22. NGABUBURIDE WITH ABANG

786 44 4
                                    

hai, udah sebulan gak update wkw. jangan lupa vote yaa, tencuu!♡
oh iya, btw disini ada yg dr jogja nggak? kalo ada, chat ya? makasi♡
happy reading, luv!

________________________________________________
_________________________________________
______________________________

"Panggil Abang aja," ucap Gara setelah mereka berdebat hanya masalah nama panggilan untuk dirinya.

"Gara!"

"Abang, Dek."

"Ya udah, Om aja."

"Dasar Tante genit."

"Apa?!"

"Udah, mingkem. Jangan mlongo terus, nanti lalat masuk kan repot."

"Jangan panggil Tante. Emang aku udah tua apa?"

"Ya udah, panggil aku Abang, jangan nama. Nggak sopan."

"Oke, Bang."

Mereka pun melanjutkan acara menonton film nya di rumah Muthia. Sambil menunggu jam 4 sore untuk pergi ngabuburit.

Untuk informasi, ini adalah hari ke 18 puasa. (sengaja langsung cepet hehe_-)

Film yang mereka tonton adalah film horror. Padahal, Muthia itu orang yang penakut. Selama menonton pun, dia menutupi wajahnya dengan guling.

Tak jarang Gara tertawa melihat hal itu.

Muthia pun sempat kesal, karena dalam film itu banyak sekali jumpscare yang sesekali mengejutkannya dan membuat jantungnya berdenyut kencang.

"Jantung aman, bos?"

"GAK!"

Gara terkekeh.

Kebetulan, di rumah Muthia hanya ada mereka berdua dan Bibi-nya. Karena, orangtuanya sedang ada urusan sampai nanti sore. Sedangkan Abdi, dia belum pulang. Besok baru dia sampai rumah.

Beberapa menit, adzan pun berkumandang. Mereka segera pergi ke masjid, karena rumah Muthia dekat dari masjid. Setelah itu, Muthia akan mengajar ngaji di TPQ.

"Aku ke TPQ dulu, ya. Bentar lagi Ayah sama Bunda dateng."

"Oke."

Muthia POV.

Aku bahagia, akhirnya aku bisa mengajar ngaji lagi di TPQ yang dulu juga menjadi tempat pengajian setiap sore Senin dan Kamis.

Sampai di TPQ, anak-anak menyambut ku dengan gembira. Betapa damainya hati ini saat melihat senyum mereka terpancar dari mukanya. Membuat semua masalah dalam hidup ku seketika menghilang sementara.

Mereka memelukku dan menggandeng diriku untuk masuk ke dalam TPQ.

"Mba Muthia udah lama nggak ngajar kita. Mba marah, ya? Maafin kita. Kita janji enggak akan buat Mba kesel lagi, nggak akan nakal lagi. Jangan pergi-pergi lagi, ya, Mba."

Aku tertawa kecil. Dan aku sudah mengira, bahwa Ahmad yang memberi tahu jika aku marah dengan mereka.

Tetapi, aku juga bersyukur, sih. Karena mereka berjanji untuk tidak membuat ku marah lagi dan nakal. Soalnya, dulu mereka sering memancing emosi ku.

"Iya sudah. Sekarang, berdoa dan kita mulai ngaji lagi, ya. Coba, yang paling tua pimpin do'a."

Dengan cepat, anak yang paling tua memimpin do'a.

"Di tempat duduk siap. Berdoa mulai."

Setelah selesai berdoa, kami pun mulai untuk belajar mengaji sore hari ini.

ABDINEGARA KUWo Geschichten leben. Entdecke jetzt