Satu Kamar

991 136 33
                                    

String merasa begitu bahagia. Entah karena bir, atau entah karena sekarang Siwi ada di pelukannya.

Pemuda itu masih menahan tubuh Siwi di pelukannya. Sangat jelas sekali terlihat bahwa kekuatan Siwi berbanding terbalik dengan String yang memang sudah berotot dan tinggi.

Tubuh mereka bergerak ke kanan dan ke kiri. Bagaikan berdansa Siwi akhirnya diam. Membiarkan tubuhnya bergerak seirama dengan nada-nada yang terdengar mengalun jauh. Mungkin tak ada gunanya bagi gadis itu untuk memberontak.

String membuka matanya. Dia kemudian menatap wajah Siwi yang terlihat menyimpan dendam. Pemuda itu tersenyum lagi. Walau dia tahu kalau senyumnya tak akan dibalas oleh Siwi, namun dia begitu berharap Siwi menghilangkan rasa bencinya.

"Come onn, String. Let's begin!"

Suara Beltz membuat String menoleh. Pemuda itu mendorong String ke sisi lainnya bersama Siwi. Membukakan pintu dan menjebloskan mereka berdua ke dalam sebuah kamar entah milik siapa.

"Good night," ujar Beltz yang langsung membanting pintu dan menguncinya.

"Hei, Beltz!" String berteriak. Menggedor-gedor pintu namun sia-sia saja. Beltz terlalu asik dengan gadis yang ada di pangkuannya. Lagi pula dia memang nampak menginginkan hal ini terjadi pada String.

String berbalik. Dia menatap Siwi yang berdiri mematung tak jauh darinya. Kamar yang sempit ini membuat gerak keduanya terbatas. Walaupun begitu, Siwi masih mencoba terus menjauh dari String.

String tak mau ambil pusing. Dia lalu duduk di atas kasur. Sedangkan Siwi kini malah meringkus di dekat pintu keluar.

"Dasar Beltz!" Bisik String lirih.

Mereka berdua diam. Atmosfer canggung menyelimuti keduanya. Bahkan String tak punya daya untuk berbicara sedikitpun.

Pening di kepalanya masih tersisa. Pemuda itu memegang kepalanya sendiri yang berputar. Dia tak tahu harus bagaimana. Berdiam diri di sini sampai pagi atau setidaknya sampai Beltz membukakan pintu. Atau, merusak pintu agar dia bisa keluar.

Nafas pemuda itu sedikit sesak. Dia memegangi dadanya sendiri. Rambutnya acak-acakan dan baju rapinya sudah kusut tak karuan.

Sebuah tangan tiba-tiba menyentuh pipi String. Pemuda itu tersontak. Dia mendongak dan mendapati Siwi sudah berdiri di hadapannya.

Gadis itu mendorong tubuh String. Dia lalu duduk di pangkuan String dan mengecup pipi pemuda itu.

String terkejut setengah mati. Apalagi saat Siwi mengalungkan kedua tangannya ke leher String. String semakin tak percaya lagi.

"Cepat selesaikan agar kau puas!" Tantang Siwi.

String tercekat. Mata gadis itu kelam bak rembulan dibalik awan hitam. Tak seperti biasanya.

"Ap-apa maksudmu?" Tanya String.

"Kau mengurungku hanya untuk menikmatiku, kan?" Tanya Siwi. "Kau meminta semua orang untuk tak menyentuhku karena kau hanya ingin aku untuk melayanimu." Lanjutnya.

String menggeleng ringan.

"Tak usah membantah. Kalian semua sama bejatnya," kata Siwi.

String diam. Matanya menatap tajam ke arah gadis yang sekarang ada di pangkuannya.

"Kau bisa memiliki ku, tapi-" Siwi diam sebentar. "Lakukan sekarang! Tapi berjanjilah kau akan mengembalikan semua teman-temanku ke keluarganya."

String menelan ludah. Tangannya cepat-cepat mendorong tubuh Siwi menjauh. Siwi terkejut, dia mundur dengan raut wajah kebingungan.

"Lancang kau!" Ujar String.

String bangkit. Dia benar-benar bertekad untuk merusak pintu kamar itu. Dia menendangnya. Dalam beberapa tendangan, pintu itu menjeblak terbuka.

Dengan perasaan yang acak-acakan. String menatap Siwi dan membentak.

"Pergi kau dari sini. Kembali ke bangsal mu!" Bentak String ke arah Siwi.

Semua prajurit di luar seketika diam. Tak ada yang berani berbicara bahkan bergerak mendengar suara String yang menggegelegar.

🧧🧧🧧

About StringTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang