O1. Wanita di Kursi Roda

38 4 0
                                    

Kaivan Mahatma. Itu nama yang ibu kasih buat saya saat saya lahir ke dunia ini. Kaivan yang artinya kasep dalam Bahasa Sunda dan Mahatma yang artinya berjiwa besar. Arti dari kedua nama itu mewakili badan saya baik secara fisik maupun batin.

Bukannya ingin sombong, tapi benar adanya kalau saya itu orang yang ganteng, sebelas dua belaslah sama kegantengan Kai EXO yang namanya nyerempet mirip sama nama saya. Berjiwa besar? Sepertinya selama saya menapaki muka bumi ini setelah turun dari Kahyangan tahun 97 lalu, saya adalah orang yang baik, gemar menolong, dan tidak sombong.

Kalau teman saya butuh pertolongan, sebisa mungkin pasti akan saya bantu. Baik itu secara materi maupun masukan masukan kecil. Karena pada dasarnya saya orang yang 'nggak enakan'.

Dan sekesal kesalnya saya dengan orang lain, sebisa mungkin pasti akan saya pendam. Seperti yang saya bilang sebelumnya, saya nggak enakan orangnya. Saya nggak mau barang sedikit nyakitin hati orang lain. Bolehlah tampang saya macam fakboi Taman Menteng, tapi hati saya sobat ambyar sejati.

Karena hati saya yang selembut kapas, menjadikan saya seorang dokter spesialis penyakit dalam konsultan geriatri atau lansia. Dimana relasinya? Tidak ada, saya cuma mau kasih tahu aja, lanjutlah.

Kalau saya lihat sampai sejauh ini, spesialisasi yang saya ambil terbilang cukup langka. Hanya ada beberapa dokter saja yang mengambil spesialisasi ini.

dr. Kaivan Mahatma, Sp.PD-KGer. Keren gak? Keren kan. Nama saya yang cuma dua kata jadi keliatan panjang dengan gelar yang saya dapat. Mungkin bisa dibilang saya dokter termuda untuk spesialisasi yang saya ambil.

Menjadi seorang dokter adalah cita cita saya dari kecil. Walaupun saya sempat bimbang saat pemilihan kejurusan untuk kuliah, tapi pada akhirnya saya memilih untuk terjun ke dunia medis ini. Selesai dengan S1, saya langsung melancong pergi ke luar negeri untuk melanjutkan pendidikan saya.

Kalau kata orang, saya orang yang ambis. Terlalu ambis bahkan. Tapi memang itulah sifat saya. Ketika saya menargetkan sesuatu, sebisa mungkin akan saya kejar sampai dapat.

Meninggalkan itu semua, sekarang saya sudah bekerja di sebuah rumah sakit di daerah Gatot Subroto. Jarak dari apartment ke tempat kerja saya tidak terlalu jauh. Mungkin sekitar 10 kilo dari apartment yang bertempat di Jalan MH Thamrin itu.

Tinggal sendirian di ibukota membuat saya sedikit kesepian. Keluarga saya yang asli orang Sunda memilih untuk menetap di Bandung sana, sedangkan saya bekerja disini.

Sebenarnya ada enak dan nggak enaknya tinggal sendiri. Enaknya kalian bebas melakukan apa saja yang kalian suka di tempat tinggal kalian, tanpa takut mengganggu yang lain. Merdekalah intinya. Tetapi ketika rasa kangen itu datang, rasanya detik itu juga ingin pindah dan muncul di tempat keluarga kalian berada.

Memang sih sekarang teknologi sudah canggih, kalau kangen tinggal telepon atau video call, tapi rasanya berbeda. Ketika kalian bertemu langsung dengan orang itu, pasti ada kehangatan di sekeliling kalian. Apalagi orang itu adalah orang yang kalian sayangi.

Sedikitnya itulah sepenggal kisah dari perjalanan karir saya yang bisa saya berikan. Mungkin keliatannya mulus seperti jalan yang baru diaspal. Tapi apa kalian tahu jalan akan mulus ketika aspal itu dibuat dengan baik. Diaduk, diratakan, hingga dilindas. Begitupun dengan saya.

Banyak perjuangan, keringat, bahkan air mata yang saya berikan demi diri saya yang sekarang. Dan itu memakan waktu yang cukup lama. Saya sangat bersyukur dengan apa yang saya dapatkan sekarang. Mungkin takdir baik dengan kehidupan karir saya. Tapi bagaimana dengan urusan asmara?

Apa kalian percaya kalau saya belum pernah merasakan apa yang namanya pacaran? Saya saja tidak percaya. Tapi itulah kenyataannya.

Saya memang ganteng, bahkan banyak cewek cewek yang terang terangan menyatakan rasa sukanya pada saya. Tapi selalu saya tolak dengan,

Evanescent | KMGDonde viven las historias. Descúbrelo ahora