1

1.7K 271 135
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.
.
.


"Mama Lily!"

Anak berumur empat belas tahun dengan seragam sekolah musim panas itu menghambur pelukan kepada wanita dewasa yang tengah menjemur seprai tidur mereka.

"Coba lihat,ada hal menarik apa sampai-sampai menerjang mama saat menjemur?" Mama Lily,wanita tadi,mengusap pucuk anak itu lembut.

Anak itu mengadah,menatap wajah mamanya dengan senyum kotak terbaiknya,"hehe,nilai ujian Ares tertinggi di kelas,lho!"

Mama Lily mengembangkan senyum hangat,mencubit pipi gembul Ares gemas,"sudah mama duga,kamu selalu tidur larut selama ujian. Oh iya,dimana Willi dan Lios?"

Ares meregangkan pelukannya,mulai menggaruk belakang lehernya yang tak gatal.

"Ehehe,itu tadi..."

"Ares!"

"Kak Lios tunggu!"

Mama Lily juga Ares menoleh,menemukan dua anak yang tengah berlari menuju mereka.

Ares bersembunyi di belakang juga menutup wajah dengan rok putih milik mamanya.

"Ares! Jangan sembunyi di belakang mama Lily!" yang tadi berseru 'Ares!' memutari mamanya,berusahan menarik sosok yang sembunyi di sana.

"Salah kau sendiri lambat,Lios! Bleee!" lidah Ares terjulur,mengejek Lios yang sebenarnya masih sibuk mengatur napas. Berlari dari jalan raya hingga ke sini itu tidaklah dekat.

"Aku tidak lambat! Willi tadi menghilang lagi!" Lios menunjuk Willi,yang sedang terduduk di teras samping,masih kelelahan.

"Ya maaf,Kak."

Mama Lily meraih bahu Lios juga Ares,menggiringnya untuk berteduh di teras bersama Willi. Matahari sedang menuju puncak,sengat panasnya di musim panas tentu bertambah dua kali lipat dari biasa.

Ares dan Lios masih enggan bertatap,membuang wajah dengan raut sebal.

"Nah," mama menepuk dua bahu anak empat belas tahun itu,

"Coba ceritakan apa yang membuat Lios dan Willi sampai harus mengejar Ares seperti tadi,hmm?" tanya mama ramah. Mereka memang sudah sering berkelahi kecil seperti ini,bahkan pernah sampai bermain fisik. Meski begitu,semuanya selalu berakhir dengan damai,akur kembali.

"Tadi di halte bus,Willi hilang lagi," jelas Lios yang masih dengan wajah sebal,oh tentu saja ini pemandangan lucu bagi mama. Gemas sekali.

"Lalu?"

"Ares langsung naik bus nomor sembilan,padahal Willi masih belum ditemukan," Lios melirik Ares dari ekor matanya.

Mama berganti melempar pandang ke Willi yang sedang mengipas dirinya dengan buku,

Lunariverse : Magic Pendant dan Kotak PandoraWhere stories live. Discover now