[17] akhirnya berteman

212 34 5
                                    

asap abu-abu mengepul sampai akhirnya terbawa angin malam yang dingin. di balkon lantai dua kamar yeji, yoora lagi menghisap rokoknya bersama cewe bermata sipit itu. mereka dua sesekali berbincang dan tertawa dengan topik yang mereka bawa.

"gue bingung juga ya kan, gue bukan siapa-siapa dia. gue cuman mantan dia, tapi gue marah pas dia deketin si mirna." ujar yoora sambil mengetuk batang rokoknya di asbak, hendak membuang abu rokok yang udah terlalu panjang.

"wajar kali, ra, namanya juga elu mantannya. apalagi lo bilang dia pernah jadi alasan kenapa lo sama jaemin bisa berantem." balas yeji. "i feel you, sist."

"wajar sih, ji, cuman kan yang gak wajar itu gue ngelarang-ngelarang dia terus marah-marah sama dia. seharusnya gue diem aja."

entah kenapa memang, yoora begitu marah mendengar jaemin deketin minju lagi. ia yakin sih dirinya cemburu, tapi kayak dia marah aja karena dulu jaemin bilang gak ada apa-apa sama minju. eh tau-tau sekarang deket, pasti ada apa-apa kan?

"iya kalo itu memang gak wajar, kita sebagai mantan gak punya hak apa-apa, ya kan?" ujar yeji.

yoora cuma bisa mengangguk, ia mematikan rokoknya di asbak karena sudah terlalu pendek. ia mengambil sebatang lagi dari kotak rokok yang selalu ia bawa kemana-mana sekarang. yoora mengapit batang rokok itu di antara kedua bibirnya dan mengambil korek. saat hendak menyalakan rokoknya tapi tiba-tiba aja ada yang mengambil rokoknya itu. "woi!"

lia meletakkan sebatang rokok curiannya itu di bibirnya sebelum ngambil korek dari sakunya dan menghidupkannya. ia menghisapnya sekali hingga asap abu-abu itu mengepul ke udara. "mampus jadi hak milik gue."

"minta-minta mulu hidup lo!" olok yoora. gegara lia, yoora pun jadi males buat ngambil sebatang lagi. dia udah habis empat batang selama duduk curhat-curhatan sama yeji di sini. sedangkan yeji, baru aja menghabiskan satu batang. memang yeji anaknya tidak terlalu suka merokok.

"cigarette kills you, sist." ujar lia.

"ngaca, goblok." semprot yoora karena nyatanya lia lagi menyesap rokoknya.

sedangkan lia cengengesan aja. "btw, yeji," panggilnya ke yeji.

"apa?" balas yeji sambil mematikan rokok pendeknya di asbak. ia tak berniat untuk mengambil sebatang lagi.

"hyunjin lagi keluar kan sekarang?" tanya lia.

"keliatannya pas lo ke sini, dia ada di rumah?" tanya yeji balik.

"gak ada sih, tapi mana tau dia di kamar."

"gak, dia lagi pergi."

"kenapa lu nanya-nanya hyunjin? curiga gue." kepo yoora setelah mendengar percakapan mereka berdua.

"gak, gak ada." lia menggeleng-gelengkan kepalanya cepat. "males aja gue kalo ada dia."

"emangnya kenapa?" tanya yoora lagi.

"lo gatau?" saut yeji tiba-tiba. "lia sama hyunjin kan—"

"SSSHHH! diem, yeji!" perintah lia ketika yeji hampir sama memberikan sebuah fakta.

"halah, gak asik lo!" olok yoora ke lia karena tidak ingin memberitahunya. sebenernya yoora gak terlalu memikirkan itu sih, kepo aja anaknya.

"mampus—" pas mau mengolok yoora balik, tiba-tiba aja hp lia berbunyi tanda ada telepon masuk. ia sejenak melihat nama peneleponnya sebelum akhirnya mengangkat panggilan itu. "halo, njun? kenapa?"

"gue sama anak-anak lagi di cafe lo nih ngumpul, elo di mana?"

"gue di rumah yeji," ujar lia sambil menatap ke arah yeji sebentar. rokoknya yang tinggal sedikit masih nangkring di tangan kirinya.

[2] changed, na jaemin.Where stories live. Discover now