Memiliki hoby memasak, meski masakannya tidak seenak buatan maminya. Dikeluarga ia akan menjadi perempuan yang cengeng, manja dan sedikit berisik, sedang diantara teman-teman kampusnya, ia adalah seorang yang irit bicara, tegas dan sedikit keras kepala. Ite mencintai keluarganya, meski ia tak jarang kecewa dan bertengkar dengan keluarganya. Ite setuju dengan sebuah lagu yang berjudul ‘keluarga cemara’, bahwa keluarga adalah sesuatu yang paling berharga. Ite bersyukur, ia memiliki keluarga yang selalu
mendukungnya. Memiliki mami dan ayah yang selalu membimbingnya, mengasuhnya dan mengarahkan Ite kepada yang benar jika ia mulai salah melangkah.
Sudah 10 tahun, ayah Ite menderita suatu penyakit. Selama 10 tahun ini, ayah selalu mengkonsumsi obat-obatan untuk membantunya tetap beraktifitas dan tetap hidup. 10 tahun ini, ayahnya berjuang melakukan banyak pengobatan agar bisa bertahan hidup lebih lama. Ite
tau, ayah hanya ingin mendampingin putra-putrinya, menemani setiap langkah mereka,memastikan bahwa keluarganya baik-baik saja tidak kekurangan apapun. Meski hidup
sederhana, tidak apa, itu sudah cukup bagi ayah. Sesekali ayah berlaku tegas kepada Ite dan dua adiknya, hanya agar mereka tidak memiliki mental yang payah. Diantara semuanya, Ite
yang selalu mendapat perhatian ayah, karena sejak lahir Ite selalu membuat ayah khawatir. Ite ingat, dulu ayah bercerita Ite kecil hanya memiliki berat yang sangat jauh dari kata standard.
Badannya kecil, dan tulangnya lemah. Ite kecil sempat divonis memiliki penyakit paru-paru basah. Tapi, ayah tidak berhenti mencari uang demi menyembuhkan Ite. Semakin dewasa, Ite menyadari ayahnya sudah tidak segagah dan sekuat dulu. Mereka sering berdebat tentang berbagai hal karena memiliki pendapat yang berbeda.

Suara nada dering hpnya membuat Ite tersadar dari lamunannya, ia melihat nama pemanggil, seketika hatinya merasakan sesak. Ia menarik nafas dan menhembuskannya
perlahan sembelum mengangkat telphon itu.
“assalamu’alaikum, ya bang?”
“ayah gak sadarkan diri sejak semalam, tapi detak jantungnya udah stabil. Kalau bisa pulang hari ini. Ayah kangen kayanya sama elu.”ujar abang
Ite menggigit bibir bawahnya, menahan isakannya,”hmm, nanti coba izin dulu. Soalnya
masih full kuliah.”
Terdengar helaan nafas kasar dari seberang,”persetan kak sama kuliah! Jangan kemakan gengsi lu. Kabarin kalo bisa pulang. Assalamu’alaikum.”usai mengatakan itu telphon terputus. Ite menahan nafas, menahan isaknya. Hari ini, tepatnya siang ini, Ite akan tasmi’ hafalannya yang berjumlah 20 juz, dan dia akan meminta farah atau sabil untuk merekamnya dan mengirimkan video rekaman itu kepada ayahnya.’allah... kumohon, seperti yang sangat diingankan ayah, berikan waktu sedikit lagi. Biarkan aku mempersembahkan ini untuknya.
Kumohon...’gumamnya dalam hati sambil bersholawat. Ite dan harapannya. Allah dan rencanaNya.

EudoraDove le storie prendono vita. Scoprilo ora