Chapter 13

692 86 1
                                    

Kepulan asap memenuhi ruangan. Seorang pria tengah duduk sembari membolak-balikkan ponsel entah sejak berapa lama. Ketukan sepatunya terdengar santai, tetapi alis yang sepenuhnya bertaut menjelaskan bahwa ia sedang tenggelam dalam kekalutan pikiran.

"Bagaimana bisa.." kata-kata itu sudah diulanginya belasan kali dari setengah jam lalu. Ia lalu menyambar ponselnya dengan cepat setelah mendengar sebuah panggilan.

"Sudah ada kabar terbaru?"

"Dia masih disana. Wataknya sama seperti ayahnya, keras kepala."

"Apa kau menunggu aku yang membereskannya!?"

"Kupikir aku harus mengingatkanmu sekali lagi, dia adalah orang dekat Namjoon. Kau tahu watak anakmu, Gwa Hyo. Kalau dugaanku benar, dia tidak akan menyerahkan Yoona begitu saja padamu."

"Jangan bercanda! Dia tidak mungkin jatuh cinta pada anak itu!"

"Maka bersabarlah. Aku sudah memberinya sedikit pelajaran. Itu akan cukup membuatnya muak berada disini."

"Aku tidak ingin membuka jalan. Bereskan saja dia secepatnya tanpa sepengetahuan Namjoon."

Panggilan dimatikan. Sung Rok sangat terkesan oleh keputusan Gwa Hyo. Jika orang-orang diluar sana mengatakan dirinya adalah pemimpin yang bengis di Nair Corp., maka ia ingin sekali memperkenalkan dalang sesungguhnya pada mereka.

Gwa Hyo tidak mungkin mengotori tangannya sendiri untuk membereskan masalah yang ada. Ia adalah inspektur kepolisian. Pembela keadilan. Entah apa yang orang-orang pikirkan ketika seorang pahlawan keadilan justru merenggut nyawa seseorang demi kepentingannya sendiri.

Seharusnya Namjoon sudah memberinya kabar dari awal kalau ada seseorang yang mencurigakan di Nair Corp. Sudah puluhan kali ia katakan pada anak semata wayangnya itu. Sekarang ia hanya bisa berharap semoga Namjoon tidak seperti apa yang Sung Rok bayangkan.


**


Taehyung menopang dagu sambil melamun ke arah gedung tinggi diseberangnya yang tengah dihujani salju tipis. Ia berdecak kagum.

"Pantas saja orang-orang berebutan ingin memiliki perusahaan ini."

Sudah setengah jam ia menunggu di kafe seberang perusahaan itu. Dia sedang memiliki waktu libur seharian. Dan ingin memberikan kejutan dengan menjemput sepupunya itu pulang dari kantor.

"Aku pesan satu banana coffee latte." suara seseorang membuyarkan lamunannya. Pria itu cukup kekar. Kontras dengan wajahnya yang manis.

"Hai Jungkok-ssi. Sudah lama kau tak kesini! Apa kabar?" sambut pelayan kaffe padanya.

"Ah, aku baik, terima kasih. Aku ingin menjemput dan mengajak hyung-ku ngobrol sebentar."

Hanya sekilas yang bisa Taehyung dengar, sebelum akhirnya pria bernama Jungkook itu duduk bersebelahan dengannya.

Jungkook tampak lebih muda darinya. Mengeluarkan laptop dan mulai tenggelam dengan sesuatu yang mengeluarkan suara berisik kesekitar.

Apakah ia bermain game?

"Hacker Evolution Untold." seru Taehyung setelah melirik kearah layar beberapa saat. Jungkook menoleh.

"Pilihan game-mu menarik sekali."

"Wah, kau tahu game ini?"

Taehyung mengangguk antusias.


**


Yoona akhirnya menyelesaikan paragraf terakhirnya. Membereskan proposal yang memusingkan seharian sementara Namjoon pergi begitu saja bersama para kliennya dari siang.

Tepat ketika ia mengumpat tentang bosnya itu, Namjoon menelepon.

"Apa kau sudah selesai?"

"Ya, aku sudah mengirimkannya ke email-mu. Tolong diperiksa lagi, kalau sudah oke, besok pagi aku akan mengirimkannya ke Swedia."

"Aku ada di lobby bawah. Cepatlah turun."

"Dan kenapa aku harus menemuimu?"

"Kita makan malam bersama. Aku ingin makan sesuatu denganmu. Klien brengsek itu terus menahanku untuk pulang ke kantor."

Yoona menghela napas. Apakah Namjoon benar-benar sadar? Kepalanya tidak terbentur sesuatu atau ia terlalu berhalusinasi untuk memiliki seorang kekasih?

Dirinya sudah berada di lobby bawah, tapi tentu Yoona tidak akan mengambil langkah untuk menemui Namjoon.

"Taehyung?" serunya tertahan ketika sepupunya itu berada dihadapannya tiba-tiba. Yoona mematikan teleponnya tanpa sadar menghampiri taehyung yang berdiri dengan malas.

"Aku tadinya ingin memberimu kejutan tapi kau lama sekali! Aku sudah lapar, Yoong. Ayo kita makan!"

"Ya, bodoh! Kenapa kau tidak memberitahuku sebelumnya? Kenapa kau bisa disini? Apa kau kabur dari kantor?"

"Sembarangan! Aku sedang cuti dan ingin mengajakmu makan malam. Dimana tempat yang enak yang bisa kita kunjungi malam ini? Kau punya rekomendasi?"

"Sungguh?" kedua mata Yoona mendadak berbinar, "kau akan mentraktirku?"

"Tidak! Bayar sendiri-sendiri. Aku sudah rela menjemputmu jauh-jauh."

"Ini tidak jauh, kau bercanda ya? Sudah satu abad yang lalu sejak kau mentraktirku, Kim Taehyung! Aku ingin kerang mutiara pedas manis!"

"Kerng mutiara pedas manis itu mahal!"

"Kau kan punya banyak uang."

"Astaga, ini namanya pemerasan!"

Perkelahian kecil itu sungguh mengundang atensi. Tak jauh darisana, Namjoon berdiri sambil berkacak pinggang. Sungguh? Wanita itu mematikan teleponnya seenak jidat dan mengobrol dengan orang lain tanpa rasa bersalah?

Apa bahkan dia mengingat malam panas mereka kemarin malam? Namjoon ragu tentang itu. Dia akhirnya memutuskan untuk menghampiri Yoona dengan kedua tangan yang menghilang dibalik sakku celana.

"Yoona-ssi."

Yoona menoleh dan terdiam untuk beberapa saat. Sulit untuk membaca pikirannya sekarang karena wanita itu tidak menampilkan ekspresi apapun selain satu senyuman tipis.

"Namjoon-maksudku, Sajangnim-aku akan pulang duluan."

"Siapa dia?" tanya Namjoon, juga sambil tersenyum. Sekarang dia merasa memiliki saingan.

"Namanya Taehyung. Dia sepu-"

"Kau sendiri siapa?" Taehyung menyela. Membuat Yoona mengerjap tak bisa berkata-kata. Dimana sopan santun pria ini?

"Aku adalah atasannya langsung, sebagai informasi. Kami akan pergi makan malam bersama. Jadi kalau tidak keberatan, aku akan membawa Yoona pergi sekarang."

"Maaf dia masih dalam masa pemulihan. Kau bisa mengajaknya lain kali."


Kemudian ia menggamit lengan Yoona, membawanya keluar lobby.

Namjoon tidak percaya apa yang baru saja dialaminya. Pria yang ada didepannya barusan, apakah dia benar-benar tidak melihat Namjoon sebagai petinggi di perusahaan?

Sementara Namjoon meredam kekesalannya sendirian, Taehyung sudah mengajak sepupunya pergi dan memilih sebuah restoran sukiyaki tidak jauh dari apartment mereka. Taehyung ingin makan daging setelah berhari-hari mendapatkan dada ayam rebus dan sayuran kukus di asrama kepolisian.


Kepulan asap sudah memenuhi meja dan dua botol soju tersedia tepat disamping.

"Apa kau hilang ingatan?" tanya Taehyung dengan mata tertuju pada daging didepannya.

"Maksudmu?"

"Kau akan makan malam bersamanya? Dia adalah Kim Namjoon bukan? Itu suatu kemajuan yang luar biasa!" Taehyung berkata setengah menyidnir. Kedua jempolnya terangkat di udara.

"Banyak yang terjadi, Tae. Aku ingin menceritakannya secara langsung padamu."

"Kalian berpacaran?"

Tentu saja Yoona melotot, "kau gila! Tentu saja tidak!"

"Huwbuwngan tanpah setatus?" tembaknya lagi dengan mulut penuh nasi.

"Cara dia berbicara padamu seperti menangkapmu berselingkuh, kau tahu?"

Yoona tidak ingin diinterogasi. Dia mengalihkan perhatian Taehyung dengan menceritakan pertemuan dengan Bibi Shin Young-nya hari ini. Yang tentu saja membaut Taehyung terkejut setengah mati.Tetapi dia tidak ingin memperlihatkan rasa takutnya karena Yoona pasti akan merasa jauh lebih takut kalau sepupunya merasa demikian.

"Yoong, kurasa kita harus berhenti sampai sini."

Yoona menghentikan kunyahannya seketika dan menatap Taehyung.

"Aku mulai merasa tidak baik."

"Kau takut?"

Takut? Dia pasti bercanda. Taehyung sangat tidak ingin kehilangan wanita didepannya sekarang dan mungkin dia akan membenci dirinya seumur hidup jika terjadi sesuatu pada Yoona. Setelah mengelap mulut dengan serbet, Taehyung menghabiskan setengah sojunya dan bersiap untuk pulang. Dia tahu, tidak aman bagi dirinya dan Yoona berkeliaran di luar jika apa yang disampaikan bibi Shin Young adalah benar.

"Aku akan memesan tiket malam ini. Besok kau harus pulang ke Ilsan."

"Taehyung, aku sudah setengah jalan!"

"Baiklah, aku akan memesan tiket sekarang." Taehyung mengambil ponsel di sakunya tanpa ragu.

"Demi Tuhan, ada apa denganmu," Yoona beringsut merebut ponsel yang dipegang oleh Taehyung dari seberang meja,"kau bilang kau tidak takut!"

"Yoong, aku takut setengah mati sekarang!" Taehyung berteriak. Untung saja restoran itu sepi pengunjung saat ini.

"Aku menepis sebuah prasangka dari dulu, dan selalu berharap kalau itu salah! Tapi setelah mendengar ceritamu malam ini, maka dugaanku berarti benar!"

"Pra-prasangka yang mana?" Yoona merasa, perlahan-lahan dinding keberaniannya mulai runtuh.


"Beberapa tahun lalu saat ayahmu meninggal, kau mengalami amnesia disosiatif."


**



CEO Nair Coorp. | Kim Namjoon x Im YoonaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora