24. dua puluh empat

3.5K 604 287
                                    

Untuk part ini ada beberapa kata kasar!

Lami dan Jake sudah lebih dulu datang ke bioskop. Keadaan yang ramai membuat Lami kesusahan mencari sosok Jay. Dia jadi khawatir kalau Ara tidak bisa membujuk Jay karna sampai sekarang tidak kunjung datang juga.

"Berhenti gigit bibir bisa-bisa berdarah lagi." Jake mengingatkan Lami, Kebiasaan buruk gadis itu saat panik memang begitu.

Jake sangat hafal.

"Coba lo telfon Ara deh, Jake. Pasti kalau yang telfon lo langsung di angkat sama dia."

Jake mendengus pelan, hendak mengambil ponsel dari saku celana tapi ternyata yang di bicarakan datang.

Jay dan Ara sudah datang.

"Jay." Lami tersenyum sangat lebar, lalu segera berdiri dari kursi tunggu bioskop. Berdiri tepat di depan lelaki yang sedari tadi dia tunggu kehadirannya.

"Gue seneng banget. Akhirnya gue bisa nonton film bareng lo, Jay." Lami tiba-tiba merangkul lengan Jay, mungkin efek saking senang.

"Gue mau beli popcorn sama Ara dulu. Ayo, Ra." Jay melepas paksa tangan Lami, lalu beralih menggandeng tangan Ara.

"Harusnya lo ajaknya Lami bukan gue." Protes Ara.

Jay hanya diam terlalu malas meladeni ucapan Ara yang mampu membuat dirinya emosi nanti.

"Yang caramel kan?" Tanya Jay saat hendak memesan.

Ara mengangguk lalu menoleh ke belakang. Menatap Jake yang sedang duduk bersama Lami di sana. Dari kejauhan saja Ara sudah bisa menyimpulkan kalau Jake dan Lami itu tidak hanya sekedar teman satu smp dulunya.

Pasti mereka pernah lebih dari sekedar teman.

"Jay, lo antri sendiri ya. Gue mau ke toilet bentar."

Jay mengangguk membiarkan Ara meninggalkannya, mengantri sendiri sambil mamainkan ponsel. Menurut Jay akan sangat aneh kalau hanya mengantri saja tanpa ada kesibukan.

Di toilet, Ara hanya ingin merapikan rambutnya. Di depan cermin Ara mulai mengikat rambut yang tadi sempat terurai.

"Padahal cantikan di urai loh."

Ara terkejut dengan Lami yang ternyata sudah ada di sampingnya dengan senyum aneh menatap Ara lewat cermin.

"Oh ya?"

"Iya. Mau coba lipstik gue gak?" Tanya Lami setelah selesai mengoleskan lipstik di bibirnya.

"Enggak, gue nggak pede kalau pakai yang warnanya mencolok gitu." Ara tidak bisa bayangkan betapa anehnya muka dia nanti kalau memakai lipstik berwarna merah.

"Coba aja dulu." Paksa Lami, lipstiknya sudah dia arahkan ke bibir Ara.

Ara tentu spontan memundurkan wajahnya. Tapi Lami malah menarik lengan Ara dengan kasar sampai membuat gadis itu meringis kesakitan.

"Gue gamau, Lam."

"Apa susahnya sih buat nyoba dulu, biar muka lo gak keliatan pucet."

Saking terbawa emosi karna terus memaksa, Ara mendorong bahu Lami membuat Lami terjatuh. Tersungkur di lantai toilet.

"Argh." Ringis Lami, memegangi kakinya yang memang sakit karena masih rapuh akibat kecelakaan tempo hari.

"Lam, lo gapapa?" Ara bingung dengan situasi ini, dia berniat menolong Lami tapi malah di dorong oleh gadis itu.

"Gu- gue panggil Jay bentar." Ara segera berlari keluar toilet.

"JAY, Lami jatuh di toilet."

"Haa? Kok bis-"

Ara segera menarik tangan Jay, toilet sedang sepi jadi tidak ada yang ngeh kalau ada dua lelaki masuk ke dalam toilet perempuan. Tentu Jake juga ikut karna dia khawatir dengan Lami.

Lagipula ini keadaan darurat jadi tidak masalah. Salahkan tidak ada petugas kebersihan atau semacam penjaga di toilet mall.

"Yaampun Lam." Jay segera membantu Lami berdiri.

"Kaki gue sakit Jay." Lirih Lami menahan air mata yang mau jatuh, dia tidak bercanda. Mungkin juga ini benar-benar sakit.

"Kok bisa sampai jatuh sih?" Murka Jake setelah tahu kondisi Lami.

Lami diam saja tidak menjawab pertanyaan Jake tapi dia menatap Ara dengan sangat tajam. Membuat Jake kini mengambil sebuah kesimpulan gila.

"Lo pasti sengaja kan dorong Lami? Iya kan?" Bentak Jake.

Ara tersentak kaget, jujur baru kali ini dia melihat Jake semarah ini. Ara takut, itu sangat menyeramkan.

"Gu- gue gak sengaja."

"Halah, bullshit."

"Banci lo Jake, asal nuduh seenaknya." Ucap Jay tidak terima dengan tuduhan Jake pada Ara.

"Terus siapa lagi kalau bukan dia? Jelas-jelas dia itu cewe caper dan juga mur-."

Brugh.

Satu pukulan mendarat tepat di sudut bibir Jake.

Terlalu tersulut emosi karna ucapan Jake yang sudah kelewat batas, siapa yang akan rela kalau gadis yang kita suka di maki-maki dengan kata yang tidak pantas.

"Lo apa-apaan sih Jay." Ara menarik Jay agar mundur sebelum lelaki itu mendaratkan tonjokan kedua untuk Jake.

Walau Jay membelanya tapi tetap saja Ara benci saat Jay memukul Jake.

"Bajingan." Jake mengumpat sambil meraba sudut bibirnya yang baru saja mengeluarkan sedikit cairan kental berwarna merah.

Lami hanya mampu diam melihat kekacauan ini, di dalam hatinya dia mengucap banyak-banyak terimakasih kepada tuhan. Karna sudah melancarakan semuanya.

Ya, walau acara menonton film berakhir kandas. Tapi tidak masalah. Ia lebih senang menonton adegan ini.










Tbc

Akur gini kan enak di lihat

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Akur gini kan enak di lihat.

Problem • Jay Park | EnhypenWhere stories live. Discover now